25 Juni 2025
11:28 WIB
Rupiah Bangkit Lagi Terbawa Situasi Geopolitik Yang Berangsur Damai
Penguatan nilai tukar rupiah seiring situasi geopolitik yang mulai mereda, utamanya soal konflik Iran-Israel. Sejauh ini, sentimen internasional masih memegang peran kunci pada volatilitas rupiah.
Editor: Khairul Kahfi
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta. Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay/aww/pri.
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan, penguatan nilai tukar (kurs) rupiah seiring situasi geopolitik yang mulai mereda. Sejauh ini, sentimen internasional masih memegang peran kunci pada volatilitas rupiah.
“Rupiah masih dipengaruhi sentimen eksternal dan diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen risk on oleh meredanya situasi geopolitik,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Rabu (25/6).
Baca Juga: Rupiah Menguat Tajam Di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (23/6) mengumumkan bahwa Israel dan Iran sepakat untuk melakukan gencatan senjata 'total dan menyeluruh' di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Gencatan senjata itu mulai berlaku pada Selasa (24/6) pukul 04.00 GMT atau sekitar 11:00 WIB. Trump menyerukan agar kedua pihak tidak melanggarnya.
Namun pada Selasa pagi, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan serangan besar-besaran ke Iran dengan dalih Iran telah melanggar kesepakatan. Iran membantah tuduhan itu dan berjanji akan membalas jika diserang lagi.
Pada Senin (23/6), Iran juga telah meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik militer AS di Qatar, menyusul serangan AS terhadap tiga situs nuklir Iran pada Minggu (22/6).
“Memang situasi di Timteng (Timur Tengah) masih penuh ketidakpastian, namun paling tidak keadaan (saat ini) jauh lebih baik, daripada kekhawatiran (konflik) saling serang yang besar,” kata Lukman.
Di sisi lain, penguatan kurs rupiah secara terbatas juga seiring pernyataan hawkish dari Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang meragukan pergerakan inflasi ke depan.
“Powell mengatakan inflasi masih belum mencapai target dan masih bisa naik ke depannya oleh tarif,” ungkap dia.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diprediksi berkisar Rp16.250-16.350 per dolar AS. Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu pagi (25/6) di Jakarta menguat sebesar 98 poin atau 0,60%, dari sebelumnya Rp16.354 menjadi Rp16.256 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Terbang Seiring Harapan Damai Di Timur Tengah
Melansir Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (24/6), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau menghijau ke level 97,88 poin, atau naik tipis 0,03 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,85 poin.
Adapun pergerakan DXY harian kemarin berkisar antara 97,81-97,96 poin, atau cenderung melemah dibanding sehari sebelumnya terhadap rentang level DXY dalam 52 pekan terakhir di kisaran 97,60-110,17 poin.
Meski begitu, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.36 WIB hari ini (25/6) terpantau bergerak melemah terhadap mata uang rupiah sekitar 0,41% atau turun sekitar Rp68.
Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.286 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.25-16.300 per dolar AS.