05 Desember 2023
14:45 WIB
JAKARTA – Ada kabar baik buat para pebisnis ritel tahun depan. Riset terbaru oleh perusahaan teknologi periklanan global, The Trade Desk (Nasdaq: TTD) menunjukkan, 1 dari 3 masyarakat Indonesia (32%) akan berbelanja lebih banyak pada Ramadan 2024 mendatang.
Riset ini juga menemukan, hampir setengah (48%) konsumen Indonesia menyatakan, peningkatan belanja mereka dilandasi kepercayaan diri terhadap kondisi ekonomi. Sedangkan 43% dari mereka, memang memiliki keinginan untuk berbelanja lebih banyak.
Selanjutnya, sekitar 67% masyarakat Indonesia, berencana untuk mengalokasikan setidaknya seperempat dari Tunjangan Hari Raya (THR) untuk Ramadan mendatang. Data terbaru menggarisbawahi naiknya optimisme konsumen, akan mendorong peningkatan belanja mereka.
Kenaikan kepercayaan diri konsumen Inilah yang diperkirakan akan mendorong belanja yang lebih tinggi pada bulan Ramadan mendatang. Karena itu, brand-brand dapat memanfaatkan momentum lonjakan tersebut dengan informasi berbasis data, untuk mendukung kampanye periklanan dengan presisi, optimal, dan pengukuran yang lebih akurat.
“Optimisme konsumen memberikan indikator yang kuat bagi brands untuk meningkatkan investasi periklanan mereka agar dapat menjangkau konsumen pada waktu dan lokasi yang tepat di Ramadan tahun 2024,” ungkap Purnomo Kristanto, General Manager The Trade Desk Indonesia, dalam keterangannya, Selasa (5/12)
Ia menjelaskan, The Trade Desk menganalisis lebih dari 1 triliun ad opportunity setiap harinya. Ini menurutnya akan menghadirkan peluang berbasis data bagi pemasar, untuk membangun kampanye iklan yang berdampak, selagi mengawasi performa kampanye untuk pertumbuhan bisnis yang efektif.
Baca Juga:
Meneroka Pengawasan Etika Berbisnis
Mayoritas masyarakat Indonesia terbuka untuk mempelajari brand baru. Data juga menunjukkan , Ramadan akan menjadi waktu yang strategis bagi pemasar untuk mendapatkan konsumen baru.
Mayoritas masyarakat Indonesia (85%) juga dinilai terbuka untuk mencoba brand baru, dan 7 dari 10 menganggap diri mereka sebagai ‘penjelajah kategori’, di mana mereka belum memutuskan brand yang spesifik untuk produk yang ingin mereka beli.
Momentum Ramadan yang sudah hampir di depan mata sendiri, menuntut pemasar untuk menggunakan informasi terkait segmen audiens utama, demi membangun kampanye iklan dalam waktu yang tepat dan relevan sesuai dengan konsumen di setiap tahap perjalanan belanja mereka.
Untuk diketahui, riset ini dibuat berdasarkan survei kuantitatif khusus yang dilakukan oleh The Trade Desk dan Milleu Insight, dengan 1.000 responden online yang berencana untuk merayakan Ramadan. Survei ini dilakukan pada 3 – 9 Oktober 2023 melalui panel online milik Milleu Insight.
Baca Juga:
Aprindo Proyeksi Ritel Tumbuh 4-4,2% Pada 2023
Gen Z Memimpin Konsumsi
Dalam riset ini juga disebutkan, saat berlangsung dan menjelang Ramadan, masyarakat Indonesia berencana untuk menjadi lebih aktif secara digital, karena berkurangnya aktivitas fisik saat berpuasa. Temuan riset tersebut menunjukkan bahwa konsumsi digital akan terfokus pada saluran open internet seperti OTT/CTV, platform streaming audio, aplikasi Islami, game seluler, dan majalah/situs web online dalam periode ini.
Secara spesifik, Gen Z aktif dalam streaming, menunjukkan peningkatan sebesar 20 % dalam konsumsi OTT/CTV dan peningkatan sebesar 25% dalam streaming audio.
“Seiring dengan pemasar yang semakin melek digital, banyak dari mereka yang memperluas strategi periklanan mereka di luar platform pencarian dan media sosial,” serunya.
Purnomo melanjutkan, meningkatnya optimisme konsumen pada bulan Ramadan yang akan datang, mendorong lebih banyak brand untuk beriklan secara online dan menghadirkan lebih banyak persaingan di ruang digital.
“Platform pembelian media seperti The Trade Desk dapat membantu pemasar mengoptimalkan kampanye omnichannel dan menyediakan pengukuran closed-loop untuk memantau dampak kampanye iklan terhadap penjualan,” kat Purnomo setengah berpromosi.
Baca Juga:
Aprindo: Industri Ritel Sedang Tidak Baik-baik Saja
Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan berada dalam kisaran 4,5% hingga 5,3%. Hal ini seiring dengan perekonomian nasional yang diprediksi masih tetap baik pada kuartal terakhir tahun ini.
“Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik pada kuartal IV 2023, tercermin pada beberapa indikator dini seperti keyakinan konsumen, ekspektasi penghasilan, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%," ujar Perry saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024, diprakirakan meningkat yang didorong oleh tetap baiknya keyakinan konsumen. Ditambah positifnya pengaruh pelaksanaan pemilu, dan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan," kata Perry.
Catatan saja, ekonomi kuartal III 2023 tumbuh sebesar 4,94% (yoy), ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi di tengah turunnya konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor. Perry menyampaikan, pertumbuhan tersebut juga didukung oleh kinerja positif sebagian besar Lapangan Usaha (LU), terutama LU industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta konstruksi. Secara spasial, seluruh wilayah masih tumbuh kuat, tertinggi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua).