08 Juli 2024
20:56 WIB
Rencana Investasi Industri Petrokimia Terancam Lenyap US$27 M
Dari rencana investasi industri petrokimia sebanyak 6 perusahaan, baru dua yang terealisasi. Sehingga terdapat investasi yang terancam lenyap.
Penulis: Aurora K M Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Presiden Joko Widodo meninjau area perengkahan nafta PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (12/9/2023). BPMI Setpres/Muchlis Jr
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeberkan sampai tahun 2030, rencana proyek investasi industri petrokimia, khususnya pabrik bahan baku plastik, di Indonesia mencapai US$31,41 miliar atau setara Rp511 triliun.
Namun, investasi yang terancam lenyap sebesar US$27,09 miliar atau Rp441 triliun. Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reny Yanita mengatakan permodalan yang jumbo itu bisa melayang karena kebijakan impor yang tidak tepat, dan menggerus industri hulu seperti petrokimia.
"Jadi memang rencananya proyek industri petrokimia sampai tahun 2030 mencapai US$31,41 miliar, terbagi jadi untuk beberapa proyek," ujarnya dalam Diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (8/7).
Reni memerinci ada enam perusahaan yang masuk dalam proyek investasi industri petrokimia dengan total nilai investasi US$31,41 miliar. Sayangnya, dari enam perusahaan tersebut, baru dua perusahaan yang menanamkan modal, yaitu PT Lotte Chemical Indonesia dan Pertamina-Polytama Propindo 2. Sementara sisanya urung investasi.
Baca Juga: Dukung Lotte Chemical, Bahlil: Biar Tidak Impor Petrokimia Melulu
Dia menerangkan alasan para investor masih ragu untuk menanamkan modalnya karena masih memperhatikan manuver pemerintah RI dalam menyikapi produk impor. Adapun yang dimaksud, yakni pemerintah memberlakukan relaksasi impor melalui Permendag 8/2024.
Adanya relaksasi impor untuk beberapa komoditas dalam Permendag 8/2024 membuat komoditas tersebut lebih gampang diimpor. Itu berarti, nantinya mengimpor bahan baku plastik jauh lebih mudah dan murah jika dibandingkan memproduksi sendiri di dalam negeri.
Hal tersebutlah yang membuat rencana investasi di pabrik bahan baku plastik terancam lenyap. Oleh karena itu, Reni menekankan pentingnya penyesuaian regulasi impor yang mendukung kelanjutan industri petrokimia, termasuk rencana investasinya.
"Kalau tidak dibarengi dengan kebijakan impor yang tepat, mungkin ini (investasi) akan beberapa puluh tahun lagi kita dapatkan, atau bahkan mereka (investor) beralih ke negara tetangga kita, ke Asean," kata Reni.
Beralih ke Klor Alkali
Reni pun melaporkan enam perusahaan yang masuk dalam daftar proyek investasi, beserta nilai investasinya dan target operasi pabrik tersebut di Indonesia. Pertama, PT Chandra Asri Perkasa yang berencana menanamkan modal US$5 miliar (Rp63,1 triliun) dan targetnya beroperasi 2029.
Kedua, PT Lotte Chemical Indonesia dengan rencana investasi US$4 miliar dan target beroperasi pada 2025. Ketiga, PT Sulfindo Adiusaha dengan rencana investasi US$193 juta dan target operasinya belum ditentukan. Keempat, Pertamina–Polytama Propindo 2 memiliki rencana investasi US$322 juta dan target beroperasi 2027.
Kelima, Proyek Olefin TPPI Tuban dengan rencana investasi US$3,9 miliar dan target operasinya di 2028. Keenam, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) (Proyek GRR Tuban) memiliki rencana investasi US$16,5 miliar sampai US$18 miliar dan target operasinya di 2030.
Reni menyampaikan, proyek investasi Lotte sudah hampir rampung dengan proses pembangunan pabrik mencapai 80% dan ditargetkan beroperasi 2025 mendatang. Sementara proyek Pertamina–Polytama Propindo 2 proses pembangunannya sudah mencapai 30% dan ditargetkan beroperasi pada 2027.
Baca Juga: Permenperin 8/2024 Batasi Impor Bahan Baku Plastik dan Pemanis Buatan
Ia menambahkan, sebenarnya proyek investasi industri petrokimia bernilai jumbo berasal dari PT Chandra Asri. Namun perusahaan tersebut batal berinvestasi untuk saat ini, salah satunya karena pemberlakuan Permendag 8/2024.
"Melihat kebijakan kita saat ini, dari US$31,31 miliar ini bakal banyak terkoreksi. Kalau Chandra Asri, kami sudah ditelpon, mereka bakal lihat dulu kelanjutan gimana pemerintah bakal revisi permendag atau bakal tetap seperti ini," tutur Reni.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono membenarkan, investasi industri petrokimia, khususnya bahan baku plastik, baru ada Lotte dan Pertamina–Polytama, sedangkan Chandra Asri kini fokus membangun pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik, klor alkali.
"Masalah investasi yang mundur itu, yang terealisasi hanya dua, Pertamina–Polytama sekitar US$500 juta, dan Lotte mulai dari refinery dan produk polipropilena 250.000 ton dengan investasi US$5 miliar, sampai 2030 hanya 2 itu. Chandra Asri akan beralih ke klor alkali," ucap Fajar.