c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

09 Mei 2025

12:50 WIB

Rekor Produksi Beras 57 Tahun, Momentum RI Jadi Eksportir Saat Harga Global Terpuruk

Kementan membuka peluang ekspor beras Indonesia ke dunia, berbekal hasil positif produksi saat ini. Tanpa impor, CBP berhasil tembus 3,5 juta ton per Mei 2025, tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Rekor Produksi Beras 57 Tahun, Momentum RI Jadi Eksportir Saat Harga Global Terpuruk</p>
<p>Rekor Produksi Beras 57 Tahun, Momentum RI Jadi Eksportir Saat Harga Global Terpuruk</p>

Ilustrasi - Areal persawahan petani. Dok Kementan

JAKARTA - Mentan Andi Amran Sulaiman membuka peluang untuk bisa mengekspor beras Indonesia ke dunia, berbekal hasil positif produksi beras nasional saat ini. Tanpa impor beras medium, Kementan mencatat, Cadangan Beras Pemerintah (CBP) berhasil tembus 3,5 juta ton per Mei 2025 menjadi yang tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

"Ini adalah momen emas bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai negara mandiri pangan dan bahkan bersiap menjadi eksportir di masa depan," ucapnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (9/5).

Baca Juga: Tanpa Impor, Stok Beras RI 3,51 Juta Ton Cetak Rekor Tertinggi Dalam 57 Tahun

Di sisi lain, dia menekankan, anjloknya harga beras dunia menjadi peringatan keras bagi eksportir beras utama seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja untuk segera beradaptasi dengan dinamika pasar saat ini.  

Namun demikian, pemerintah tetap harus mewaspadai tantangan sektor pangan dalam jangka panjang seperti perubahan iklim, penurunan luas lahan pertanian, dan fluktuasi pasar global. 

Karena itu, pihaknya bertekad mempertahankan pencapaian produksi beras saat ini lewat penguatan teknologi pertanian, pengelolaan air, dan infrastruktur distribusi.

“(Sekali lagi) ke depan, kami akan perkuat lagi petani kita agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan tidak mungkin, Indonesia jadi pengekspor beras,” ujar Mentan optimistis.

Info tambahan, sejumlah negara eksportir beras utama seperti Thailand dan Vietnam dikabarkan sedang ketar-ketir dengan anjloknya harga beras dunia saat ini. Penurunan harga beras global dimulai sejak India mencabut larangan ekspor gandum pada 2022. 

Langkah ini disusul dengan peningkatan tajam produksi dan ekspor beras, sehingga menekan harga beras ekspor India ke titik terendah dalam 22 bulan. 

Harga beras di Thailand pun jatuh ke level terendah dalam tiga tahun, sementara Vietnam mengalami harga terendah dalam hampir lima tahun.

Baca Juga: Rekor Produksi Selamatkan Indonesia Dari Krisis Anjloknya Harga Beras Dunia

Menurut laporan Reuters, harga beras global kini telah turun sepertiga dibandingkan puncaknya pada 2024. Presiden Asosiasi Eksportir Beras India, BV Krishna Rao menyebut, harga 5% broken rice diperkirakan bertahan di kisaran US$390 per ton hingga akhir tahun karena membanjirnya pasokan.

Isu Perberasan Thailand, Vietnam, dan Kamboja
Thailand yang selama ini menjadi eksportir beras andalan kawasan, kini mengalami tekanan hebat. Harga murah beras India membuat ekspor Thailand pada kuartal I/2025 anjlok hingga 30% menjadi hanya 2,1 juta ton. 

Sepanjang 2025, ekspor diperkirakan turun 24% menjadi 7,5 juta ton. Penurunan harga gabah domestik sebesar 30% pada Februari 2025 memicu gelombang protes dari petani Thailand. 

Pemerintah Thailand berupaya mengatasi gejolak ini dengan mengusulkan kerja sama bersama India dan Vietnam untuk menstabilkan harga dan melindungi petani lokal.

Kemudian, Vietnam yang sebelumnya sukses mengekspor 8 juta ton beras pada 2023, kini juga menghadapi tekanan akibat membanjirnya beras murah India dan hilangnya pasar dari Indonesia. Ekspor Vietnam diprediksi turun 17% menjadi 7,5 juta ton pada 2025. 

Baca Juga: Produksi Beras Semester I/2025 Diramal Capai 18,76 Juta Ton

Dalam Forum Ekonomi Beras ASEAN di Hanoi pada Maret 2025, Menteri Pertanian Vietnam Le Minh Hoan menyatakan, pemerintah tengah berupaya memperluas pasar ekspor beras ke Timur Tengah dan Afrika, serta mendorong ekspor beras premium untuk bertahan di tengah persaingan harga yang ketat.

Hal serupa terjadi di Kamboja. Dalam pertemuan dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Jakarta pada 5 Mei 2025, Presiden Senat Kamboja Hun Sen menyatakan, Kamboja kini kehilangan pasar penting karena Indonesia tidak lagi mengimpor beras. 

Hun Sen mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam ketahanan pangan, namun menegaskan bahwa lonjakan produksi domestik Indonesia berdampak pada pasar beras regional. 

Kamboja kini berusaha mencari pasar baru ke Eropa dan Asia Timur untuk menyerap kelebihan stok beras, meskipun harus bersaing dengan harga murah dari India dan Vietnam.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar