03 Oktober 2025
11:29 WIB
Regenerasi Perajin Jadi Tantangan Keberlanjutan Industri Batik
Jumlah perajin batik susut berkisar 32% dibandingkan 2020. Diperlukan regenerasi untuk mendukung keberlanjutan industri batik.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Perajin batik tulis membatik di rumahnya di Giriloyo, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (30/8/2021). Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri batik nasional merupakan ekosistem besar yang menopang ekonomi dan budaya Indonesia. Saat ini, terdapat 5.946 industri batik yang tersebar di lebih dari 200 sentra produksi di 11 provinsi utama.
Menurut dia, sektor ini menyerap sekitar 200 ribu tenaga kerja melalui lebih dari 47 ribu unit usaha di lebih dari 101 daerah produksi batik. Namun, Agus mengungkapkan tantangan yang dihadapi industri batik adalah regenerasi.
Berdasarkan data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) jumlah perajin batik yang pada tahun 2020 tercatat 151 ribu orang, pada tahun 2024 turun sekitar 32% menjadi 101.592 perajin.
“Tantangan ini menjadi panggilan bagi kita semua untuk memastikan regenerasi berjalan, sehingga batik tetap lestari sebagai budaya dan berkelanjutan sebagai industri,” kata Agus melalui keterangannya dikutip pada Jumat (3/10).
Baca Juga: Batik AI, Gerakan Tumbuhkan Generasi Baru Perajin Batik
Dari sisi kinerja ekonomi, Agus mengatakan industri batik terus memberikan sinyal positif. Nilai ekspor batik kuartal I/2025 mencapai US$7,63 juta atau naik 76,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Lalu, di kuartal II/2025, ekspor masih tumbuh meski lebih lambat, dengan capaian US$5,09 juta atau naik 27,2% dibandingkan periode sama 2024.
“Ini adalah kabar baik, tetapi sekaligus menjadi tantangan untuk terus meningkatkan kualitas, inovasi, dan daya saing,” ungkapnya.
Selain pasar ekspor, lanjut Agus, pasar domestik juga menyimpan potensi yang sangat besar. Batik kini digunakan oleh generasi muda tidak hanya untuk acara formal, tetapi juga sebagai bagian dari fesyen sehari-hari.
“Hal ini membuka peluang strategis bagi industri batik untuk menghadirkan desain yang lebih segar, memanfaatkan pemasaran digital, dan menjaga kualitas agar batik semakin dekat dengan gaya hidup modern anak bangsa,” jelas dia.
Ia menilai, transformasi industri batik kini semakin nyata dengan pemanfaatan teknologi, antara lain penggunaan kompor listrik batik, katalog digital pewarna alami, pengolahan limbah skala kecil, serta mesin CNC untuk mencetak motif digital.
“Inovasi ini adalah langkah penting menuju keberlanjutan dan peningkatan daya saing industri batik di kancah global,” imbuhnya.
Upaya Perkuat Industri
Agus menegaskan Kementerian Perindustrian berupaya memperkuat industri batik melalui berbagai program, antara lain pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri melalui pelatihan, fasilitasi indikasi geografis untuk melindungi kekhasan batik daerah, penumbuhan wirausaha baru IKM, termasuk melalui pelatihan batik di pesantren.
Selanjutnya, penerapan teknologi industri 4.0 dalam proses produksi batik, revitalisasi sentra IKM batik agar lebih modern dan produktif, restrukturisasi mesin/peralatan untuk meningkatkan efisiensi; serta promosi dan pameran baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami meyakini keberhasilan membangun industri batik yang tangguh hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media,” harapnya.
Baca Juga: Tumbuhkan Industri Batik, Menperin: Bangga Buatan Indonesia Belum Cukup
Ia menambahkan upaya penguatan industri batik ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yakni mewujudkan kedaulatan ekonomi berbasis keunggulan sumber daya nasional dan memperkuat budaya bangsa.
Selain itu, UNESCO juga menepatkan batik Indonesia sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity. Sejak saat itu, setiap tanggal 2 Oktober menjadi momentum nasional untuk meneguhkan komitmen melestarikan batik. Bukan hanya sebagai wastra indah, tetapi sebagai warisan budaya yang sarat makna simbolik tentang harmoni, keberanian, kesabaran, kebahagiaan, serta harapan hidup yang lebih baik.
“Batik adalah contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat menjadi kekuatan ekonomi. Dengan memperkuat ekosistem batik nasional, kita bukan sekadar menjaga peninggalan leluhur, melainkan juga membangun fondasi ekonomi kreatif berbasis budaya yang mampu bersaing di tingkat global,” pungkasnya.