c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

18 Juni 2024

15:35 WIB

PwC Indonesia Optimistis Konsumsi Dan Investasi Topang Ekonomi RI 5,2%

PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia optimistis konsumsi, belanja pemerintah hingga investasi berpeluang menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% di tahun ini.

Penulis: Khairul Kahfi

<p>PwC Indonesia Optimistis Konsumsi Dan Investasi Topang Ekonomi RI 5,2%</p>
<p>PwC Indonesia Optimistis Konsumsi Dan Investasi Topang Ekonomi RI 5,2%</p>

Gedung bertingkat dan pemukiman warga terlihat dari kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat ( 5/5/2023). Antara Foto/Galih Pradipta

JAKARTA - PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia optimistis konsumsi, belanja pemerintah hingga investasi berpeluang menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada tahun ini. Kondisi ini telah mempertimbangkan tekanan eksternal dari mitra dagang yang diproyeksi melambat di waktu yang sama.

“Indonesia menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2024, meskipun terdapat tantangan seperti penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian di Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia,” jelas Direktur Investasi PwC Indonesia Julian Smith, Jakarta, Selasa (18/6).

Dia melanjutkan, konsumsi domestik diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam mencapai target ini. Apalagi sektor ini menyumbang 57% terhadap PDB Indonesia pada 2023.

Optimisme konsumsi tersebut utamanya setelah memperhitungkan kenaikan gaji sebesar 8% untuk 3,7 juta pegawai negeri, serta peningkatan belanja untuk kegiatan terkait Pemilu.

Di sisi lain, kemenangan pemilu Prabowo Subianto pada Pemilu 2024 dan komitmen untuk melanjutkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini. Jadi menandakan iklim investasi yang stabil dan berkurangnya ketidakpastian politik.

“(Semua ini) penting untuk memungkinkan Indonesia mencapai target investasi sebesar Rp1.650 triliun pada 2024, dengan setidaknya 50% berasal dari investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI),” ujarnya. 

Baca Juga: Airlangga: Terendah Di Dunia, Kemungkinan Resesi Ekonomi RI Hanya 1,5%

Investasi prioritas antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, pengembangan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, serta megaproyek pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara.

Sementara itu, PwC Indonesia turut menyorot APBN 2024 menargetkan penerimaan negara sebesar Rp2.802,3 triliun dan belanja negara sebesar Rp3.325,1 triliun, sehingga diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp522,8 triliun. 

“Bidang pengeluaran utama APBN meliputi pendidikan, perlindungan sosial, kesehatan, dan infrastruktur,” urainya. 

Pada 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$36,91 miliar atau turun 32,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian ini terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas global.

Julian juga memproyeksi inflasi Indonesia di 2024 berkisar 2,6%. Adapun proyeksi ini akan menghadapi tantangan berupa volatilitas harga pangan dan bahan bakar, serta potensi gangguan rantai pasokan global yang mempengaruhi harga barang impor.

Kemudian, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah terus menunjukkan tren peningkatan, terutama didorong oleh sikap The Fed yang hawkish dalam mempertahankan kebijakan moneter ketat. 

“Sikap ini berkontribusi pada depresiasi nilai tukar Rupiah yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir yaitu Rp16.249 per dolar AS pada April 2024,” ucapnya. 

Sebagai responsnya, BI telah menetapkan BI Rate sebesar 6,25% untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global sekaligus mengantisipasi suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi.

Baca Juga: BPS: RI Bukukan Pertumbuhan Ekonomi 5,11% di Kuartal I/2024

Di tengah tantangan perekonomian saat ini, Indonesia juga masih mempunyai tingkat lapangan kerja tinggi yaitu sebesar 69,80%. PwC Indonesia mengidentifikasi torehan ini merupakan salah satu yang tertinggi di antara negara-negara G20. 

“Meskipun lebih dari separuh pekerjanya berada di sektor informal. Negara ini memperoleh manfaat dari peningkatan ekspor produk logam peleburan akibat kebijakan hilirisasi,” nilainya. 

Ke depan, Julian merasa, Indonesia masih punya potensi pertumbuhan lebih lanjut yang signifikan. Dengan memperluas jangkauan produk-produk teknologi tinggi dan memaksimalkan dampaknya terhadap lapangan kerja. 

“Sehingga dapat membantu memperkuat perekonomian dalam menghadapi tekanan keuangan eksternal,” ucapnya.

Sebagai kesimpulan, Julian menjabarkan, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap guncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi. Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan pada 2023.

“Indonesia diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut, sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan,” sebutnya.

Situasi Ekonomi Global
PwC menggarisbawahi, perekonomian global diperkirakan akan mengalami perlambatan pada 2024. Dengan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) sebesar 2,9% atau turun dari perkiraan pertumbuhan sebesar 3,2% pada 2023. 

Penurunan ini terutama disebabkan oleh penerapan kebijakan di negara-negara maju, kebijakan moneter yang lebih ketat dan pengurangan dukungan fiskal,” urai laporan PwC Indonesia. 

Oleh karena itu, negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan moderat pada 2024. Sementara negara-negara berkembang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih stabil.

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% pada 2023 di tengah perekonomian global yang sedang melemah. Meski pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,31%, pertumbuhan tersebut tetap patut diperhatikan di tengah tantangan perekonomian global. 

“Inflasi turun secara signifikan menjadi 2,61%, atau turun dari 5,51% pada tahun sebelumnya, yang mencerminkan efektivitas kebijakan moneter negara,” urainya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar