c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

14 Mei 2024

13:33 WIB

Airlangga: Terendah Di Dunia, Kemungkinan Resesi Ekonomi RI Hanya 1,5%

Kemungkinan Indonesia untuk jatuh ke dalam posisi resesi hanya sebesar 1,5%. Capaian ini begitu mentereng ketimbang sejumlah negara barat yang justru probabilitas resesinya terpantau begitu tinggi.  

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Airlangga: Terendah Di Dunia, Kemungkinan Resesi Ekonomi RI Hanya 1,5%</p>
<p>Airlangga: Terendah Di Dunia, Kemungkinan Resesi Ekonomi RI Hanya 1,5%</p>

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan probabilitas ekonomi Indonesia jatuh ke posisi resesi hanya sebesar 1,5%, Jakarta, Selasa (14/5). Validnews/Khairul Kahfi

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan, kemungkinan Indonesia untuk jatuh ke dalam posisi resesi ekonomi hanya sebesar 1,5%. Capaian ini begitu mentereng ketimbang sejumlah negara barat yang justru probabilitas resesinya terpantau begitu tinggi. 

Airlangga juga menyampaikan, peluang resesi ekonomi kembali mencuat setelah kemunculan ketidakpastian di dunia. Pemerintah mengidentifikasi sejumlah ketidakpastian tersebut seperti ketegangan geopolitik, disrupsi rantai pasok global, perubahan iklim, hingga kebijakan suku bunga tinggi.

"Apakah dengan terjadinya ketidakpastian, negara kita akan terjadi resesi? Dari beberapa survei, kita probabilitasnya yang terendah di dunia, Indonesia (hanya) 1,5%," katanya dalam Rakernas Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN, Jakarta, Selasa (14/5).

Paparannya juga menunjukkan, probabilitas resesi ekonomi zona Eropa, Inggris Raya, dan Afrika Selatan masing-masing dapat menyentuh 40%; Jerman 60%; dan Italia 55%. Kemudian, Australia 32,5%; Amerika Serikat 30%; Thailand 30%; Prancis 22,5%; dan Rusia 17,5%.

Baca Juga: BPS: RI Bukukan Pertumbuhan Ekonomi 5,11% di Kuartal I/2024

Selanjutnya, Meksiko dan Korea Selatan masing-masing punya kemungkinan resesi sebesar 15%; China 12,5%; Brasil dan Arab Saudi masing-masing sebesar 10%; serta Malaysia 5%.

Karena itu, Menko Airlangga menyampaikan, Indonesia mesti bersyukur capaian ekonominya masih tetap resilient di tengah tekanan ekonomi global. Adapun, ekonomi global diproyeksikan stabil di tengah kebijakan suku bunga ketat Bank Sentral dan berbagai downside risk, seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi.

Terutama, pemerintah pun terus mewaspadai tensi geopolitik yang masih belum mereda seperti perang Rusia-Ukraina dan situasi berat di Gaza yang diserang Israel, entah konflik dengan Hamas ataupun dengan Iran. 

“Tensi itu tentu mengubah harga komoditas. Bagi Indonesia, yang sangat strategis itu fluktuasi harga komoditas, baik pangan maupun energi,” sebutnya. 

Belum usai, perubahan iklim juga turut sangat memengaruhi hasil produksi pangan Indonesia dengan penurunan yang cukup besar pada tahun lalu sehingga Indonesia harus mengimpor kebutuhan pangan di tahun ini yang kuotanya bisa mencapai 3 juta ton.

Baca Juga: Apindo: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Masih Belum Maksimal

Airlangga pun mengingatkan, perekonomian Indonesia yang tumbuh positif sebesar 5,11% (yoy) pada kuartal I/2024, atau lebih tinggi dibanding periode yang sama di 2023 sebesar 5,04% (yoy) dan di 2022 yang sebesar 5,01% (yoy). 

Dia melanjutkan, solidnya pertumbuhan ekonomi nasional juga diafirmasi oleh berbagai lembaga rating yang memberikan asesmen positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga. Didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil, serta inflasi yang terkendali di kisaran 2,5±1% sesuai APBN

“Inflasi kita (3%) salah satu yang terendah, di bawah kita ada Korea Selatan (2,9%) dan Jerman (2,2%)… Sementara, pertumbuhan ekonomi 5,11% merupakan salah satu yang tertinggi di ASEAN dan G20,” sebutnya.

Airlangga juga menyampaikan bahwa capaian PMI Manufaktur RI per April 2024 di level 52,9 poin juga terhitung relatif tinggi di dunia. 

“(Capaian PMI Manufaktur) ini di atas beberapa negara lain termasuk AS (50 poin), Korsel (49,4%), Inggris (49,1%), bahkan di atas Jepang (49,6%),” ungkapnya.

Pertumbuhan Ekonomi Spasial Solid
Pada kesempatan sama, Airlangga juga menilai, perekonomian Indonesia secara spasial menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi di Wilayah Timur mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi.

Secara spasial, tiga kelompok provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Maluku-Papua (12,15%), Sulawesi (6,35%), dan Kalimantan (6,17%). Pertumbuhan ekonomi di ketiga wilayah tersebut utamanya didorong oleh kegiatan pertambangan, industri logam, dan pembangunan IKN.

“(Capaian) ini sudah sejalan dengan apa yang diupayakan pemerintah dengan format mendorong hilirisasi,” ucapnya. 

Sebelumnya, BPS mengonfirmasi, ekonomi provinsi di wilayah Indonesia Timur tumbuh tinggi pada kuartal pertama tahun ini. Bahkan, capaian pertumbuhannya melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di dalam periode yang sama. 



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar