c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

07 Oktober 2025

18:50 WIB

Punya Potensi 600 Giga Ton CCS, RI Bidik Market Karbon Global

Indonesia digadang punya potensi penyimpanan karbon hingga 600 GT CO2, keempat terbesar dunia. Sejumlah negara penghasil emisi besar dengan CCS minimal berpeluang jadi customer.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Punya Potensi 600 Giga Ton CCS, RI Bidik <em>Market</em> Karbon Global</p>
<p>Punya Potensi 600 Giga Ton CCS, RI Bidik <em>Market</em> Karbon Global</p>

Ilustrasi - Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). Antara Foto/Muhammad Ramdan

JAKARTA - Teknologi penyimpanan dan penangkapan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) jadi salah satu instrumen untuk menjalankan inisiasi rendah karbon dalam agenda transisi menuju energi yang lebih bersih.

Indonesia digadang punya potensi penyimpanan karbon hingga 600 giga ton (GT) CO2. Angka itu menjadikan Nusantara sebagai negara peringkat keempat dalam urusan besar-besaran potensi CCS sedunia.

Pemerintah pun dikabarkan terus mengulik perdagangan karbon lintas negara (crossborder) dalam rangka mengoptimalkan potensi tersebut, sekaligus menciptakan sumber pendapatan baru bagi negara.

Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno menyorot Singapura, Korea Selatan, Jepang, hingga Taiwan sebagai negara penghasil emisi karbon tinggi dengan potensi CCS yang minimal.

"Kita memiliki potensi yang besar sekali untuk menangkap peluang ini (CCS) dalam bentuk investasi yang masuk di Indonesia, untuk kemudian mereka menyimpan karbon yang dihasilkan," jelas Eddy dalam konferensi pers International & Indonesia CCS (IICCS) Forum 2025, Jakarta, Selasa (7/10).

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Beberkan Manfaat 'Bunker Karbon' Alias CCS Untuk Indonesia

Meski demikian, Eddy mengatakan, sampai saat ini potensi 600 GT penyimpanan karbon di Indonesia sama sekali belum terutilisasi karena masih ada banyak hal yang harus dipersiapkan secara lebih matang.

Pemanfaatan potensi CCS di Indonesia oleh negara lain pun masih harus menunggu terciptanya perjanjian antarnegara. Politisi PAN ini pun menekankan, perjanjian menjadi satu syarat yang mutlak jika ada negara lain yang ingin mengirim dan 'menyimpan' CO2-nya di Indonesia.

"Misalkan kalau sampai kita ingin menggiatkan crossborder CCS antara Indonesia dengan Singapura, Korea, atau Jepang, harus ada perjanjian antarnegara terlebih dahulu, ini yang kita laksanakan," tutur dia.

Baca Juga: Kemenko Perekonomian Dorong Implementasi CCS Jadi Daya Tarik Investasi

Dirinya mengakui, pasar karbon internasional memang menjadi incaran pemerintah dalam hal pemanfaatan fasilitas atau teknologi CCS, mengingat banyak negara yang menghasilkan emisi CO2 cukup besar, tapi tidak memiliki tempat penyimpanan karbon.

"Karena itu, Indonesia dengan kapasitas yang begitu besar menjadi salah satu prospek bagi mereka untuk menyimpan karbonnya di Indonesia," tegasnya. Potensi Penyimpanan Karbon RI Sampai 220 Tahun
Eddy juga memperkirakan, potensi CCS RI hingga 600 GT itu bisa dimanfaatkan untuk menyimpan karbon sampai sekitar 200-220 tahun. Tak heran, pemerintah merancang CCS sebagai salah satu instrumen baru pendapatan negara.

Di samping membidik pasar internasional, potensi penyimpanan karbon dari industri di dalam negeri juga tak luput dari lirikan pemerintah. Banyak sektor usaha yang dia sebut menghasilkan emisi cukup besar, seperti industri besi dan baja, petrokimia, semen, hingga pupuk.

"Suatu ketika dengan adanya aturan yang lebih ketat lagi harus melakukan penanganan terhadap karbon yang diemisikannya. Salah satu upaya atau opsi yang bisa dilakukan adalah melalui CCS ini, kita menangkap karbonnya, dan kemudian kita injeksi di tempat-tempat penyimpanan karbon yang jumlahnya sangat besar," jabar dia.

Baca Juga: Jadi Senjata Kurangi CO2, Ini Cara Kerja CCS

Sebab itu, ada banyak peluang untuk mengutilisasi potensi CCS di Indonesia, dari dalam maupun luar negeri. Artinya, pemerintah tak sebatas membidik pasar luar negeri, melainkan juga berbagai industri domestik.

"(Namun) untuk sementara, mudah-mudahan kita bisa mulai dengan potensi-potensi (CCS) yang sudah terjalin dari calon yang sekarang ingin memanfaatkan Indonesia sebagai tempat penyimpanan (karbon) dari luar negeri," pungkas Eddy.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar