c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

12 Januari 2023

08:52 WIB

Proyeksi Startup 2023: Masih Abu-Abu dan Belum Terlihat Jelas

Menurut peneliti CIPS proyeksi startup di Indonesia masih sangat abu-abu, namun ia optimistis akan ada beberapa lonjakan startup di Indonesia hingga melakukan akuisisi.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Proyeksi <i>Startup</i> 2023: Masih Abu-Abu dan Belum Terlihat Jelas
Proyeksi <i>Startup</i> 2023: Masih Abu-Abu dan Belum Terlihat Jelas
Ilustrasi Start Up. Envato/Rawpixel

JAKARTA – Tahun 2022 menjadi masa suram bagi iklim perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Pasalnya, banyak startup melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai tutup operasional. Seringkali, kondisi makroekonomi menjadi alasan di balik semua itu.

Tahun berganti, Head of Economic Opportunities Research, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Trissia Wijaya menuturkan tahun ini masih belum terlihat jelas bagaimana nasib industri startup.

"Prospek ekonomi digital terutama perusahaan startup di 2023 masih belum terlihat jelas, terutama karena kasus layoff massal kemarin cukup menurunkan risk appetite dari investor," katanya saat diwawancarai Validnews, Kamis (12/1). 

Meski begitu ia optimistis soal kinerja startup ke depannya. Pasalnya, beberapa problematika tahun lalu merupakan sinyal bagus bagi startup di Indonesia yang tengah berbenah, konsolidasi, dan memfokuskan diri dengan line business. Ini dilakukan agar mereka lebih yakin, kompetitif dan memiliki nilai tambah. 

Baca Juga: Menanti Pelangi Setelah Badai Pergi

Selain itu ia juga menilai, dari segi investasi venture capital yang menjadi investor utama dari startup, belum memperlihatkan sentimen negatif. Menurutnya, banyak dari fintech di Indonesia yang berhasil mencapai series C akhir-akhir ini dan terus berkembang.

"Ada juga interest yang meningkat akan startup kesehatan juga, seperti health tech atau juga startup yang berpedoman pada green development, seperti paten teknologi, dan sebagainya," ujarnya. 

Lebih lanjut, ia juga menegaskan beberapa startup dalam negeri juga merupakan subsidiaries dari perusahaan besar di Indonesia, seperti Sinarmas, Salim Group, dan lainnya. Banyaknya variasi bisnis model dan berbagai risiko yang akan perusahaan digital hadapi juga semakin banyak.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia diproyeksi mencapai nilai US$70 miliar pada 2021 dan diperkirakan menyentuh US$146 miliar pada 2025. 

Potensi ekonomi digital yang tinggi membuat investor berebut menanamkan modal di perusahaan-perusahaan rintisan di bidang teknologi atau startup.

Selain itu laporan Cento Ventures menunjukkan nilai investasi startup di wilayah Asia Tenggara mencapai US$14,2 miliar pada 2021 lalu. Tercatat, mayoritas pendanaan itu menyasar Indonesia dengan porsi sebesar 42%.

Potensi Merger hingga Akuisisi
Saat ditanya mengenai potensi kekalutan pada 2023 akibat krisis ekonomi hingga inflasi yang tinggi, Trissia mengungkapkan hal ini masih terlalu dini untuk diklaim.

Pasalnya, ia melihat ada banyak faktor mengapa perusahaan mengalami penurunan hingga terpaksa memotong anggaran hingga melakukan PHK massal.

"Tapi saya rasa ini lebih ke masalah siapa yang bertahan hingga di akhir. Tidak menutup kemungkinan pada akhirnya akan ada banyak merger and acquisition antara startup itu sendiri," timpalnya.

Meski tengah berada di berbagai krisis, Trissia memprediksi akan ada beberapa tren baru hingga lonjakan startup terutama di bidang fintech. Ia menyebutkan di antaranya seperti P2P Lending, Aggregator hingga investasi.

"Karena trend market itu cenderung mengambil grip yang besar, itu (fintech) yang akan bertahan. Sedangkan yang benar benar berinovasi di technology based menurut saya itu yang masih kurang di Indonesia," ucapnya.

Baca Juga: Ini Prospek Startup 2023 Menurut East Venture

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, fenomena tech winter saat ini tengah melanda sektor ekonomi digital dunia. 

Tercermin dari tren penurunan aliran pendanaan startup digital di wilayah Asia sebesar 60% secara tahunan (year on year/yoy), dan 33% secara kuartalan (quarter to quarter/qtq) pada kuartal III/2022.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan CB Insights, nilai pendanaan startup di skala global pada kuartal III/2022 mencapai US$74,5 miliar. Anjlok 54,57% yoy jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$164 miliar.

Jumlah kesepakatan pendanaan pada kuartal III/2022 pun turut merosot 19,52% yoy, dari 9.862 kesepakatan menjadi 7.936 kesepakatan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar