08 Maret 2024
11:16 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan persusuan nasional saat ini. Di antaranya, produksi susu segar dalam negeri lesu, populasi sapi perah berkurang, namun impor susu justru melonjak.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat sepanjang 2019-2021, produksi susu segar dalam negeri (SSDN) meningkat. Namun produksi SSDN anjlok pada 2022, salah satunya disebabkan wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang ternak.
Bersamaan dengan itu, impor susu justru meningkat. Sepanjang 2019-2021, jumlah produk susu yang diimpor Indonesia fluktuatif, namun kemudian mengalami lonjakan pada 2022.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Nasrullah mengatakan, selama 3 tahun ke belakang, 2022-2024, penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) telah mengancam pasokan susu di dalam negeri.
"Sehingga terjadi penurunan populasi sapi perah dan penurunan produksi yang signifikan, dengan rataan 10% mortalitas dan 30% penurunan produksi SSDN," ujarnya kepada Validnews, Rabu (6/3).
Berdasarkan data Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ditjen PKH Tahun 2023 yang diterima Validnews, produksi SSDN pada 2019 mencapai 944,54 juta ton, lalu 2020 naik menjadi 946,91 juta ton.
Baca Juga: Produksi Susu Segar Masih Banyak Kendala, Ini Penjelasan Kementan
Produksi SSDN pada 2021 mulai turun tipis menjadi 946,39 juta ton. Kemudian, produksinya anjlok menjadi 824,27 pada 2022.
Penurunan juga terjadi pada populasi sapi perah di Indonesia. Pada 2019, jumlahnya ada sebanyak 565.001, pada 2020 menjadi 568.000 ekor, lalu 2021 sebanyak 582.169. Kemudian, populasinya jatuh pada 2022 menjadi 507.075.
Sementara impor susu justru naik. Pada 2019, susu yang diimpor sejumlah 495.102 juta ton, lalu 2020 turun menjadi 484.775 juta ton. Pada 2021 naik lagi menjadi 541.897 juta ton, dan pada 2022 melonjak jadi 584.614 juta ton.
Nasrullah menyebutkan sedikitnya ada 7 faktor yang memengaruhi tingkat produksi susu segar dalam negeri (SSDN). Itu mencakup jumlah populasi ternak sapi perah, kualitas genetik benih/bibit sapi perah, ketersediaan dan kualitas pakan.
"Produksi SSDN sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi ternak, kualitas genetik benih/bibit sapi perah yang dipelihara, ketersediaan pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup," paparnya.
Tidak hanya itu, faktor lainnya yakni kesehatan dan kesejahteraan ternak, infrastruktur pendukung seperti kandang serta sarana dan prasarana peternakan.
Kemudian, penerapan manajemen pemeliharaan ternak yang baik (Good Farming Practices) oleh para peternak sapi perah. Juga, tingkat pengetahuan dan pemahaman peternak untuk memanfaatkan teknologi, serta tingkat kompetensi peternak.
Upaya Tingkatkan Produksi Susu Segar
Untuk mengatasi perihal tersebut, Dirjen PKH Kementan menyampaikan sedikitnya ada 4 hal yang perlu dilakukan pemerintah. Pertama, meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia.
"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan produksi SSDN melalui, satu, peningkatan populasi sapi perah," terang Nasrullah.
Caranya, dengan menggelar Program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri), pemasukan bibit untuk replacement induk, pengembangan rearing/pembesaran pedet menjadi indukan sapi perah, dan insentif investasi.
Baca Juga: Lampu Kuning Produksi Susu Sapi Asli Indonesia
Kedua, meningkatkan produktivitas sapi perah. Menurut Nasrullah, pemerintah perlu memperbaiki genetik sapi perah dengan cara pemanfaatan pejantan unggul hasil uji zuriat/progeny test.
Kemudian, mengembangkan jenis sapi baru, meningkatkan kompetensi SDM dan regenerasi peternak sapi perah milenial, serta memberikan pelatihan penerapan cara budidaya yang baik (Good Farming Practices).
Ketiga, meningkatkan kualitas susu segar dan produk susu olahan. Beberapa langkah yang perlu ditempuh, yakni Perbaikan mutu genetik, Peningkatan kualitas dan kuantitas pakan, Pendampingan GHP dan GMP kepada peternak.
Lalu, fasilitasi sertifikasi/izin edar (MD/SPP-IRT/Organik), fasilitasi sarana dan prasarana unit pasca panen dan pengolahan untuk UMKM, serta Peningkatan kompetensi SDM peternak melalui bimtek, sosialisasi dan pendampingan.
Keempat, melakukan pengembangan usaha. Nasrullah menyebutkan beberapa cara di antaranya, pemanfaatan kredit usaha rakyat (KUR) dan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Juga, peningkatan skala usaha dan orientasi bisnis, asuransi ternak serta kemitraan.