23 Oktober 2025
12:45 WIB
Produksi Kakao Terus Anjlok Bikin Indonesia Impor 157 Ribu Ton
Di tengah lonjakan harga kakao global, produksi kakao Indonesia justru terus merosot. Deputi Kemenko Pangan, Widiastuti, menyebut Indonesia harus mengimpor hingga 157 ribu ton biji kakao pada 2024.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kemenko Pangan, Widiastuti di sela acara Peringatan Hari Kakao Indonesia 2025 "Penguatan Sektor Hulu untuk Memperkokoh Hilirisasi Kakao Indonesia", di Jakarta, Kamis (23/10). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Pangan, Widiastuti membeberkan produktivitas tanaman kakao di Indonesia terus menurun, sehingga mendorong peningkatan impor kakao. Penurunan produksi kakao juga terjadi di level dunia, sehingga membuat harga komoditas ini terus meningkat drastis.
Widiastuti menyampaikan, harga biji kakao di tahun 2023 sekitar US$2.500/ton bahkan tembus US$11.000/ton. Sementara saat ini, harga biji kakao di sekitar US$7.000/ton sampai US$8.000/ton.
Kenaikan harga kakao ini, menurut dia, semestinya bisa menjadi peluang Indonesia sebagai salah satu negara produsen kakao. Namun kondisi perkebunan kakao Indonesia justu belum bisa memenuhi, bahkan untuk kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga: Ikhtiar Mengembalikan Kejayaan Kakao Nusantara
"Harapannya kita bisa tetap meningkat (harga) hingga US$11.000/ton. Peningkatan harga kakao ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi di Indonesia. Jadi ada yang menjadi sisi kesempatan, tapi juga menjadi sisi tantangan," ungkap Widiastuti dalam acara Peringatan Hari Kakao Indonesia 2025 "Penguatan Sektor Hulu untuk Memperkokoh Hilirisasi Kakao Indonesia", di Jakarta, Kamis (23/10).
Ia menambahkan, berdasarkan data The International Cocoa Organization (ICCO) pada tahun 2025, produksi kakao Indonesia hanya 200 ribu ton/tahun. Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2005-2006 yang mencapai 590 ribu ton.
Seorang petani membersihkan biji kakao di Desa Pepageka, Kecamatan Klubagolit, Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (16/07/2024). Antara Foto/Mega Tokan
Menurut Widiastuti, penurunan produksi kakao nasional ini membuat Indonesia harus mengimpor biji kakao untuk memenuhi kebutuhan nasional.
"Penurunan ini mengakibatkan Indonesia harus impor biji kakao untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri grinding di dalam negeri. Dan tahun 2024 impor biji ini sebanyak 157 ribu ton data BPS," tutur Widiastuti.
Baca Juga: Peringkat RI Turun Sebagai Negara Penghasil Kakao Dunia, Ada Apa?
Permasalahan ini kata Widiastuti perlu menjadi perhatian bagi Indonesia, mengingat sebelumnya Indonesia merupakan produsen kakao ketujuh terbesar di dunia.
Ia merincikan ada berbagai masalah dan tantangan yang harus Indonesia lalui dalam meningkatkan produktivitas tanaman kakao, antara lain perubahan iklim, serangan hama, adanya penyakit, dan usia tanaman yang sudah tua.
"Kita harus bisa mengembalikan kejayaan dari Kakao Indonesia dan siap menghadapi tantangan dalam pengembangan kakao," tutup Widiastuti.