05 Desember 2024
14:58 WIB
Prima Energy Laksanakan Lifting Minyak Pertama Di Lapangan Camar
Produksi awal dari dua sumur di Lapangan Camar mencapai kisaran 400 BOPD dan minyak yang dilifting menyentuh 95.000 barel
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Lapangan Camar Wilayah Kerja (WK) Bawean, terletak di utara Laut Jawa Timur, sekitar 90 km dari Surabaya. Antara/HO-SKK Migas.
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Prima Energi Bawean telah melaksanakan lifting minyak mentah perdana di Lapangan Camar WK Bawean.
Lapangan yang berlokasi di Perairan Utara Laut Jawa Timur atau sekitar 90 km dari Surabaya itu kembali aktif beroperasi pada Februari 2024 lalu setelah vakum selama tiga tahun.
CEO PT Prima Energi Bawean (PEB) Pieters Utomo mengungkapkan, lifting perdana itu jadi bagian dari pencapaian strategis perusahaan dalam mendukung industri hulu migas di Indonesia.
"PEB akan terus bersinergi dengan semua pihak untuk memastikan kelancaran operasional serta memaksimalkan potensi yang ada di Lapangan Camar dan WK Bawean," tutur Pieters lewat keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (5/12).
Baca Juga: SKK Migas Punya Rp46,8 Triliun Untuk Eksplorasi Migas
Adapun minyak mentah yang dihasilkan PEB berasal dari dua sumur, yakni CM-1 dan CS-2 di Central Processing Platform (CPP) Lapangan Camar. Produksi awal kedua sumur itu mencapai kisaran 400 barel per hari (BOPD) dan total minyak mentah yang dilifting mencapai 95.000 barel.
Minyak yang diproduksi itu disimpan sementara di Temporary Storage Tanker (TST) Fastron sebelum nantinya diangkut menggunakan tanker Maersk Cayman.
"Pelaksanaan lifting berjalan lancar, dengan mematuhi standar operasional yang tinggi serta mengutamakan aspek keselamatan, keamanan, dan perlindungan lingkungan," ujar Pieters.
Asal tahu saja, PEB sebagai operator 100% atas Lapangan Camar mendapatkan skema Production Sharing Contract (PSC) cost recovery lewat direct offer tender minyak dan gas bumi sejak 15 Desember 2022 silam.
Saat ini, PEB juga tengah melaksanakan berbagai kegiatan pengembangan, termasuk pengeboran sumur CW-1 dan CW-2 di Monopod Platform A (MPA), penggelaran pipa sepanjang 8 km yang menghubungkan MPA dengan CPP, serta rencana reaktivasi sumur lama seperti CM-6.
Dari sederet kegiatan itu, produksi di Lapangan Camar diproyeksikkan menyentuh 2.200 BOPD pada tahun 2025 mendatang, dan diharapkan bisa berkontribusi terhadap ketahanan energi di dalam negeri.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengapresiasi atas keberhasilan PEB melakukan lifting perdana di Lapangan Camar WK Bawean.
Hudi mengungkapkan pihaknya terus mendorong PEB supaya terus mendongkrak produksi minyak mentah di Lapangan Camar dan melancarkan eksplorasi di wilayah kerja tersebut.
"Kami mendorong PEB untuk meningkatkan produksi minyak mentah di Lapangan Camar serta melaksanakan program eksplorasi di wilayah kerja tersebut, agar potensi migas di wilayah kerja tersebut dapat dimaksimalkan. Ini adalah bagian dari upaya mendukung ketahanan energi nasional," tandas Hudi.
Dana Eksplorasi Migas
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyatakan, pihaknya memiliki dana sebanyak Rp46,8 triliun untuk melakukan peningkatan kapasitas eksplorasi minyak dan gas (migas) domestik.
Djoko menjelaskan, dana sebesar itu berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar Rp15 triliun dan US$2 miliar (Rp31,8 triliun) dari dana yang dimiliki SKK Migas.
Baca Juga: SKK Migas: Gas RI Bakal Oversupply Pada 2035
"Bapak Menteri ESDM telah berjuang keras menyediakan dana Rp15 triliun per tahun untuk kegiatan eksplorasi. Selain itu, kami laporkan, kami juga mempunyai dana sekitar US$2 miliar dan itu hanya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi," kata Djoko, Selasa (3/12).
Dalam kurun waktu hingga dua tahun terakhir, pihaknya telah melakukan kegiatan penarikan investor (investor engagement) dengan lebih dari 40 perusahaan migas internasional. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi migas dalam negeri.
"Tantangan utama yang dihadapi industri hulu migas saat ini adalah penurunan produksi yang terus berlangsung. Kami terus semangat, berupaya bekerja keras melakukan kolaborasi dengan KKKS, serta kementerian dan lembaga untuk mendorong peningkatan produksi migas di masa depan," ujarnya.