c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

30 November 2023

11:44 WIB

Presiden: Investasi Portofolio Tak Langsung Berdampak Sektor Riil

Presiden singgung pesatnya transaksi pada beragam instrumen investasi portofolio di dalam negeri tidak berdampak langsung pada sektor riil dan ekonomi masyarakat Indonesia.

Penulis: Khairul Kahfi

Presiden: Investasi Portofolio Tak Langsung Berdampak Sektor Riil
Presiden: Investasi Portofolio Tak Langsung Berdampak Sektor Riil
Presiden Joko Widodo memberikan arahan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 di kantor BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyinggung, pesatnya transaksi pada beragam instrumen investasi portofolio di dalam negeri tidak berdampak langsung pada sektor riil di Indonesia. 

Dirinya pun mendapat laporan, hal tersebut membuat kering arus keuangan di lapangan. Menurutnya, aksi investasi tersebut terjadi pada banyak pelaku usaha di nusantara.

“Jangan-jangan, (uang dan modal) terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN atau terlalu banyak yang dipakai membeli SRBI atau SVBI sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang,” sebutnya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 di Jakarta, Rabu (29/11).

Di sisi lain, Jokowi juga mengajak sektor perbankan untuk semakin getol menyalurkan pinjaman kredit kepada masyarakat, terutama bagi kalangan UMKM. 

Menurutnya, strategi ini lebih baik bagi perekonomian Indonesia di tingkat masyarakat, ketimbang menyimpan dananya secara masif di dalam instrumen investasi.

“Jangan semuanya ramai-ramai membeli (instrumen investasi) yang tadi saya sampaikan ke BI maupun ke SBN, meskipun juga boleh-boleh saja, tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu,” tegasnya.

Baca Juga: Jokowi: Sudah Ada 300 LoI Dari Investor Asing Untuk Masuk Ke IKN

Sebelumnya, BI melaporkan, hingga 21 November 2023, lelang SRBI telah mencapai Rp168,81 triliun yang antara lain didorong oleh aliran investasi portofolio asing sebesar Rp27,25 triliun. Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan SVBI sebagai instrumen moneter valas dengan lelang perdana pada 21 November 2023. 

Sekilas, pasar mengapresiasi penerbitan Sekuritas Valuta asing Bank Indonesia (SVBI) yang tercermin pada tingginya penawaran sebesar US$266,5 juta, atau lebih tinggi dibandingkan dengan target indikatif lelang sebesar US$200 juta. 

Selanjutnya, BI merencanakan penerbitan SUVBI dengan lelang perdana pada 28 November 2023.

Sementara itu, APBN mencatat, realisasi pembiayaan utang per akhir Oktober 2023 mencapai Rp203,62 triliun atau 29,2% dari target. Pemerintah menargetkan pembiayaan utang akan lebih efisien sejalan dengan penurunan defisit dan pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL). 

Realisasi pembiayaan utang terdiri dari realisasi SBN (Neto) mencapai Rp185,42 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) tercatat Rp18,20 triliun.

Pinjaman Dalam Negeri mencapai Rp7,92 triliun, terdiri atas realisasi Penarikan Pinjaman Dalam Negeri Rp10,11 triliun dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri Rp2,19 triliun. Dari sisi Pinjaman Luar Negeri, terealisasi Rp10,28 triliun yang terdiri atas Penarikan Pinjaman Luar Negeri Rp78,33 triliun dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri Rp68,05 triliun.

Selain itu, pada kesempatan sama, presiden juga menyinggung fiskal pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk realisasi belanja yang masih perlu digeber pelaksanaannya. Hingga kini, realisasi belanja pemerintah daerah baru mencapai 64% dari pagu 2023, sedangkan belanja pemerintah pusat masih di kisaran 76% dalam waktu yang sama.

“Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan selalu saya telepon, tapi enggak telepon Pak Gubernur, nanti mengintervensi. Menteri Keuangan pasti saya telepon. Ini kondisinya seperti apa sebetulnya,” katanya.

Baca Juga: BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 4,7-5,5%, di 2025 4,8-5,6%

Semua kondisi ini, presiden tekankan, perlu diperhatikan sebagai langkah pendorong atau booster momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk bisa terus naik dan meningkat. Terlebih, pemerintah juga sudah memiliki strategi besar, seperti hilirisasi industri maupun ekonomi hijau. 

“Ini akan menjadi sebuah penggerak ekonomi nasional yang akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah yang ada. Tentu saja akan menopang ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.

Terakhir, Jokowi menyampaikan, agar semua pihak tidak perlu khawatir berlebihan menjelang pesta demokrasi terbesar atau Pemilu pada 2024. Apalagi, pemerintah mengklaim, Indonesia sudah berpengalaman mengadakan Pemilu di lima seri terakhir. 

“Jadi perbedaan, agak hangat, agak panas ya biasa, perbedaan pilihan itu juga wajar saja. Karena yang kita tahu semuanya bangsa kita ini, bangsa Indonesia ini bangsa yang cinta damai, bangsa yang suka bersatu, bangsa yang senang harmonis. Marilah kita bersatu untuk Indonesia Maju,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar