c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

10 Februari 2025

20:55 WIB

Potensi Ekspor Rempah dan Pertanian UMKM Indonesia Capai US$5,22 Juta

Kemendag menyebut sepanjang Januari 2025 berhasil mencatatkan potensi transaksi ekspor rempah dan produk pertanian hingga US$5,22 juta. Dua negara tercatat paling berminat pada produk UMKM Indonesia.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Potensi Ekspor Rempah dan Pertanian UMKM Indonesia Capai US$5,22 Juta</p>
<p id="isPasted">Potensi Ekspor Rempah dan Pertanian UMKM Indonesia Capai US$5,22 Juta</p>

Ilustrasi produk rempah. Seorang pedagang menunjukkan komoditi fuli di toko pengepul rempah di Kota Ambon, Maluku, Rabu (7/7/2021). ANTARA FOTO/FB Anggoro

JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan, sepanjang Januari 2025 UMKM Indonesia berhasil mencatatkan potensi transaksi penjajakan bisnis (business matching) yang total nilainya mencapai US$5,22 juta.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kemendag, Fajarini Puntodewi menyampaikan, potensi transaksi dari business matching tersebut ditujukan untuk produk UMKM yang akan diekspor. Potensi transaksi tersebut terdiri dari transaksi pembelian dan nota kesepahaman (MoU).

"Pada Januari 2025, business maching yang kami lakukan mencatatkan hasil yang menggembirakan, dengan potensi transaksi mencapai US$5,22 juta. Nilai ini terdiri atas transaksi pembelian sebesar US$1,55 juta dan potensi transaksi dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) sebesar US$3,67 juta," ujar Puntodewi dalam keterangan resmi, Senin (10/2).

Baca Juga: Kemendag: Sepanjang Januari, Potensi Transaksi Ekspor UMKM US$5,2 Juta

Transaksi pembelian yang telah terjadi senilai US$1,55 juta tersebut diketahui berasal dari Singapura, dengan produk yang dijual adalah aneka rempah. Selain transaksi tersebut, Singapura juga mencatatkan MoU senilai US$2,67 juta.

"Produk yang banyak diminati oleh Singapura yaitu aneka rempah-rempah dan produk perkebunan," tutur dia.

Selanjutnya yang juga mencatatkan potensi transaksi produk UMKM Indonesia adalah negeri ginseng atau Korea Selatan dengan potensi transaksi dan capaian MoU total nilainya US$1 juta.

"Adapun produk-produk yang dimiati meliputi produk kayu (seperti lantai, dekorasi rumah, dan furnitur), alat dan peralatan medis, makanan olahan, produk pertanian, baja, aluminium, tembaga, petrokimia, kendaraan listrik, serta produk unggas," urai Puntodewi.

Seperti diketahui, saat ini Kemendag tengah getol mendorong UMKM Bisa Ekspor sebagai salah satu program prioritasnya. Hal ini juga sejalan dengan program kedua dengan memperluas pasar ekspor. Adanya capaian potensi transaksi tersebut diakui Puntodewi tak terlepas dari upaya pihaknya yang selama Januari telah melaksanakan 72 business matching baik secara daring maupun luring di 33 negara.

Kegiatan business matching tersebut terdiri dari 40 sesi pitching atau presentasi dari pelaku UMKM kepada perwakilan Kemendag atau Atase Perdagangan (Atdag) di beberapa negara, dan 32 sesi pertemuan langsung antara UMKM dan buyer.

Sepanjang Januari 2025, menurut Puntodewi, telah dilakukan business matching dengan 196 pelaku UMKM dari berbagai sektor, antara lain makanan dan minuman, furnitur, kerajinan tangan, alat kesehatan, produk kimia, kopi, dan rempah-rempah.

Baca Juga: Kemendag Gaet Kementerian BUMN Tingkatkan Ekspor UMKM

Pada 2024, total ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar US$248,83 miliar, atau naik 2,46% dibandingkan 2023. Peningkatan ekspor terbesar terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh 29,81%, diikuti sektor industri 5,33%.

Beberapa produk utama ekspor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada 2024, antara lain, kakao dan olahannya (HS 18) sebesar 118,64%; barang dari besi dan baja (HS 73) 101,10%; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) 70,07%; serta kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) 67,25%. Adapun pangsa utama ekspor nonmigas yaitu, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India dengan total nilai mencapai US$106,86 miliar.

Selain itu sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso meminta agar pelaku usaha Indonesia terutama UMKM bisa mendiversifikasi produknya. Hal ini mengingat perdagangan internasional semakin ketat, terlebih saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald. J. Trump dilantik.

"Kita harus diversifikasi produk, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di sana. Karena kan kalau dia mau produksi juga perlu waktu," ujar Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rabu (5/2).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar