03 Februari 2025
08:35 WIB
PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Bersih Dari Co-Firing Biomassa Di 2024
Energi hijau yang dihasilkan dari co-firing biomassa pada PLTU sepanjang 2024 meningkat 60% dari tahun sebelumnya.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar berkapasitas 3x315 Megawatt (MW) yang berada di Kabupaten Tangerang, Banten sebagai salah satu pembangkit yang menerapkan co-firing biomassa sebagai salah satu strategi dekarbonisasi. Sumber: PLN
JAKARTA - PT PLN telah mengimplementasikan teknologi substitusi batu bara atau co-firing biomassa pada 47 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sepanjang 2024 lalu.
Tak tanggung-tanggung, langkah tersebut telah menghasilkan energi hijau sebesar 1,67 Megawatt hour (MWh). Angka itu diketahui mengalami peningkatan 60% dibanding tahun sebelumnya, yakni 1,04 juta MWh.
Adapun konsumsi biomassa sepanjang 2024 tercatat mencapai 1,62 juta ton, tumbuh signifikan dari 2023 yang hanya sebanyak 1 juta ton.
Co-firing biomassa yang dijalankan oleh perusahaan pelat merah itu juga tercatat menyumbang 1,86% bauran energi terbarukan pada tahun 2024. Sedangkan pada 2023, sumbangsih bauran energi bersih dari co-firing biomassa hanya di kisaran 1,2%.
Baca Juga: PLN: Teknologi Co-Firing Mampu Tekan 1,05 Juta Ton CO2
Sumber-sumber biomassa yang digunakan PT PLN untuk mendukung co-firing pada PLTU sepanjang 2024 meliputi sawdust, woodchip, cangkang sawit, sekam padi, pellet sekam padi, bonggol jagung, bahan bakar jumputan padat (BBJP), pellet tankos kelapa sawit, cangkang kemiri, hingga limbah racik uang kertas (LRUK).
Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo menegaskan pihaknya akan terus melancarkan co-firing biomassa sebagai strategi menurunkan emisi dengan memberdayakan masyarakat lokal.
Program co-firing biomassa pada PLTU itu pun disebut Darmawan sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto terkait swasembada energi.
"Dahulu, PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyediakan energi yang bersih dan affordable untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan," jelas Darmawan lewat keterangan tertulis yang diterima, Minggu (2/2).
Dia menambahkan, tahun ini pihaknya akan memperluas teknologi co-firing biomassa ke 52 PLTU. Diproyeksikan, kebutuhan biomassa untuk 52 PLTU itu mencapai kisaran 10,2 juta ton per tahun.
Karena itu dalam rangka memastikan ketersediaan pasokan, PLN bakal mengembangkan ekosistem biomassa yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, seperti lewat program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu.
Darmawan menegaskan, pemanfaatan biomassa tak sekadar berkontribusi pada peningkatan bauran EBT di tanah air, tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
Baca Juga: PLN IP Gunakan Limbah Uang Kertas Untuk Co-firing PLTU Bengkayang
Selain menekan emisi karbon, dia menyebut tekknologi co-firing biomassa turut mendorong pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien dan berkelanjutan.
"Kita dapat menciptakan ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sebelumnya tidak bernilai. Selain itu, lahan-lahan kritis bisa direvitalisasi agar lebih hijau dan produktif," kata Darmawan.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono pun melayangkan apresiasi karena langkah co-firing biomassa dilakukan PLN dengan memanfaatkan lahan kritis lewat kolaborasi dengan Kementan, pemda, dan kelompok masyarakat.
"Saya sangat menghargai karena dengan diwajibkannya program ini, sumber biomassa akan berasal dari tanah marjinal," tandas Sudaryono.