19 Juni 2024
17:55 WIB
PLN IP Gunakan Limbah Uang Kertas Untuk Co-firing PLTU Bengkayang
Pemanfaatan limbah uang kertas atau LRUK untuk co-firing PLTU Bengkayang juga sebagai bentuk program waste to energy.
Editor: Fin Harini
PLTU Bengkayang 2x50 Megawatt, memasok listrik ke sebagian besar wilayah Kalimantan Barat melalui Sistem Kelistrikan Khatulistiwa. Dok/PLN IP
JAKARTA - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) memanfaatkan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti (co-firing) batu bara di Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang-PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan pemanfaatan LRUK di PLTU Bengkayang merupakan salah satu upaya korporasi dalam mendukung percepatan transisi energi dan mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060. Sebelumnya, langkah ini sukses diterapkan di PLTU Adipala, Cilacap, Jawa Tengah,
Menurut dia, PLN Indonesia Power terus melakukan inovasi dalam menerapkan program co-firing, yaitu memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar batu bara PLTU. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan LRUK.
"Kami selalu mencari terobosan untuk memanfaatkan biomassa untuk bahan bakar PLTU, seperti memanfaatkan LRUK, yang sebelumnya hanya dibakar untuk dimusnahkan, kini bermanfaat untuk dijadikan pengganti batu bara," kata Edwin, dikutip dari Antara.
Baca Juga: PLTU Bengkayang, Pembangkit Berperforma Terbaik Tahun 2023
Pemanfaatan LRUK tersebut merupakan wujud kolaborasi antara PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang bersama Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat.
Kolaborasi itu diwujudkan dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN IP UBP Singkawang dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat tentang pemanfaatan LRUK sebagai Bahan Bakar Alternatif.
MoU ditandatangani Manajer Unit UBP Singkawang Slamet Muji Raharjo dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar Nur Asyura Anggini Sari.
Slamet Muji Raharjo mengatakan bersamaan dengan kegiatan MoU itu juga dilaksanakan pengiriman perdana LRUK ke PLTU Bengkayang sebanyak sembilan ton untuk uji coba co-firing.
Pemanfaatan biomassa dalam proses co-firing PLTU Bengkayang per Mei 2024 telah mencapai empat persen, sehingga diharapkan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan PLTU Bengkayang yang bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak.
"Kebutuhan bahan baku co-firing PLTU Singkawang masih cukup besar. Pemanfaatan LRUK untuk bahan bakar energi alternatif PLTU sangat membutuhkan kerja sama yang baik antara kedua belah pihak," sebutnya.
Menurut Slamet, co-firing LRUK tersebut merupakan upaya pengurangan emisi dengan memanfaatkan EBT sebagai salah satu cara untuk mengakselerasi transisi energi dan dekarbonisasi nasional.
Di sisi lain, pemanfaatan LRUK juga sebagai bentuk program waste to energy.
"Pemanfaatan LRUK sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan sekaligus mengatasi permasalahan sampah racik uang kertas telah menjadi salah satu jawaban dari kebutuhan EBT dan semangat zero waste," tutupnya.
Nur Asyura Anggini Sari mengungkapkan kolaborasi BI dengan PLN Indonesia Power merupakan wujud komitmen dalam mendukung transisi energi yang selaras dengan upaya pencapaian target NZE 2060.
"Pasokan LRUK untuk co-firing PLTU Bengkayang sebagai wujud sinergi Bank Indonesia dan PLN sebagai upaya pencapaian target net zero emission pada 2060," ujarnya.
Baca Juga: Pembakaran Perdana PLTU Jawa 9&10 Dengan Amonia Cair Berjalan Sukses
Sebagai informasi, jumlah PLTU yang telah mengimplementasikan teknologi pencampuran bahan bakar atau co-firing kini berjumlah 53 PLTU, naik dari jumlah sebelumnya 43 PLTU.
Untuk itu, tahun ini diperlukan biomassa sebanyak 2,5 juta ton pada 2024, naik dibandingkan tahun sebelumnya 1 juta ton biomassa.
Penggunaan teknologi co-firing biomassa sebanyak 2,5 juta ton berpotensi menguransi emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 2,8 juta ton CO2 equivalent.
Tahun lalu, saat implementasi pada 43 PLTU, jumlah emisi GRK berkurang hingga 941,9 ribu ton CO2 equivalent.
Untuk 2025, kebutuhan biomassa ditargetkan mencapai 10 juta ton untuk 52 PLTU PLN Grup, dengan potensi pengurangan emisi GRK sekitar 10 juta ton CO2 equivalent.