03 Januari 2024
13:05 WIB
JAKARTA - PT PLN (Persero) mengklaim mampu mereduksi emisi hingga 1,05 juta ton CO2 dan memproduksi energi bersih 1,04 terawatt hour (TWh) selama 2023. Hasil itu diperoleh melalui pemanfaatan biomassa dalam teknologi co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo lewat keterangannya di Jakarta, Rabu (3/1) menjelaskan, PLN terus mengembangkan teknologi dalam menjawab tantangan zaman. Ia mencontohkan, sejak 2021 sampai sejauh ini, substitusi batu bara dengan biomassa tak hanya mampu mengurangi emisi karbon, namun juga menggerakkan ekonomi kerakyatan.
"Teknologi co-firing merupakan sebuah terobosan dalam transisi energi di Tanah Air, sebab dengan teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan. Selain pengurangan emisi juga akan mengurangi penggunaan energi fosil," kata Darmawan.
Menurutnya, teknologi co-firing tidak hanya menghasilkan listrik andal, namun tetap murah bagi masyarakat. Lebih dari itu, co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.
Selama 2023, PLN telah menyerap biomassa sebanyak 1 juta ton untuk 43 PLTU yang tersebar di Tanah Air. Angka tersebut tumbuh lebih dari 71% dibandingkan realisasi serapan biomassa pada 2022 sebesar 585 ribu ton. Secara bersamaan, PLN juga terus melakukan uji coba teknologi tersebut hingga 2025 agar 52 PLTU di Indonesia bisa seluruhnya menggunakan co-firing.
Pada akhir 2023, PLN mengklaim telah berhasil mengimplementasikan PLTU secara hybrid, di mana 100% biomassa beroperasi selama 15 hari dalam satu bulan di PLTU Sintang, Kalimantan Barat. Capaian tersebut merupakan yang pertama dan terlama di Indonesia, sekaligus sebagai jawaban masa depan energi bersih di Tanah Air.
"100% penggunaan biomassa ini adalah bentuk konsistensi PLN Group dalam menghadirkan energi bersih untuk Indonesia yang lebih baik. Sebagai pionir, keberhasilan ini juga saya harapkan dapat menjadi pemacu motivasi untuk dapat diterapkan pada PLTU lainnya," ujar Darmawan.
Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mendukung PLN Indonesia Power menjadi pionir dalam menjalankan pembakaran (firing) mesin pembangkit PLTU Sintang Unit 1 dengan menggunakan 100% biomassa selama 24 jam nonstop. Firing biomassa PLTU Sintang Unit 1 yang berlokasi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ini akan berlangsung selama 20 hari sejak 13 Desember 2023.
Baca Juga: Pembakaran Perdana PLTU Jawa 9&10 Dengan Amonia Cair Berjalan Sukses
Kebutuhan Biomassa
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara di Jakarta, Sabtu, menjelaskan PLN EPI akan memasok kebutuhan biomassa dari cangkang sawit dan woodchip dari wilayah Sintang dan sekitarnya. PLN EPI menyediakan stok 1.000 ton cangkang sawit dan woodchip sebesar 250 ton untuk PLTU Sintang Unit 1.
"PLN EPI sebagai Subholding penyediaan energi primer men-support pelaksanaan firing biomassa 100% ini dengan menyediakan pasokan harian cangkang sawit sebesar 150 ton dan woodchip sebesar 15 ton," kata Iwan.
Iwan juga menjelaskan, pelaksanaan firing biomassa ini membutuhkan total 180 ton biomassa per hari. Dengan volume penyediaan dan stok biomassa yang tersedia maka implementasi firing biomassa 100 % direncanakan selama 20 hari atau sampai dengan tanggal 2 Januari 2024.
"PLN EPI akan mendukung Program Transisi Energi PLN Grup melalui program Co-firing PLTU PLN dengan penyediaan pasokan bahan bakar biomassa dengan kualitas dan volume yang cukup," kata Iwan.
Hasil implementasi firing biomassa 100% pada hari ke-2 menunjukkan hasil yang positif seperti pemakaian rata-rata bahan bakar turun 10%, biaya bahan bakar turun 20% dan penurunan kadar emisi SOx, NOx dan CO2.
PLTU Sintang merupakan pembangkit listrik tenaga uap yang terletak di Kalimantan Barat untuk memasok kebutuhan listrik di Sistem Khatulistiwa, dengan daya terpasang pembangkit 3 x 7 MW. Mulai beroperasi sejak tahun 2018 dan telah melaksanakan Co-firing biomassa sejak tahun 2021.
PLTU Sintang ini akan menjadi percontohan untuk implementasi firing biomassa 100% menggunakan biomassa berkualitas tinggi dan menjadi PLTU Hybrid yang bisa secara fleksibel diubah, dari bahan bakar batu bara ke bahan.
PLN sendiri menyebut peningkatan ekonomi masyarakat juga bisa digenjot lewat rantai pasok biomassa yang melibatkan langsung masyarakat. Ekosistem biomassa terus dikembangkan dengan menggandeng komunitas lokal, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga pemerintah daerah setempat sekitar lokasi sumber biomassa.
Darmawan menuturklan, sejak Maret 2023, PLN telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam mengembangkan kawasan green economy untuk mendukung langkah nol emisi karbon (NZE) 2060 berdasarkan keterlibatan masyarakat lokal.
"Kami sebagai BUMN tak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan energi bersih saja. Inovasi yang kami kembangkan ini juga menyasar berbagai aspek, mendorong ekonomi kerakyatan, menjaga kelestarian hutan, dan rehabilitasi lahan tandus serta melepas ketergantungan pada bahan bakar fosil," ujarnya.
Baca Juga: Biomassa Jadi Senjata PLN Tekan Emisi Karbon
Pasokan Cangkang Sawit
Sebeluimnya, Direktur Utama Sumber Global Energy (SGER) Welly Thomas mengatakan, SGER dan PLN Energi Primer Indonesia sepakat untuk bersinergi dalam pengembangan ekosistem, bisnis, teknologi, pengelolaan, pemasaran, dan pemanfaatan biomassa/bioenergy. Di antaranya dengan mengoptimalkan residu pertanian, perkebunan kelapa sawit dan area pengelolaan lain (APL) yang berbasis pemberdayaan dan/atau keterlibatan masyarakat.
“Dalam kerja sama ini, SGER akan menyuplai pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dengan biomassa yang terdapat dalam area operasinya,” ujar Welly
Dia menyebutkan, cangkang sawit yang disuplai oleh SGER akan didatangkan dari pabrik kelapa sawit setempat, yang merupakan sisa hasil produksi pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit. SGER akan menyuplai cangkang sawit ke PLTU Tenayan di Pekanbaru, Provinsi Riau, sebanyak 5.000 ton per bulan.
Di samping produk turunan kelapa sawit, SGER juga akan menyuplai PLN EPI dengan produk wood chip, wood shaving, dan sawdust yang diperoleh dari pabrik wood pellet di Jawa Timur.
Hingga di akhir Desember 2023, PLN EPI telah berhasil menyediakan pasokan biomassa untuk Co-firing PLTU hingga 1 juta ton. Dengan realisasi pemenuhan biomassa dari Januari terus tumbuh rata rata 90.000 ton per bulan.
Saat ini, 43 PLTU yang dikelola PLN Grup telah menggunakan teknologi bahan bakar pendamping ini. PLN Grup akan terus meningkatkan porsi biomassa dan juga unit PLTU hingga 52 PLTU.
Lewat penggunaan biomassa sebagai Co-firing PLTU telah mampu menurunkan emisi karbon hingga 1,6 juta ton CO2e yang telah dimulai sejak tahun 2021. Diharapkan hingga 2025 atau dua tahun mendatang target dekarbonisasi sebesar 10 juta ton CO2e bisa tercapai.
"Kami terus menjaga komitmen rantai pasok energi primer yang andal, dengan menjaga kualitas bahan baku yang optimal serta terus mengedepankan upaya efisiensi rantai pasok,” tutur Iwan Agung.