15 Februari 2025
13:45 WIB
PLN: Durasi Gangguan Kelistrikan 2024 Menurun
PLN mengukur durasi gangguan kelistrikan lewat indeks SAIDI, sementara frekuensi gangguan diukur lewat indeks SAIFI
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi pegawai PLN sedang memberikan sambungan listrik rumahan kepada masyarakat Papua dalam program Light Up The Dream. Dok PLN
JAKARTA - PT PLN melaporkan berhasil menurunkan rerata durasi gangguan kelistrikan hingga 18 menit per pelanggan per tahun pada 2024. Perusahaan pelat merah tersebut berkomitmen terus meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi seluruh pelanggan.
"Rata-rata frekuensi gangguan listrik per pelanggan, turun dari 4,27 kali per pelanggan pada 2023 menjadi 3,23 kali per pelanggan pada 2024," ucap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo lewat keterangan tertulis, Jakarta, dikutip Sabtu (15/2).
PLN mengidentifikasi, rata-rata durasi gangguan listrik per pelanggan dalam setahun diukur lewat System Average Interruption Duration Index (SAIDI) yang berada di angka 5,29%.
Adapun, SAIDI selama 2024 tercatat di level 320,24 menit per pelanggan per tahun. Sedangkan di 2023, SAIDI menunjukkan angka 338,13 menit.
Baca Juga: Konsumsi Listrik Indonesia 2024 Tembus 1.411 kWh per Kapita
Tak sampai situ, rerata frekuensi gangguan juga berhasil ditekan menurun. Dari yang semula 4,27 kali per pelanggan per tahun, menjadi hanya 3,23 kali per pelanggan per tahunnya.
Frekuensi gangguan yang dialami pelanggan pada 2024 itu diketahui menurun sebesar 24,32%. Angka itu diukur lewat System Average Interruption Frequency Index (SAIFI).
Dengan semua capaian itu, Darmawan optimistis, pihaknya bisa mempertahankan tren positif, dalam hal menjaga keandalan pasokan listrik yang disalurkan ke masyarakat. Apalagi, listrik menjadi salah satu fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dengan capaian ini, PLN optimis dapat terus mempertahankan tren positif dalam keandalan listrik, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," sebut dia.
Di lain sisi, dirinya tak menampik status Indonesia sebagai negara kepulauan yang amat luas menjadi tantangan tersendiri. Namun, PLN tetap berupaya memastikan keandalan listrik hingga ke pelosok negeri.
Guna mengatasi tantangan tersebut, PLN terus bertransformasi lewat digitalisasi pada semua lini bisnis. Mulai dari pembangkit, transmisi, distribusi, hingga pada aspek pelayanan pelanggan.
Pasalnya lewat agenda digitalisasi, PLN bisa memetakan gangguan secara lebih akurat supaya pelayanan listrik bisa terpantau lebih cepat dan realtime.
"Keberhasilan ini merupakan hasil dari penerapan berbagai strategi, termasuk digitalisasi di semua lini ketenagalistrikan," tandas Darmawan Prasodjo.
Baca Juga: PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Bersih Dari Co-Firing Biomassa Di 2024
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan, pemerintah terus tancap gas mempersiapkan pembangunan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional 8%. Komitmen ini dibuktikan dalam 100 hari masa pemerintahannya.
Per 21 Januari 2025, pemerintah telah meresmikan 37 proyek ketenagalistrikan di dalam negeri, yang terdiri dari pembangkit, transmisi, dan gardu induk di 18 provinsi.
Presiden Prabowo menekankan, pentingnya penguatan sektor ketenagalistrikan sebagai bagian dari swasembada energi demi kesejahteraan rakyat.
Pembangkit-pembangkit baru berkapasitas total 3.222,75 MW yang telah beroperasi ini menjadi sumber pasokan kelistrikan. Untuk memenuhi kebutuhan industri dan melistriki kawasan pembangunan baru, termasuk wilayah-wilayah terpencil.
“Kita ingin menjadi negara modern, negara maju. Kita ingin meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Kita ingin menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Untuk itu kita butuh untuk menjadi negara industri,” ungkap Prabowo saat meresmikan PLTA Jatigede, Sumedang, Jabar, Senin (20/1).