c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Oktober 2024

08:13 WIB

100 Perusahaan Energi Berpotensi Jual Beli PTBAE-PU di IDXCarbon

Perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon sudah lebih besar dibandingkan negara tetangga. OJK menyebut masih ada 100 perusahaan energi yang berpotensi jual beli PTBAE-PU.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">100 Perusahaan Energi Berpotensi Jual Beli PTBAE-PU di IDXCarbon</p>
<p id="isPasted">100 Perusahaan Energi Berpotensi Jual Beli PTBAE-PU di IDXCarbon</p>

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam Peringatan Satu Tahun Bursa Karbon Indonesia yang digelar di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (3/10). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis masih terdapat 100 perusahaan sektor energi di Indonesia yang berpotensi terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperjual-belikan Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi Pelaku Usaha (PTBAE-PU) melalui IDXCarbon.

Asal tahu saja, PTBAE-PU merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada perusahaan sektor energi yang berkaitan dengan kewajiban pemenuhan batas emisi karbon perusahaan tersebut.

“Sebagai informasi, saat ini terdapat lebih dari 100 perusahaan di sektor energi yang berpotensi terdaftar di BEI untuk memperjualbelikan PTBAE-PU,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (3/10).

Baca Juga: Mengenal Bursa Karbon dan Cara Kerjanya

Dalam rangka mendukung upaya tersebut, sambungnya, sistem Apple Gatrik di Kementerian ESDM akan terkoneksi dengan sistem di Bursa Karbon, serta dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Masih dalam kesempatan yang sama, Inarno pun turut menyampaikan apresiasinya terhadap Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), KLHK, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, hingga BEI.

“Saat ini, sudah terjadi perdagangan sebesar 614 ribu ton CO2e, dengan nilai transaksi Rp37 miliar. Bisa dikatakan kecil, tapi bisa dikatakan juga ini suatu achievement. Kita harus juga melihat bahwasannya untuk men-set up suatu Bursa Karbon yang aktif, untuk EU ETS (Karbon Uni Eropa) saja itu butuh waktu 10 sampai 20 tahun,” ujar Bos OJK itu.

Dengan demikian, perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia yang tercatat mencapai 600 ribu ton CO2e sudah lebih besar dibandingkan negara tetangga.

Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia, perdagangan karbon di Bursa Jepang baru mencapai sebanyak 502.811 ton setara CO2 dan Bursa Malaysia sebesar 190.351 ton setara CO2.

Sekadar informasi, Bursa Karbon mencatatkan jumlah transaksi senilai Rp37,06 miliar per hari ini, Kamis (3/9). Angka ini meningkat dibandingkan sebelumnya senilai Rp29,21 miliar pada saat peluncuran 26 September 2023.

Kemudian, Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang diperdagangkan juga meningkat dari 459.953 ton karbon ekuivalen (CO2e) menjadi sebesar 613.894 ton CO2e. Dari jumlah volume transaksi tersebut, sebanyak total 420.029 ton CO2e telah digunakan (dilakukan retirement).

Baca Juga: BEI Kejar Target 100 Pengguna Jasa Pasar Karbon di 2024

Selain itu, Bursa Karbon mencatatkan sebanyak 81 Pengguna Jasa, dari sebelumnya hanya sebanyak 16 Pengguna Jasa pada saat peluncuran 26 September 2023. 

Adapun hingga akhir tahun 2024, BEI optimistis pengguna jasa pasar karbon bisa tumbuh mencapai 100 pengguna jasa pada akhir tahun 2024. Artinya, hanya kurang 19 pengguna jasa pasar karbon lagi.

Komitmen IDXCarbon dalam pengembangan perdagangan karbon di Indonesia, seperti perpanjangan periode gratis biaya pendaftaran bagi calon Pengguna Jasa IDXCarbon, pembebasan biaya pencatatan unit karbon, pembebasan biaya membership, dan pembebasan biaya tahunan (annual fee) bagi seluruh Pengguna Jasa IDXCarbon.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar