30 Mei 2024
17:54 WIB
Perundingan Pertama IP-CEPA, Indonesia Dan Peru Bakal Kerja Sama Perdagangan Barang
Indonesia terus memperluas pasar ekspor nontradisional, salah satunya dengan perjanjian kerja sama IP-CEPA yang akan memperdagangkan komoditas barang.
Penulis: Erlinda Puspita
Perundingan Pertama Indonesia-Peru Comprehensive Economic Patnership Agreement (IP-CEPA) di Lima, Peru yang berlangsung pada 27-30 Mei 2024. (Instagram @ditjenppikemendag)
PERU - Indonesia dan Peru saat ini tengah melangsungkan Perundingan Pertama Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) di Lima, Peru, sejak 27 hingga 30 Mei 2024. Perundingan tersebut dibuka secara resmi oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru, Elizabeth Galdo, dan Duta Besar RI untuk Republik Peru, Rikcy Suhendar.
Dalam perundingan tersebut, Menteri Galdo mengungkapkan, adanya IP-CEPA diharap mampu bermanfaat bagi perdagangan dan sektor lainnya di kedua negara.
"Perjanjian IP-CEPA bukan hanya sekadar perdagangan, tetapi juga akan memperluas kehadiran Peru di Asia Tenggara dan Indonesia di Amerika Latin. IP-CEPA diharapkan akan memberikan manfaat bagi kedua negara," ujar Galdo, dikutip dari keterangan resminya, Kamis (30/5).
Hal serupa turut disampaikan oleh Direktur Perundingan Bilateral selaku Ketua Tim Perunding Indonesia yang memimpin delegasi Indonesia, Johni Martha.
Menurutnya, kedua negara masih memiliki potensi perdagangan yang cukup besar. Pasalnya, total populasi di Peru tercatat mencapai 34 juta jiwa dengan nilai produk domestik bruto (PDB) menyentuh US$239,3 miliar. IP-CEPA juga bisa membuka peluang perdagangan kedua negara yang lebih luas lagi.
"Peru merupakan mitra dagang nontradisional Indonesia yang memiliki potensi cukup besar. Peru dapat menjadi penghubung produk-produk Indonesia di kawasan Amerika Tengah dan Selatan. Oleh sebab itu, perundingan IP-CEPA berperan penting sebagai pembuka jalan dan peluang bagi perdagangan yang lebih luas antara pelaku bisnis Indonesia dan Peru," ungkap Johni.
Baca Juga: Menko: IA-CEPA Dongkrak Perdagangan RI-Australia
Pada perundingan putaran pertama ini, kedua negara sepakat akan memfokuskan pada perdagangan barang terlebih dahulu.
Sektor barang ini terdiri dari akses pasar perdagangan barang, aturan asal barang, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, kerja sama ekonomi, hambatan teknis perdagangan, pengamanan perdagangan, perlindungan atas kesehatan manusia, hewan, atau tumbuhan, penyelesaian sengketa, serta kerangka hukum dan kelembagaan.
Dari data Kementerian Perdagangan (Kemendag), perdagangan Indonesia dengan Peru tercatat untuk periode Januari-Maret 2024 ini total mencapai US$97,4 juta. Nilai transaksi tersebut terdiri dari ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$63,9 juta atau Rp1,039 triliun (kurs Rp16.269) dan impor Indonesia dari Peru senilai US$33,5 juta Rp545 miliar. Nilai transaksi tersebut menunjukkan Indonesia surplus perdagangan senilai US$30,43 juta atau Rp495 miliar.
Sementara itu, pada 2023 total perdagangan kedua negara mencapai US$444,4 juta, yang melingkupi nilai ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$367,4 juta dan impor Indonesia dari Peru sebesar US$77 juta. Sehingga Indonesia juga telah menikmati surplus perdagangan dengan Peru sebesar US$290,4 juta.
Adapun untuk total nilai perdagangan Indonesia-Peru pada periode lima tahun terakhir (2019—2023) dari data Kemendag menunjukkan tren positif sebesar 19,9%. Peru diketahui sebagai negara tujuan ekspor nonmigas ke-45 Indonesia dan urutan ke-62 asal impor Indonesia.
Baca Juga: Kemendag: Kerja Sama Perdagangan 2023 Untuk Buka Akses Pasar Baru
Pada 2023, ekspor utama Indonesia ke Peru, di antaranya kendaraan bermotor dan mobil (US$144 juta), biodiesel (US$31,8 juta), alas kaki (US$44,9 juta), dan kertas (US$13,2 juta). Sedangkan impor utama Indonesia dari Peru, di antaranya biji kakao (US$33,1 juta), anggur segar/kering (US$19,7 juta), pupuk mineral atau kimia fosfat (US$8,5 juta), seng tidak ditempa (US$5,3 juta), dan terak ampas logam (USD 2,5 juta).
Lebih lanjut, dari data Trend Economy tahun 2022, lima negara utama tujuan ekspor Peru adalah China (30%), Amerika Serikat (14,4%), Jepang (4,85%), Kanada (4,51%), dan Korea (4,47%).
Sementara jenis komoditas yang menjadi lima unggulan Peru pada 2022 yaitu pertama komoditas bijih, terak, dan abu (32%). Kedua adalah mutiara alam atau budidaya, batu mulia atau semi mulia, logam mulia, logam yang dilapisi dengan logam mulia dan barang daripadanya, perhiasan imitasi, koin (13,1%).
Komoditas ketiga unggulan ekspor Peru adalah bahan bakar mineral, minyak mineral, dan hasil penyulingannya, zat bitumen, lilin mineral (10,6%). Posisi keempat antara lain buah dan kacang-kacangan yang bisa dimakan, kulit buah jeruk atau melon (8,07%). Dan kelima yakni tembaga dan barang daripadanya (5,69%).