c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

05 Mei 2025

18:43 WIB

Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi, Analis: Market Domestik Masih Kondusif

Pertumbuhan ekonomi memang menunjukkan perlambatan, namun tidak sepenuhnya mencerminkan pelemahan fundamental ekonomi nasional. 

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

<p id="isPasted">Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi, Analis: Market Domestik Masih Kondusif</p>
<p id="isPasted">Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi, Analis: Market Domestik Masih Kondusif</p>

Pegawai berjalan di bawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (5/8/2024). Antara Foto/Dhemas Reviyanto

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 tercatat sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11% serta di bawah target pemerintah sebesar 5%.

Meski demikian, kondisi pasar domestik dinilai masih cukup kondusif di tengah ketidakpastian global.

Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan capaian ini memang menunjukkan perlambatan, namun tidak sepenuhnya mencerminkan pelemahan fundamental ekonomi nasional.

“Alhamdulillah meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di bawah ekspektasi, setidaknya kinerja kita masih relatif terapresiasi dengan baik,” ujarnya kepada Validnews, Senin (5/5).

Nafan menjelaskan dinamika global, khususnya terkait kebijakan dan manuver politik Donald Trump yang ia sebut sebagai Trump's Dynamics, masih menjadi sentimen utama yang memengaruhi pasar. Termasuk melalui potensi Trump’s temper tantrum effect.

Sentimen ini muncul dari ketidakpastian arah kebijakan ekonomi AS, seperti suku bunga The Fed dan intervensi terhadap bank sentral.

Baca Juga: IHSG 5 Mei 2025 Berpotensi Menguat Ikuti Bursa AS

“Kalau The Fed tidak memberi sinyal yang jelas atau stagnan dalam menentukan suku bunga, maka reaksi dari Trump bisa menimbulkan ketegangan tambahan yang berimbas ke pasar global. Tapi sejauh ini pasar domestik kita masih stabil karena efek tantrum itu belum terlalu liar,” tambahnya.

Pantauan Validnews, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup menguat. Adapun pergerakan IHSG selama sepekan mengalami kenaikan sebesar 2,05%, ditutup pada level 6.815,73 dari 6.678,91 pada pekan lalu.

BEI sendiri sebelumnya melaporkan jumlah investor pasar modal Indonesia telah melampaui 16 juta Single Investor Identification (SID) pada Selasa (22/4), yaitu tepatnya sebesar 16.021.179 SID.

Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 16.216.944 SID pada Selasa (29/4), atau meningkat sebanyak 1.345.305 SID di sepanjang tahun 2025. Menariknya, lebih dari 79% investor tersebut berusia di bawah 40 tahun.

Lebih lanjut, Nafan menyoroti pentingnya perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Menurutnya, ada indikasi kuat bahwa kedua negara mulai lebih mengutamakan dialog daripada konfrontasi terbuka. Hal ini memberi harapan akan stabilitas jangka pendek di pasar global.

Baca Juga: Rupiah Melemah Di Tengah Merosotnya Pertumbuhan Ekonomi

Meski begitu, Nafan menegaskan Indonesia perlu fokus pada reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.

“Kalau mau mengejar target pemerintah, maka janji presiden untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baru dari sektor investasi, green economy, dan blue economy harus dijalankan. Supremasi hukum, deregulasi, dan debirokrasi harus terus diperkuat,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi ke depan masih sangat dipengaruhi oleh perkembangan Trump's Dynamics dan arah kebijakan perdagangan global.

“Jadi, meskipun tantangan eksternal masih ada, sejauh ini kondisi pasar domestik tetap relatif kondusif,” pungkas Nafan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar