12 Juni 2024
20:04 WIB
Pertamina Bukukan Laba US$4,44 Miliar Sepanjang 2023
Laba bersih Pertamina meningkat sekalipun pendapatan total mengalami penurunan.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi. Gedung Graha Pertamina di Jakarta. ValidnewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mencatat peningkatan laba bersih setelah pajak tahun 2023 sebesar US$4,44 miliar. Raihan itu tercatat meningkat jika dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya yang hanya sekitar US$3,8 miliar.
Tapi di sisi lain pendapatan total dari perusahaan pelat merah itu sepanjang 2023 hanya sebesar US$75,79 miliar atau 11% lebih kecil dibanding pendapatan PT Pertamina (Persero) sebesar US$84,89 miliar
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR mengatakan laba bersih sebesar US$4,44 miliar itu dicatatkan pada entitas induk PT Pertamina (Persero).
"Laba bersih meningkat dari tahun 2022 sebesar US$3,81 miliar menjadi US$4,44 miliar atau ekuivalen sebesar Rp62 triliun, ini untuk entitas induk. Kalau untuk laba total (Pertamina Group) sekitar Rp72 triliun," ujar Emma di Komplek Senayan, Rabu (12/6).
Baca Juga: Setoran Pertamina Ke Negara Tahun 2023 Merosot
Dirinya mengungkapkan, pencapaian laba itu tak hanya ditunjang oleh kinerja operasional, tetapi juga efisiensi dan reformasi model operasi yang berhasil membuahkan hasil.
"Bahwa restrukturisasi operasional dan struktur organisasi dengan pembentukan holding-subholding membuahkan efisiensi yang sangat nyata," kata dia.
Langkah efisiensi, sambung Emma, berhasil berkontribusi sebesar 64% terhadap laba bersih. Sementara untuk cost optimization punya sumbangsih sebesar 25%.
"Dan juga dari sisi mitigasi risiko atas mitigasi forex, lalu liability management US$0,48 miliar, ini berbagai upaya yang telah membuahkan hasil dari restrukturisasi organisasi," jelasnya.
Baca Juga: Triwulan I 2024, Produksi Migas Pertamina Sentuh 1 Juta Barel
Sedangkan terkait penurunan revenue, dia menjelaskan hal itu tak lepas dari melemahnya Indonesian Crude Price (ICP) sebesar 20% dari US$97 per barel pada tahun 2023 menjadi US$78 per barel.
Meski ICP anjlok 20%, Pertamina mampu menahan penurunan pendapatan hanya di tingkat 11%. Begitu pun dengan pendapatan sebelum pajak, Pertamina mampu meningkatkan EBITDA sebesar 6% dari US$13,59 miliar tahun 2022 menjadi US$14,36 miliar.
"Di sini terlihat EBITDA meningkat menjadi US$14,3 miliar dan juga dari bottom line profit meningkat 17% menjadi US$4,4 miliar," tandas Emma Sri Martini.