03 Maret 2025
19:46 WIB
Pertamina Bakal Tetap Impor Minyak Mentah
Meski diterpa badai korupsi tata kelola minyak mentah, Pertamina bakal tetap menjalankan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Penulis: Yoseph Krishna
Petugas melintasi unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (2/11/2023). Antara Foto/Idhad Zakaria
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan perusahaan bakal tetap menjalankan impor minyak mentah maupun produk kilang guna memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
Kegiatan impor minyak mentah dan produk kilang, tegas Simon, bakal tetap dilakukan sekalipun perusahaan pelat merah tersebut tengah diterpa badai dugaan korupsi tata kelola minyak mentah periode 2018-2023.
"Kita mengetahui produksi minyak mentah dalam negeri memang belum mencukupi untuk memenuhi demand yang ada," ungkap dia dalam konferensi pers di Grha Pertamina, Senin (3/3).
Tak tanggung-tanggung, Simon memperkirakan Pertamina bakal mengimpor 40% dari total kebutuhan minyak mentah di Indonesia. Sedangkan untuk produk hasil kilang atau BBM, akan diimpor 42% dari total kebutuhan.
"Tentunya hal ini (impor) harus tetap berjalan untuk memastikan ketahanan energi dan ketersediaan energi di masyarakat," tambah Simon.
Meski begitu, dia mengungkapkan perusahaan bakal lebih berhati-hati dalam menjalankan impor minyak mentah maupun BBM. Tata kelola, sambungnya, menjadi concern tersendiri bagi Simon untuk mengimpor minyak mentah setelah Pertamina terjerat kasus korupsi.
Baca Juga: Dirut Pertamina Angkat Bicara Soal Dugaan Korupsi Tata Kelola Minyak Mentah
Pertamina, terang Simon, bakal berkoordinasi aktif dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membenahi tata kelola impor minyak mentah.
"Proses yang sudah berjalan baik akan kita pertahankan dan celah-celah yang kemarin sempat kita dengar dari temuan atau fakta hukum, kita perbaiki dan tentunya semakin mendapat cara agar supaya pengelolaan ini tidak memberikan dampak yang negatif," jabar dia.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro menambahkan tingginya permintaan energi baik dari masyarakat maupun industri membuat perusahaan harus tetap melakukan impor.
"Apabila kemudian kita masih memerlukan impor, kita akan perbaiki tata kelolanya dengan memastikan proses yang berjalan saat ini tentu saja dengan koordinasi dengan pemerintah," tandas Wiko.
Di lain sisi, Pertamina juga mendapat dorongan dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas nasional demi mencapai swasembada energi. Misalnya, dengan meningkatkan lifting minyak, hingga optimalisasi kilang.
Baca Juga: Gaduh Soal Kualitas BBM, Dirut Pertamina Berikan Nomor HP Untuk Terima Aduan
Semua sektor dari hulu ke hilir, jelasnya, bakal digerakkan oleh Pertamina. Salah satu tujuannya, ialah untuk menekan impor crude maupun produk hasil kilang dari luar negeri.
Dari sektor hulu, Wiko menyebut pemerintah telah merilis aturan yang mewajibkan kilang milik Pertamina agar mengolah minyak mentah bagian pemerintah. Beriringan dengan itu, kilang milik Pertamina juga telah dioptimalkan, sehingga produk yang dihasilkan juga semakin berkualitas.
"Saat ini kilang beroperasi cukup baik, yield valuable product-nya meningkat dari sebelumnya 75, sekarang sudah mencapai 82. Artinya, range minyak yang bisa menghasilkan produk yang bernilai ketika diolah di kilang kita juga sudah meningkat," pungkasnya.