c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

08 April 2025

14:07 WIB

Perdagangan Bursa Sempat Trading Halt, Apa Akan Berlanjut Hingga Suspend?

Analis memproyeksi pasar saham Indonesia tidak akan kembali mengalami trading halt kedua hingga suspend pada perdagangan saham hari ini. Sejauh ini, situasi pasar keuangan global sudah kondusif.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">Perdagangan Bursa Sempat <em>Trading Halt</em>, Apa Akan Berlanjut Hingga <em>Suspend</em>?</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Perdagangan Bursa Sempat <em>Trading Halt</em>, Apa Akan Berlanjut Hingga <em>Suspend</em>?</p>

IHSG usai pembukaan kembali setelah BEI memberlakukan trading halt selama 30 menit pada perdagangan Selasa (8/4). ValidNewsID/Nuzulia Nur Rahma

JAKARTA - Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memperkirakan, pasar saham Indonesia tidak akan kembali mengalami trading halt kedua hingga suspend pada perdagangan saham hari ini, Selasa (8/4). Sejauh ini, analis menilai, situasi pasar keuangan global sudah kondusif.

"Bila situasi market global sudah kondusif, maka semestinya lanjutan daripada trading halt tidak akan terjadi," kata Nafan kepada Validnews, Jakarta, Selasa (8/4). 

Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dibuka di level 5.914,28 poin pada perdagangan hari ini, usai BEI mengubah ketentuan soal ARB dan trading halt.

IHSG dibuka di zona merah, hingga pada pukul 09.01 melemah sebesar 598,55 poin atau -9,19% menjadi 5.912,06 poin.

Baca Juga: Pasca Libur Panjang IHSG Dibuka Merah, Langsung Kena Trading Halt

BEI telah menerapkan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

Selanjutnya, perdagangan dilanjutkan pada pukul 09:30:00 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.

Nafan menjelaskan, anjloknya IHSG ini dipicu oleh pengumuman 'Liberation Day' oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025. Pengumuman ini telah memicu aksi balasan luas dari negara-negara yang terkena dampaknya. 

Adapun China merespons dengan memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34% untuk semua impor dari AS, yang akan berlaku mulai 10 April.

"Itu sebenarnya menciptakan panic selling, hemat saya secara global. Dan apalagi kan kebijakan resiprokal tarif tersebut sudah dibalas oleh negara-negara yang retaliate, contohnya saja Tiongkok seperti itu," jelasnya. 

Nafan sendiri menilai, upaya pemerintah yang tidak mengikuti langkah Tiongkok untuk membalas mengenakan tarif dagang produk AS menjadi langkah baik. Dia meyakini, upaya Indonesia mengirim tiga delegasi untuk diplomasi ekonomi dengan AS dapat memitigasi kebijakan lebih lanjut.

"Memang diplomasi ekonomi juga harus mutlak dilakukan dengan mengirim delegasi untuk melobi atau renegosiasi ulang. Ini tujuannya supaya kita bisa mitigasikan terkait dengan risiko tarif yang dilakukan oleh Trump," terangnya. 

Baca Juga: OJK Ungkap Alasan Perubahan ARB dan Trading Halt

Di sisi lain, Indonesia bisa berupaya memanfaatkan diplomasi negara lain seperti misalnya anggota BRICS untuk memaksimalkan diplomasi ekonomi nasional lebih lanjut.

"Mereka akan ter-influence kita di kawasan ASEAN. Kita meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara di kawasan ASEAN, misalnya dengan Malaysia, untuk menghadapi solusi dari tarif resiprokal Trump," tandasnya. 

Oleh karena itu jika upaya ini berhasil dan sentimen terhadap global bisa terus membaik, trading halt diyakininya tidak akan terjadi kembali. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar