08 April 2025
09:26 WIB
Pasca Libur Panjang IHSG Dibuka Merah, Langsung Kena Trading Halt
BEI telah menerapkan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
IHSG usai pembukaan kembali setelah BEI memberlakukan trading halt selama 30 menit pada perdagangan Selasa (8/4). ValidNewsID/ Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dikutip dari RTI dibuka di level 5.914,28 poin pada perdagangan Selasa (8/4), usai BEI mengubah ketentuan soal ARB dan trading halt.
IHSG dibuka di zona merah hingga pukul 09.01 melemah sebesar -598,55 poin atau -9,19% menjadi 5.912,06 poin.
BEI telah menerapkan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).
Perdagangan akan dilanjutkan pada pukul 09:30:00 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.
“Tindakan ini dilakukan karena terdapat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 8%,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad di Jakarta, Serlasa (8/4).
Dia menambahkan, BEI melakukan upaya ini dalam rangka menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan diatur lebih lanjut pada Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025
Sebelumnya, Tim Riset PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG hari ini akan bergerak dengan kecenderungan melemah.
"Kami memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 6.219 dan resistance pada level 6.557 dengan kecenderungan melemah," tulisnya, Selasa (8/4).
Sementara itu, pada pagi ini saat laporan ini dibuat, bursa Asia diperdagangkan menguat. Indeks Nikkei 225 melemah (+6.16%) dan indeks Kospi melemah juga (+1.45%).
IHSG pada hari Kamis (27/3) ditutup pada level 6510.62 (+0.59%). Penguatan dipimpin oleh saham-saham sektor properties & real estate (+1.75%) dan industrials (+1.35%).
Sementara itu, asing membukukan net buy sebesar Rp571.83 miliar di pasar reguler dengan saham-saham yang paling banyak dibeli seperti: BBRI, BBCA, BMRI, EXCL, dan YUPI.
"Sentimen positif datang dari banyaknya aksi buyback saham yang dilakukan oleh berbagai emiten di Indonesia," tulis Tim Riset PT Reliance Sekuritas Tbk.
Secara teknikal, candle IHSG berbentuk hammer, masih di atas MA5 dan MA20 serta indikator Stochastic dalam keadaan golden cross.
Namun, seiring dengan melemahnya bursa saham global, pihaknya memproyeksikan hari ini IHSG akan mengalami pelemahan.
Sementara itu, indeks utama bursa US ditutup bervariasi dengan mayoritas melemah. Sentimen negatif datang dari keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengadakan resiprokal tarif terhadap barang-barang impor US.
Bergerak Konsolidasi
Secara terpisah, Tim Riset PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG hari ini akan bergerak konsolidasi.
"Pada perdagangan Rabu (8/4), IHSG diperkirakan bergerak konsolidasi, dengan rentang perdagangan di level 6,214 hingga 6,398. Support di level 6,000," tulisnya.
Pada pekan pertama perdagangan April 2025, pasar global mengalami penurunan tajam terbesar sejak pandemi covid-19. Pekan lalu, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 9,1% dan 9,8% secara mingguan (WoW).
Di Asia dan Eropa, Nikkei Jepang anjlok 9,0% WoW, sementara Euro Stoxx 50 merosot 8,5% WoW. Volatilitas pasar global yang sedang berlangsung dan diperkirakan akan berlanjut pekan ini dipicu oleh pengumuman "Liberation Day" oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025.
"Pengumuman tersebut memperkenalkan tarif besar-besaran, termasuk tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor dan tarif lebih tinggi untuk mitra dagang utama seperti China (34%) dan Uni Eropa (20%)," ungkapnya.
Pengumuman ini telah memicu aksi balasan luas dari negara-negara yang terkena dampaknya. China merespons dengan memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34% untuk semua impor dari AS, yang akan berlaku mulai 10 April.
Ketidakpastian berkepanjangan terkait perkembangan ini disebutkan dapat menyebabkan periode proteksionisme yang lebih lama di seluruh dunia, yang pada akhirnya semakin mengguncang pasar negara berkembang seperti Indonesia yang sangat bergantung pada perdagangan internasional dan investasi asing.
"Dampaknya diperkirakan akan terasa signifikan di pasar ekuitas Indonesia saat perdagangan dilanjutkan setelah libur Lebaran yang panjang," imbuhnya.