c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

01 Agustus 2025

08:37 WIB

Perbanas Proyeksi Ekonomi 2025 Tumbuh Di Kisaran 4,8%

Perbanas menilai pertumbuhan ekonomi di bawah 5% karena masih banyak kendala, baik itu eksternal maupun internal. 

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Perbanas Proyeksi Ekonomi 2025 Tumbuh Di Kisaran 4,8%</p>
<p id="isPasted">Perbanas Proyeksi Ekonomi 2025 Tumbuh Di Kisaran 4,8%</p>

Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas Aviliani (kanan) dalam PERBANAS Review of Indonesia’s Mid-Year Economy (PRIME) 2025 di Jakarta, Kamis (31/7/2025). Antara/M. Baqir Idrus Alatas (Muhammad Baqir Idrus Alatas)

JAKARTA - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berkisar antara 4,8% plus minus 0,1% year on year (yoy) dengan inflasi tetap rendah pada level 1,9% plus minus 0,5% yoy.

Adapun nilai tukar rupiah diprediksi stabil dengan kisaran Rp16.300–Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS).

“Pertumbuhannya pastinya di bawah 5% karena kita melihat masih banyak kendala, baik itu eksternal maupun juga internal,” kata Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas Aviliani dalam PERBANAS Review of Indonesia’s Mid-Year Economy (PRIME) 2025 di Jakarta, Kamis (31/7), dikutip dari Antara.

Perbanas menilai kondisi ini membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter, meski tantangan likuiditas masih membayangi, mengingat proyeksi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang relatif rendah, hanya sekitar 4,38% plus minus 1% yoy, sedangkan pertumbuhan kredit sebesar 8,7% plus minus 1% yoy.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Bisa Di Bawah 4,87%

Pihaknya menekankan lima pilar utama perekonomian yang saling berkaitan, yakni inflasi dan daya beli, transmisi kebijakan moneter, kinerja sektor strategis, pertumbuhan kredit dan DPK, serta stabilitas nilai tukar.

Berdasarkan data kuartal I dan II tahun 2025, penurunan suku bunga global dan inflasi yang sangat rendah dianggap membuka ruang untuk ekspansi usaha. Secara bersamaan, hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi penghimpunan dana masyarakat.

Tren inflasi rendah dan suku bunga yang melandai disebut membuka peluang sekaligus tantangan bagi perbankan, sehingga momentum ini harus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan. Namun, perlu juga diwaspadai perlambatan yang sedang terjadi dan memastikan strategi kredit yang adaptif terhadap perubahan ekonomi.

Nilai Tukar Rupiah
Sementara itu, ketidakpastian perekonomian global akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump masih membayangi nilai tukar rupiah.

“Nilai tukar memang masih akan berfluktuasi, karena kita tahu dong Trump (Presiden AS Donald Trump) ini 5 tahun ke depan gak punya kepastian. Mungkin tanggal 1 Agustus besok gak jadi lagi tuh aturan yang disampaikan kepada semua negara (terkait pengenaan tarif AS),” ujarnya.

Seperti diketahui, Trump sempat menunda batas waktu tarif resiprokal dari 9 Juli menjadi pada 1 Agustus. Batas waktu tarif sebelumnya ditetapkan pada 9 Juli, menandai berakhirnya jeda 90 hari pada tarif tinggi yang diumumkan sebelumnya yang awalnya diberlakukan pada 2 April 2025.

Kebijakan penundaan batas waktu tersebut diumumkan di tengah upaya pemerintahan Trump untuk menargetkan banyak negara dengan langkah-langkah perdagangan.

“Kalau Indonesia per 1 Agustus belum berlaku yang 19%, masih ada negosiasi-negosiasi apa saja barangnya dan yang lain-lain,” ungkapnya.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah menegaskan bahwa penerapan tarif impor AS yang sebelumnya direncanakan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025 sudah tidak lagi berlaku bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia telah mencapai kesepakatan baru dengan pemerintah AS, menggantikan kebijakan tarif yang semula diumumkan oleh Trump.

Baca Juga: Kena Tarif 19%, BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 4,6–5,4% Pada 2025

ebelumnya, Presiden AS mengusulkan penerapan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap seluruh produk asal Indonesia yang dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. Namun, hasil negosiasi antara kedua negara menghasilkan tarif baru sebesar 19%, serta disepakatinya sejumlah komitmen dagang.

Kesepakatan itu meliputi komitmen pembelian energi dari AS senilai US$15 miliar, produk pertanian sebesar US$4,5 miliar, serta pembelian 50 unit pesawat Boeing, mayoritas model Boeing 777 oleh Indonesia.

Meski demikian, tarif dasar atau baseline sebesar 10% yang dikenakan AS kepada semua negara mitra dagang tetap berlaku.

Menurut Aviliani, walaupun Trump telah menentukan batas akhir penerapan tarif hingga 1 Agustus terhadap sejumlah negara, tetapi bisa jadi sikap itu berubah jelang hari itu tiba dengan pernyataan Trump di platform Truth Social.

“Jadi artinya, fluktuasi nilai tukar masih akan terus berlangsung,” kata dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar