c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 April 2024

20:40 WIB

Perang Iran-Israel Bikin Mahal Bahan Baku Industri Mamin

Gapmmi mengaku pelemahan rupiah ditambah perang Iran-Israel mengganggu industri mamin karena bisa mengerek biaya bahan baku dan biaya logistik.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Perang Iran-Israel Bikin Mahal Bahan Baku Industri Mamin</p>
<p id="isPasted">Perang Iran-Israel Bikin Mahal Bahan Baku Industri Mamin</p>

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman di Kantor Kemenperin, Selasa (16/4). ValidNewsID/Aurora KM Simanjuntak

JAKARTA - Asosiasi mengaku konflik Iran dan Israel akhir pekan lalu mengganggu industri makanan dan minuman (mamin) dalam negeri lantaran mengerek harga bahan baku dan produksi serta biaya logistik.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan selain dua faktor itu, ada hal lain yang menambah beban pelaku usaha, yakni nilai tukar rupiah melemah. Itu menyebabkan industri membeli bahan baku impor dengan harga yang lebih mahal.

"Serangan Iran ke Israel saja berpengaruh luar biasa kepada logistik ya, kemudian nilai kurs juga meningkat, terjadi pelemahan rupiah dan ini berdampak pada industri, khususnya industri mamin," ujarnya kepada awak media di Kantor Kemenperin, Selasa (16/4).

Baca Juga: Industri Mamin, Tembakau, dan Pakaian Dongkrak Ekspansi Manufaktur RI

Adhi menjelaskan industri mamin banyak sekali melakukan impor bahan baku. Ketika rupiah melemah dan harga impor tinggi, maka ongkos produksi juga ikut naik.

"Meskipun kita ada ekspor juga, industri mamin total ekspornya sekitar US$11 miliar dollar, tapi impor kita cukup banyak untuk bahan baku. Ini yang sangat berat, dan belum lagi biaya logistik meningkat," tutur Ketum Gapmmi.

Ia menambahkan pihaknya sudah mendengarkan aspirasi dari asosiasi terigu. Mereka menilai kondisi perang Iran VS Israel yang berlanjut akan mengganggu sektor logistik, dan menimbulkan kenaikan biaya.

Karena itu, Adhi khawatir perang Iran VS Israel ini membuat harga produk mamin naik mengikuti kenaikan biaya produksi.

Dari tiga skala industri mamin, yakni kecil, menengah dan besar, justru industri kecil yang paling rentan menaikkan harga produk.

"Kalau industri kecil itu ketahanan stoknya rendah, mereka stok itu biasanya hanya satu hari atau satu minggu. Begitu harga naik mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menahan harga," ucapnya.

Lebih lanjut, Adhi menilai kondisi global karena konflik Timur Tengah sekarang mirip dengan situasi perang Rusia-Ukraina pada 2022 lalu. Ia pun tidak yakin perang kali ini berakhir singkat.

"Kita belum tahu (perang) berapa lama. Kalau ini cukup lama, tentu akan sangat mengganggu. Dari laporan FAO saja (Food and Agriculture Organization), sebelum serangan Iran ke Israel sudah ada peningkatan 1% harga pangan dunia dibandingkan bulan Februari (2024)," ujarnya.

Adhi menyebut harga pangan yang naik itu mencakup biji-bijian, beberapa produk dairy, serta daging. Berkaca pada kenaikan harga tersebut, ia meminta pemerintah dan dunia usaha untuk mengantisipasi perang berkepanjangan yang membuat perekonomian RI lesu.

"Bagi industri kita harus terus berupaya mencari alternatif. Jangan sampai gangguan dari logistik akan mengganggu bahan baku," imbaunya.

Baca Juga: Konflik Iran VS Israel Bakal Kerek Ongkos Produksi Industri RI

Sementara dari sisi pengampu kebijakan, Ketua Gapmmi berharap pemerintah dan bank sentral bisa mengintervensi dan menangani pelemahan rupiah. Adapun posisi nilai tukar rupiah saat ini di atas Rp16.000/US$.

Adhi menyampaikan dolar yang terus-terusan menguat seperti ini menimbulkan ketidakpastian pasar. Selain itu, capital outflow meningkat ke Amerika Serikat. Oleh karena itu, menurutnya pemerintah perlu segera mengambil aksi.

"Kita berharap pemerintah segera mengantisipasi khususnya nilai tukar ini, kalau bisa Bank Indonesia segera mengintervensi ya, karena ini kan habis liburan, mudah-mudahan segera dilakukan, supaya stabil agar tidak terlalu berat," kata Adhi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar