c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

01 November 2024

12:44 WIB

Pengamat: Fintech Dan Perbankan Miliki Pangsa Pasar Masing-Masing

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, baik financial technology (fintech) dan perbankan mempunyai pangsa pasarnya masing-masing.  

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

<p>Pengamat: <em>Fintech&nbsp;</em>Dan Perbankan Miliki Pangsa Pasar Masing-Masing</p>
<p>Pengamat: <em>Fintech&nbsp;</em>Dan Perbankan Miliki Pangsa Pasar Masing-Masing</p>

Ilustrasi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK. Shutterstock/sasirin pamai

JAKARTA - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, baik financial technology (fintech) dan perbankan mempunyai pangsa pasarnya masing-masing. 

“Perbankan dengan pembiayaan untuk yang bankable, sedangkan fintech lebih ke unbanked dan underbanked society,” kata dia kepada Validnews, Jumat (31/10).

Dia menjelaskan, keduanya memang dalam beberapa hal menjadi substitusi, misalkan untuk pembiayaan digital dengan kartu kredit, keduanya saling menggantikan dan pertumbuhan pembiayaan digital lebih tinggi dibandingkan dengan penerbitan akun kartu kredit baru. 

Namun demikian, Huda menilai ada pula kolaborasi antara perbankan dengan fintech lending. Beberapa perbankan menjadi super lender di fintech lending. Fintech lending menjadi channeling bagi perbankan untuk bisa memutarkan uangnya ke investasi yang berbeda. 

“Bahkan channeling ini bisa berujung kerja sama dalam jangka menengah dan panjang melalui penanaman modal perbankan ke fintech lending,” sebut dia.

Untuk itu, Huda mengatakan, kolaborasi tersebut merupakan satu hal yang positif, dimana fintech lending bisa menjadi salah satu step masyarakat untuk bisa akses pembiayaan perbankan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan outstanding pembiayaan lewat fintech P2P lending mencapai Rp72,03 triliun per Agustus 2024. 

Baca Juga: Industri Pinjol Tersandung Gagal Bayar

Jumlah tersebut mencerminkan kenaikan hingga 35,62% secara tahunan (yoy) bila dibandingkan bulan Juli yang sebesar 23,97 % (yoy).

Pertumbuhan pembiayaan tersebut diikuti dengan tingkat risiko kredit macet atau Tingkat Wanprestasi Pinjaman (TWP90) berada pada level 2,38%, turun dari 2,53% di bulan Juli 2024.

Sementara itu, pertumbuhan lain terjadi di sektor buy now pay later (BNPL) atau paylater yang meningkat 89,20% (yoy), mencapai Rp7,99 triliun per Agustus 2024.

Lalu untuk perbankan, OJK juga menyampaikan kinerja fungsi intermediasi perbankan Indonesia terus melanjutkan tren peningkatan. Hal itu salah satunya tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang melanjutkan double digit growth.

Pada Juli 2024, secara bulanan (mtm) kredit meningkat sebesar Rp36,21 triliun, atau tumbuh sebesar 0,48% mtm. 

Adapun secara tahunan (yoy), pertumbuhan penyaluran kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,40% yoy dari Juni 2024 sebesar 12,36% menjadi Rp7.514,6 triliun, didorong oleh kredit korporasi yang tumbuh sebesar 18,06% dari Juni 2024 sebesar 17,51%.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi, yaitu sebesar 15,20%. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja 11,60%, sedangkan kredit konsumsi 10,98%.

Menanggapi hal ini, EVP-Head of Digital Economy CIMB Niaga Dedy Sahat Tupal Parulian mengatakan baik perbankan maupun fintech memiliki target yang sama yaitu mencapai percepatan inklusi keuangan.

"Ini sinergi teman-teman, justru ini adalah bukti kalau kita harus berkolaborasi dan sinergi antara perbankan dengan perusahaan-perusahaan fintech," kata Dedy dalam konferensi pers Peluncuran Paper Corporate Card, Kamis (31/10).

Baca Juga: Data Pinjol Masuk SLIK, Pengamat: Langkah Bagus Batasi Debitur Buruk

Dia menuturkan, perbankan juga memiliki tugas untuk membantu digitalisasi keuangan. Memang, dia mengakui, perbankan sempat merasa takut dengan kehadiran fintech. Karena dengan berbagai fleksibilitas yang dimiliki, market share yang ada bisa diambil dengan mudahnya.

Namun kini dia yakin, seiring berjalannya waktu fintech telah menjadi perpanjangan tangan dari bank. Bank yang awalnya tidak bisa melayani target market tertentu namun dengan fintech mereka bisa menjadi extended channel bank.

"Makanya, tadi industri keuangan bukan hanya dari sisi konsumen tapi juga dari sisi bisnis," ujar dia.

Selanjutnya, dia mengatakan, agar tidak ketinggalan dari fintech, perbankan juga semakin gencar mempersiapkan diri dengan berbagai investasi pada teknologi.

Lebih jauh, Dedy mengatakan perbankan selalu berada di tengah sebagai intermediary. Karena bisnis apapun pasti membutuhkan bank untuk menyimpan uang, menyalurkan uang sehingga fungsi tersebut akan selalu dibutuhkan.

"Makanya, kami di sini sebagai jembatan antara fintech dengan pelaku pasar, bank akan menjadi jembatan. Jadi seperti yang saya bilang, ekonomi digital ini harus selalu dibangun misalnya dengan berkolaborasi dengan fintech apalagi sekarang kita di era open finance," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar