05 Januari 2024
16:34 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta menyampaikan harga bahan makanan pokok saat ini masih tetap di level yang tinggi.
Meski Presiden Joko Widodo telah menegaskan stok cadangan beras aman di tengah kondisi El Nino yang menyebabkan kemunduran musim panen.
Aditya menilai, faktor produksi tersebut tetap menjadi penyebab harga pangan pokok yang tinggi.
"Harga yang tetap tinggi itu antara lain karena adanya penurunan produksi padi di musim tanam ketiga (Juli-Oktober) yang disebabkan musim kemarau yang datang lebih cepat dan berlangsung lebih panjang Karena fenomena El Nino," ujar Aditya dikutip dari keterangan resminya, Jumat (5/1).
Keterlambatan produksi beras membuat musim tanam pertama 2024 yang seharusnya bisa dimulai pada bulan Oktober 2023, menjadi mundur pada Desember karena musim hujan yang terlambat.
Hal ini berdampak pada hasil panen yang baru bisa dinikmati sekitar bulan Maret dan April 2024.
"Ini akan menjadikan penurunan produksi di kedua bulan pertama tahun ini," jelas Aditya.
Baca Juga: Asal Usul Harga Beras di Indonesia Terus Melambung
Aditya menilai El Nino yang telah terjadi selama dua musim tanam padi pada tahun 2023 kemungkinan akan bertahan di musim tanam Rendeng 2024, hingga berdampak pada penurunan produksi.
Ia juga menyampaikan, pada akhir November 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan penurunan luas panen padi tahun 2023 sekitar 2,58% dibanding tahun 2022. Ini juga mendorong perkiraan penurunan luas produksi padi sebesar 2,05% dibanding 2022.
Di sisi lain, Kementerian pertanian (Kementan) menargetkan produksi beras tahun 2024 sebanyak 35 juta ton, atau naik 10,2% dari 31,75 juta ton di 2023.
Menanggapi target tinggi yang dipatok Kementan, dia memaparkan, diperlukan upaya menambah jumlah panen dalam setahun untuk meningkatkan produksi beras. Saat ini, rerata jumlah panen masih jauh dari dua kali dalam setahun.
“Perlu juga memperbaiki varietas padi yang ditanam dan intensifikasi dengan penggunaan teknologi, serta tata kelola air yang lebih baik,” tuturnya.
Lebih lanjut, tak hanya karena produksi yang menurun, masalah klasik lainnya yang mendorong mahalnya harga pangan pokok antara lain, petani masih mengalami kesulitan akses pupuk.
Selain itu, juga adanya dampak dari pelarangan ekspor beras oleh beberapa negara yang berdampak pada sentimen pasar.
Baca Juga: Siapa Yang Untung Saat Harga Beras Melambung?
“Akses petani padi pada pupuk yang terjangkau dan sesuai dengan kondisi iklim, termasuk pupuk bersubsidi, juga perlu dijamin. Dalam hal ini, pemerintah terus meningkatkan produksi pupuk maupun distribusinya, dan juga berencana menambah subsidi pupuk sebesar Rp1,4 triliun,” kata Aditya.
Seperti diketahui sebelumnya, pupuk subsidi menurut Menteri Pertanian (Mentan) saat ini dapat diakses oleh petani dengan hanya menggunakan KTP, selama ia masih menjadi anggota kelompok tani. Aturan ini diubah setelah sebelumnya akses pupuk subsidi hanya bisa diperoleh petani yang memiliki kartu tani.
Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada hari ini, Jumat (5/1) harga beras premium naik 0,07% menjadi Rp15.030 per kg. Sedangkan harga beras medium naik 0,08% menjadi Rp13.230 per kg.
Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan Bapanas untuk beras premium sebesar Rp13.900-Rp14.800 per kg dan untuk beras medium sebesar Rp10.900-11.800 per kg.