c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

25 September 2023

19:08 WIB

Siapa Yang Untung Saat Harga Beras Melambung?

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengklaim harga beras tinggi karena harga gabah kering panen (GKP) juga tinggi. Hal ini dianggap baik bagi petani.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

Siapa Yang Untung Saat Harga Beras Melambung?
Siapa Yang Untung Saat Harga Beras Melambung?
Pembeli memilih beras di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta, Kamis (27/7/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa menyebutkan, kenaikan harga beras saat ini disebabkan harga GKP yang tinggi. Tapi ia menilai, hal ini menjadi pemicu petani untuk semangat berproduksi.

Secara nasional, menurutnya saat ini harga GKP rata-rata telah mencapai Rp6.580 per kg. Harga terendah sebesar Rp6.200 per kg dan tertinggi Rp7.200 per kg di Kalimantan Tengah.

"Kemarin kami ke Sukoharjo pun harga GKP sudah Rp7.200an dan GKG sudah mencapai Rp8.200. Sehingga saat menjadi beras di penggilingan padi, mereka melepas Rp12.500 per kg," ujar Ketut dalam pemaparannya di Rapat Koordinasi Inflasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (25/9).

Berdasarkan harga tersebut, Ketut memperkirakan hitungan harga beras premiun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mencapai Rp13.500 per kg dan sampai di pasar turunan sekitar Rp14.000 per kg. Sedangkan di konsumen, harga beras premium mencapai Rp13.000-18.000 per kg.

Baca Juga: Asal Usul Harga Beras di Indonesia Terus Melambung

Fluktuasi harga tinggi juga terjadi pada beras medium. Ketut mengungkapkan, harga beras medium terendah di Banten Rp10.760 per kg dan tertinggi di Sumatra Barat Rp13.080 per kg. Dengan demikian rata-rata harga beras medium menyentuh Rp12.010 per kg atau jauh dari rata-rata HET beras Rp10.900 per kg.

"Memang semua harganya di agas HET. Itulah penyebab harga beras relatif tinggi karena GKP dan GKG sudah relatif tinggi," kata Ketut.

Ketut menilai, kondisi tingginya harga beras ini menyejahterakan petani. Karena, harga gabah yang tinggi berpengaruh pada produktivitas petani.

"Pada kesempatan ini, sedulur petani kita nyaman berproduksi sehingga mereka memperoleh harga yang bagus di tingkat petani," ungkap Ketut.

Hal serupa juga disampaikan Guru Besar IPB, Dwi Andreas yang menyatakan harga gabah saat ini berada di level yang baik bagi petani. Menurutnya, harga gabah di beberapa tempat saat ini mencapai Rp7.000, bahkan di Jawa Timur di kisaran Rp7.100 - 7.500 per kg.

"Sekarang ini sedulur tani sedang menikmati harga gabah yang baik, bukan harga tinggi loh ya. Kalau harga GKP dijual di bawah Rp5.667, sesuai perhitungan saya pada September 2022 lalu, petani akan rugi," tutur Dwi saat dihubungi Validnews beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Mendagri Minta Evaluasi Intervensi Harga Beras

Tak Membuat Sejahtera
Di sisi lain, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyatakan, harga beras yang tinggi saat ini tidak membuat petani sejahtera. Pasalnya, harga tinggi tersebut dinikmati oleh perusahaan penggilingan padi besar.

“Sesungguhnya harga beras yang mahal ini dinikmati oleh perusahaan beras yang besar. Karena dia beli ketika panen, tapi memang padinya yang dipanen tidak banyak untuk sekarang,” kata Henry.

Henry bilang, perusahaan penggilingan besar mampu membeli gabah dalam jumlah besar meski harga gabah sedang tinggi. Sedangkan harga beras yang semakin mahal, karena adanya kemampuan perusahaan beras besar memainkan harga. Padahal harga gabah yang dibeli seluruhnya sama, tidak ada gabah premium maupun medium. Tetapi saat menjadi beras, nilai jualnya bertambah dan memiliki perbedaan antara beras medium dan premium.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar