c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

25 Juli 2025

13:48 WIB

Penduduk Miskin Masih Terkonsentrasi Di Pulau Jawa

Jumlah masyarakat miskin di Pulau Jawa mencapai 12,56 juta orang, atau sekitar 52,66% terhadap total jumlah penduduk miskin nasional.

Penulis: Siti Nur Arifa

<p id="isPasted">Penduduk Miskin Masih Terkonsentrasi Di Pulau Jawa</p>
<p id="isPasted">Penduduk Miskin Masih Terkonsentrasi Di Pulau Jawa</p>

Warga duduk di gubuk di pinggiran kali Ciliwung kawasan Roxy, Jakarta, Kamis (27/6/2024). Antara Foto/Bayu Pratama S

JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Ateng Hartono menyampaikan, jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2025 masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan dominasi mencapai 52,66% dari keseluruhan penduduk miskin nasional.

"Jumlah penduduk miskin masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu sebanyak 12,56 juta penduduk miskin, atau kontribusinya sekitar 52,66% terhadap total jumlah penduduk miskin nasional," beber Deputi Ateng, dalam Berita Rilis Statistik, Jumat (25/7).

Dirinya menambahkan, jika dicermati per pulau, jumlah penduduk miskin paling sedikit berada di Kalimantan, dengan 0,89 juta orang atau sekitar 3,75% dari total penduduk miskin nasional.

Baca Juga: BPS: Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Turun Jadi 23,85 Juta Orang Per Maret 2025

Adapun Sumatra, menjadi wilayah dengan masyarakat miskin terbesar kedua, yakni di angka 5,14 juta penduduk atau sekitar 21,56% dari total penduduk miskin nasional.

Setelahnya ada Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah penduduk miskin mencapai 1,92 juta orang (8,03%), diikuti Sulawesi dengan penduduk miskin mencapai 1,85 juta orang (7,75%), dan Maluku-Papua dengan 1,49 juta masyarakat miskin (6,25%)

Ateng menyebut, hampir seluruh pulau mengalami penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin jika dibandingkan antara Maret 2025 dengan September 2024

"Penurunan paling besar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara, yaitu pada Maret 2025 menurun 0,22% poin dibandingkan dengan September 2024. Kecuali di Maluku dan Papua yang persentase dan jumlah kemiskinannya mengalami peningkatan," tambahnya.

Adapun peningkatan jumlah masyarakat miskin di Maluku dan Papua mencapai 0,28 juta, atau meningkat 0,28% poin.

Masyarakat Miskin di Kota Meningkat
Deputi Ateng melaporkan jumlah masyarakat miskin di Indonesia mengalami penurunan secara nasional menjadi 23,85 juta orang pada Maret 2025, dari September 2024 yang mencapai 24,06 juta.

Spesifik, penurunan kemiskinan juga terjadi di perdesaan dari 11,34% pada September 2024 menjadi 11,03% di Maret 2025. Namun sebaliknya, kemiskinan justru cenderung meningkat di perkotaan.

"Persentase penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2025 yaitu sebesar 6,73%, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi September 2024 penduduk miskin di kota meningkat sekitar 0,07% poin (dari 6,66%)," rinci Deputi Ateng.

Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, salah satu indikator yang penting diperhatikan adalah indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan. Di mana indeks kedalaman (poverty gap index) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

"Jadi pengeluaran penduduk miskin bagaimana dibandingkan dengan garis kemiskinannya. Karena itu semakin tinggi nilai indek kedalaman maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinannya," tambah Ateng.

Baca Juga: Melihat Perbedaan Standar Garis Kemiskinan

Sementara indeks keparahan kemiskinan, merupakan sebaran pengeluaran penduduk antara penduduk miskin.

Ateng merinci indeks kedalaman kemiskinan masyarakat pedesaan di Maret 2025 sebesar 1,811, menurun dari September 2024 yang sebesar 1,918. Berbeda dengan kedalaman kemiskinan perkotaan Maret 2025 yang meningkat menjadi 1,061 dibandingkan September 2024 yang sebesar 0,981.

Hal serupa juga terjadi dari segi indeks keparahan kemiskinan. Di mana indeks keparahan kemiskinan masyarakat pedesaan di Maret 2025 sebesar 0,427, menurun dari September 2024 yang sebesar 0,476. Sementara keparahan kemiskinan perkotaan Maret 2025 meningkat menjadi 0,245 dibandingkan September 2024 yang sebesar 0,215.

"Pada kondisi Maret 2025 indeks keparahan di perkotaan juga mengalami peningkatan. Tetapi untuk pedesaannya juga sama mengalami penurunan, itu (penjelasan dari sisi indeks kedalaman dan juga indeks keparahan (kemiskinan)," ujar Ateng.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar