c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

22 Agustus 2023

09:21 WIB

Pemkab Lebak Penuhi Makanan Pendamping Beras Di Tengah El Nino

Produksi komoditas palawija mencukupi dan tidak terdampak El Nino sehingga bisa menjadi makanan pendamping beras .

Editor: Fin Harini

Pemkab Lebak Penuhi Makanan Pendamping Beras Di Tengah El Nino
Pemkab Lebak Penuhi Makanan Pendamping Beras Di Tengah El Nino
Ilustrasi. Pedagang merapikan singkong yang dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (15/8/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

LEBAK - Pemerintah Kabupaten Lebak memenuhi ketersediaan makanan pendamping beras di tengah El Nino yang ditandai kemarau panjang, yang diperkirakan mencapai puncaknya Agustus-September 2023.

"Kita menjamin ketersediaan makanan pendamping beras dari komoditas palawija mencukupi dan tidak terdampak El Nino," kata Kepala Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar di Lebak, Selasa (22/8), dikutip dari Antara.

Tanaman palawija, sebut Deni, tidak membutuhkan banyak air dibandingkan tanaman padi. Dengan demikian, produksi komoditas tanaman palawija itu di saat musim kemarau bisa terus dilakukan.

Produksi palawija dari Januari hingga pertengahan Agustus 2023 sebanyak 11. 971 ton terdiri dari jagung 2.800 ton, kedelai 185 ton, kacang tanah 131 ton, kacang hijau 13 ton, ubi kayu 10.346 ton dan ubi jalar 1.481 ton.

Saat ini, produksi palawija itu juga dipasok ke luar daerah, seperti Tangerang dan Jakarta.

Baca Juga: Produksi Beras Stagnan, Diversifikasi Pangan Jadi Tantangan

Karena itu, selama musim kemarau dipastikan makanan pendamping beras relatif aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Saya kira makanan pendamping itu bisa menjadi makanan pokok karena kandungan karbohidratnya sama dengan beras," katanya menjelaskan.

Ahmad, seorang pedagang pengecer ubi jalar di Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku selama sepekan terakhir ini bisa menjual sebanyak dua ton dengan harga Rp7.000/kilogram, sehingga mendapatkan omzet Rp14 juta. Padahal sebelumnya ia hanya mendapatkan Rp7 juta/pekan.

Meningkatnya permintaan ubi jalar itu untuk dijadikan makanan pendamping beras di tengah musim kemarau dan lonjakan harga beras jenis medium. Masyarakat banyak membeli ubi jalar untuk dijadikan makanan pendamping beras itu.

"Kami mendatangkan ubi jalar itu dari petani langsung," kata Ahmad.

Sementara itu, Yayah (45) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya bersama keluarga mengkonsumsi ubi kayu yang diolah menjadi kue bolu saat sarapan.

Selama ini, kue bolu ubi dari ubi kayu bisa bertahan hingga enam jam, sehingga bisa mengurangi mengonsumsi beras.

"Kami di tengah El Nino hanya satu kali mengonsumsi nasi, karena pagi hari cukup ubi kayu juga terkadang jagung," katanya.

Baca Juga: Centang Perenang Mengupayakan Ketahanan Pangan

Pemerintah telah mengupayakan mengurangi ketergantungan pada beras dan gandum  melalui roadmap diversifikasi pangan 2020-2024. Lewat peta jalan ini, diharapkan produksi sumber karbohidrat selain beras meningkat. Beberapa komoditas yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada beras adalah ubi kayu, ubi jalar, talas/keladi/yam, kentang, garut, ganyong, sukun, pisang, sagu dan sorgum.

Diversifikasi pangan didorong, lantaran ketahanan pangan menghadapi tantangan karena pertambahan penduduk di tengah penurunan luas lahan sawah yang membuat produksi beras menurun. BPS mencatat pada 2019 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,1% per tahun. Sementara, luas lahan sawah menyusut 12,97% per tahun.

Perubahan iklim juga memengaruhi produktivitas padi. Secara khusus, pertanaman padi yang membutuhkan ketersediaan air permukaan yang tinggi akan sangat rentan terhadap perubahan iklim sehingga produksi beras akan sangat dipengaruhi oleh anomali iklim.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar