03 Oktober 2024
15:36 WIB
Pemerintah Tetapkan ICP September 2024 USS72,54 Per Barel
Rerata harga minyak mentah utama dunia mengalami penurunan, ICP September 2024 juga ikut menurun US$5,96 dari bulan sebelumnya.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan harga Indonesian Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia untuk periode September 2024 sebesar US$72,54 per barel.
Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 353.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan September 2024. Adapun rerata harga minyak mentah September 2024 mengalami penurunan US$5,96 dari bulan sebelumnya yang mencapai US$78,51 per barel.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi lewat keterangan tertulisnya mengatakan turunnya ICP tak lepas dari penurunan harga minyak mentah dunia, serta anjloknya permintaan dari Tiongkok.
Baca Juga: Menkeu Proyeksi Anggaran Subsidi Energi Melonjak Di Semester II
Asal tahu saja, rerata harga seluruh minyak mentah utama dunia mengalami penurunan pada September 2024 dibanding Agustus 2024, terdiri dari:
a. Dated Brent dari US$80,91 per barel menjadi US$74,33 per barel,
b. WTI (Nymex) dari US$75,43 per barel menjadi US$69,37 per barel,
c. Brent (ICE) turun dari US$78,88 per barel menjadi US$72,87 per barel,
d. Basket OPEC dari US$78,41 per barel menjadi US$73,62 per barel, serta
e. ICP turun dari US$78,51 per barel menjadi US$72,54 per barel.
Selain itu, sentimen negatif pasar terhadap perekonomian Negeri Panda juga digadang-gadang menyebabkan menurunnya permintaan minyak mentah.
"Caixin Purchasing Manager Index (PMI) Jasa Tiongkok pada bulan September 2024 mengalami penurunan lebih tajam dari estimasi pasar, menjadi 51,6," ujar Agus, Kamis (3/10).
Di lain sisi, kapasitas pengolahan minyak pada 35 kilang di Tiongkok turut mengalami penurunan 0,9% month-to-month pada September 2024 menjadi 80,8% dari total kapasitas produksi 8,4 juta barel per hari.
Faktor lainnya yang mengakibatkan penurunan rerata harga minyak mentah utama dunia, sambung Agus, ialah kestabilan ekspor dan produksi minyak di Libya pascapersetujuan penunjukkan pimpinan Bank Sentral Libya, hingga ekspor minyak Irak yang mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
"Ekspor Irak mencapai titik tertinggi selama delapan bulan terakhir, di tengah komitmen untuk mematuhi kuota penurunan produksi OPEC+," imbuhnya.
Baca Juga: Kemenkeu: Pelemahan Rupiah Bebani Subsidi Energi Nasional
Proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global hingga akhir 2024 nanti juga turut mengalami penurunan. Dalam hal ini, OPEC dalam publikasi September 2024 mengestimasi permintaan turun sebesar 80 ribu barel per hari menjadi 2 juta barel per hari dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, International Energy Agency (IEA) melaporkan pasokan minyak dunia pada Agustus 2024 meningkat 80 ribu barel per hari month-to-month menjadi 103,5 juta barel per hari. Beriringan dengan itu, OPEC turut merevisi estimasi pasokan Non-OPEC+ yang naik 70 ribu barel per hari menjadi 53,07 juta barel per hari untuk tahun 2024 ini.
"Di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak juga dipengaruhi oleh turunnya tingkat pengolahan kilang di Taiwan, dari 760 ribu bph (69,7% kapasitas) pada akhir Agustus 2024 menjadi 580 ribu bph (53,2% kapasitas) pada akhir September 2024," tandas Agus Cahyono Adi.