31 Juli 2024
16:24 WIB
Pemerintah Matangkan Penerapan BBM Rendah Sulfur
Pemerintah sedang mematangkan ketentuan terkait bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.
Pengendara roda dua mengisi bahan bakar minyak di SPBU MT Haryono, Jakarta, Rabu (3/4/2024) ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah sedang mematangkan ketentuan terkait bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.
“Lagi dimatangkan. Ya lagi dibahas lah,” ujar Arifin di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Arifin mengatakan, salah satu yang dikaji adalah bagaimana penerapan BBM rendah sulfur itu.
Dia pun menyatakan belum dapat menyampaikan kapan BBM jenis baru tersebut akan dirilis.
Baca Juga: Airlangga Buka Suara Soal Kegaduhan Pembatasan BBM Subsidi
BBM rendah sulfur adalah bahan bakar minyak yang kandungan sulfur atau belerangnya lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar minyak konvensional.
Sulfur adalah unsur yang biasanya terdapat dalam bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel. Ketika bahan bakar dengan kandungan sulfur tinggi dibakar, sulfur akan menghasilkan sulfur dioksida (SO₂), gas berbahaya yang dapat menyebabkan polusi udara dan berbagai masalah kesehatan serta lingkungan.
BBM rendah sulfur biasanya dijual dengan label "Ultra-Low Sulfur Diesel (ULSD)" untuk diesel, atau bahan bakar lain dengan spesifikasi sulfur rendah.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, saat ini pemerintah sedang mengkaji wilayah mana saja yang akan menggunakan BBM rendah sulfur.
“Kami lagi memastikan, suplainya kapan siapnya, suplai desainnya sebesar apa, sarananya seperti apa, kemudian daerahnya di mana, ini lagi dipastikan. Termasuk keekonomiannya,” ujar Dadan di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/7).
Dadan mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan bahan bakar yang lebih bersih untuk dipakai oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah berpolusi tinggi.
Baca Juga: BBM di Indonesia Belum Penuhi Standar Euro IV
Menurut Dadan, yang kini menjabat sebagai Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), salah satu penyebab polusi di Jakarta, berasal dari bahan bakar yang bersulfur tinggi.
“Jadi, bahan bakarnya kita itu sulfurnya tinggi. Sulfurnya itu sampai 2.500. Namun, kalau kita ngikutin Euro 4, yang di ASEAN juga diterapkan, sulfurnya itu 50. Jadi, (sulfur) 50 terhadap 2.500, kita 50 kali lipat,” ucap dia.