06 September 2025
14:55 WIB
Pemerintah Klaim Inflasi Turun, Pasokan-Harga Pangan Aman
Pemerintah mengklaim harga dan pasokan pangan di pasar aman. Distribusi SPHP dan Gerakan Pangan Murah terus digencarkan.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
Mendagri Tito Karnavian dan Mentan Andi Amran Sulaiman memantau langsung harga komoditas pangan di Pasar Palembang Jaya Km 5, Sumatra Selatan, Jumat (5/9). Dok Kementan
PALEMBANG - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim, saat ini kondisi pangan nasional berada dalam tren positif. Hal ini salah satunya terlihat dari hasil pemantauan langsung harga beberapa komoditas pangan yang relatif stabil, bahkan menurun di Pasar Palembang Jaya Km 5, Sumatra Selatan.
Tak hanya itu, Amran juga menyebut, angka inflasi nasional menurun dari 2,37% menjadi 2,31% (yoy) per Agustus 2025. Kendati secara bulanan mengalami deflasi sebesar 0,08% (mtm) yang berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau; yakni tomat, cabai rawit, dan bawang putih
“Kami pantau bersama Pak Mendagri, kami kolaborasi untuk menstabilkan harga. Inflasi (Agustus) turun, ini jadi salah satu indikasi bahwa pangan kita sudah mulai stabil,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (6/9).
Baca Juga: BI: Inflasi RI Agustus 2,31% Tetap Terjaga dalam Sasaran
Pemerintah saat ini juga terus berupaya untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, khususnya beras, sembari menjaga kecukupan bahan pangan. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalakkan Gerakan Pangan Murah (GPM) dan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke berbagai daerah.
”Kita juga lakukan operasi pasar besar-besaran, kita siapkan 1,3 juta ton (beras). Bahan pokok yang dijual GPM harganya lebih terjangkau bagi masyarakat Ini terus kita dorong,” imbuh Amran.
Lebih lanjut, Amran menyampaikan, capaian ini tak lepas dari peningkatan produksi dalam negeri. Berdasarkan BPS, produksi beras nasional naik lebih dari 3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu. Bahkan, estimasi FAO mencatat produksi beras Indonesia pada musim tanam 2025/2026 dapat mencapai 35,6 juta ton.
“Ini patut kita syukuri. Tahun lalu kita masih mengimpor beras hampir 4 juta ton. Namun, tahun ini, dengan stok yang melimpah lebih dari 4 juta ton, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa impor. Bahkan Nilai Tukar Petani (NTP) juga naik ke angka 123, yang menjadi indikator kesejahteraan petani semakin membaik,” terangnya.
SPHP Berkontribusi Dominan Stabilkan Harga Beras
Sementara itu, Mendagri Tito Karnavian turut menyampaikan, tren penurunan inflasi salah satunya karena upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan. Ia pun berharap, penyaluran SPHP dapat berkontribusi lebih untuk menstabilkan harga beras di masyarakat.
Baca Juga: Jaga Harga, Bapanas Terus Intervensi Pasokan Beras di 214 Daerah
Tito menekankan, beras SPHP yang dijual Bulog berkualitas bagus dengan harga lebih terjangkau dan membantu masyarakat.
"Dengan SPHP yang digencarkan Bulog atas perintah Bapak Presiden dan Bapak Mentan, kita harapkan harga beras yang sempat naik bisa kembali turun, sementara yang sudah stabil tetap terjaga,” tegas Tito.
Mendagri juga memastikan, stok dan kondisi beras saat ini aman. Masyarakat juga bisa memperoleh beras dengan harga yang lebih murah melalui penyaluran SPHP dan GPM oleh Bulog dan Bapanas.
“Beras ini komoditas rakyat yang utama. Stoknya cukup banyak. Bulog sudah menjual keluar melalui SPHP dengan distribusi cukup lancar ke berbagai tempat,” ungkapnya.
Baca Juga: Tetap Rp12.500/kg, Pemerintah Pastikan Harga Beras SPHP Tak Akan Naik
Pemerintah optimistis, penyaluran 1,3 juta ton beras SPHP dapat berkontribusi menstabilkan harga beras. Ia mendorong penyaluran tersebut dapat terus dimasifkan.
“Beras SPHP ini tidak hanya murah, tapi kualitasnya bagus. Dengan beras SPHP makin gencar dilakukan oleh Bulog atas perintah Bapak Presiden Prabowo, kami harapkan harga beras di beberapa daerah yang naik itu bisa turun, sementara yang sudah stabil dapat terjaga,” terang Tito.