18 Juli 2025
11:48 WIB
Pemerintah Dorong Industri TPT Berkelanjutan Dan Berdaya Saing Global
Industri TPT memiliki kontribusi signifikan terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. Namun, kinerjanya menunjukkan pertumbuhan yang moderat.
Penulis: Siti Nur Arifa
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya
JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Industri, Ketenagakerjaan, dan Pariwisata Kemenko Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk memperkuat fondasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT), agar semakin tangguh, inovatif, dan berkelanjutan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya industri TPT memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional. Namun, dalam konteks global, dinamika geopolitik dan perang dagang turut memberikan tekanan tambahan terhadap kinerja sektor ini.
“Kita memahami bahwa industri tekstil dan pakaian jadi saat ini dihadapkan pada dinamika dan tantangan yang sangat-sangat kompleks. Sektor ini secara konsisten memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional, sekaligus menjadi penyerap tenaga kerja yang substansial. Namun, kondisi terkini menuntut adanya structural reform yang mendesak,” ungkap Deputi Rudy Salahuddin dalam Forum Diskusi bertema “Strategi Pengembangan Ekosistem Tekstil dan Pakaian Jadi di Indonesia” di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (17/7).
Baca Juga: Industri Tekstil Masih Dihantam Tekanan Hingga Timbulkan Gelombang PHK
Lewat forum tersebut, Rudy menegaskan diskusi yang dilakukan dapat menjadi sarana konsolidasi pemikiran untuk merumuskan strategi jangka menengah dan panjang dalam penguatan ekosistem industri TPT nasional.
Pada saat bersamaan, pihaknya menegaskan pemerintah senantiasa berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyederhanaan regulasi.
“Kegiatan ini adalah momen krusial untuk menginisiasi tindakan konkret dan merumuskan arah strategis bagi masa depan industri, khususnya industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia yang merupakan salah satu pilar utama perekonomian nasional,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rudy membeberkan meskipun berkontribusi signifikan terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, kinerja industri TPT menunjukkan pertumbuhan yang moderat.
Di sisi lain, sektor ini juga menghadapi sejumlah tantangan berupa penurunan daya saing, ketergantungan tinggi pada impor bahan baku dan produk jadi, menurunnya tingkat utilisasi pabrik, hingga gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sebagai solusi, pemerintah disebut akan memprioritaskan kebijakan berbasis peningkatan nilai tambah. Pengembangan industri TPT menurutnya juga akan diarahkan pada penguatan struktur industri dari hulu hingga hilir, akselerasi inovasi dan adopsi teknologi, serta penciptaan sumber daya manusia yang kompeten.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan produk-produk dasar, kita harus bergerak menuju produk-produk bernilai tambah tinggi atau produk TPT yang berorientasi pada visi berkelanjutan,” imbuhnya.
Baca Juga: Regulasi Terus Berubah Jadi Penyebab Industri Tekstil Nasional Mandek
Dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari asosiasi di sektor terkait, dalam forum yang sama, para pelaku industri juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemangku kepentingan, serta integrasi rantai pasok hulu-hilir untuk meningkatkan daya saing industri TPT nasional.
Deputi Rudy dan para pelaku industri juga sepakat, bahwa inovasi memegang peranan kunci dalam peningkatan ekspor, namun perlindungan pasar domestik tetap krusial mengingat industri TPT merupakan industri padat karya.
Forum diskusi tersebut diharapkan dapat menjadi titik tolak untuk merumuskan langkah-langkah konkret dan membangun sinergi menuju industri TPT Indonesia yang modern, tangguh, dan berdaya saing global.
“Kami meyakini bahwa dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan seluruh stakeholder terkait, tujuan ini dapat kita capai,” pungkas Rudy.