22 Oktober 2025
20:12 WIB
Pemberdayaan Bikin Peternak Lebah Madu Lebih Kuat Hadapi Beruang
Beruang menjadi tantangan bagi peternak lebah di Muara Enim, Desa Aurduri, Kecamatan Rambang Niru, Sumatra Selatan. Pemberdayaan dari PT. Medco E&P Indonesia membuat usaha madu bisa bertahan.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Editor: Fin Harini
Bustam (64 tahun), peternak lebah dari di Muara Enim, Desa Aurduri, Kecamatan Rambang Niru, Sumatra Selatan. ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris
MUARA ENIM – Manisnya cuan tak selalu dirasa para peternak lebah. Salah satunya saat madu yang terkumpul tak bisa terjual lantaran dicuri beruang.
Ya, beruang menjadi ancaman bagi peternak lebah di Muara Enim, Desa Aurduri, Kecamatan Rambang Niru, Sumatra Selatan.
Beruang yang hidup di Sumatra Selatan adalah beruang madu (Helarctos malayanus). Beruang ini tergolong omnivora alias pemakan segala, mulai dari serangga atau larva, buah-buahan, pucuk daun muda atau hewan kecil seperti kadal dan burung. Namun, sesuai namanya, madu jadi makanan favoritnya.
Dengan cakarnya, beruang bisa mencongkel kulit kayu untuk mencari serangga dan larva. Atau membongkar kotak kayu tempat lebah budidaya bersarang. Tak hanya memakan madu, sarang dan larva lebah juga ikut dimakan.
Bustam (64 tahun), warga Muara Enim, Desa Aurduri, bercerita ia sempat bergabung dengan kelompok pembudidaya lebah madu lematan atau lebah madu liar yang cukup besar. Anggotanya mencapai 30 orang, dengan produksi hingga 1 ton madu ketika panen.
“Anggota kita dulu sampai 30 lebih. Waktu itu beruang belum kenal kalau di dalam kotak ini madu. Dulu 1 tahun bisa sampai 1 ton pas. Tapi anggotanya sudah bubar, tidak sanggup lagi karena beruang. Kotak itu biasanya banyak,” kata Bustam saat ditemui di Muara Enim pada Senin sore (20/10).
Biasanya, ketika kotak yang menjadi sarang lebah sudah hancur di tangan beruang, peternak tak lagi bisa menjalankan usahanya. Modal untuk membuat kotak cukup mahal. Itu yang menyebabkan jumlah peternak lebah berkurang setelah serangan beruang.
Bustam masih bisa menjalankan usaha ternak lebah setelah mendapatkan bantuan dari PT. Medco E&P Indonesia pada tahun 2016, dua tahun sejak ia memulai usaha ternak madu sendiri.
Medco menilai budidaya lebah madu merupakan pemberdayaan masyarakat berbasis alam yang ramah lingkungan, meningkatkan pendapatan dan menjaga kelestarian hutan.
“Namanya kita kan enggak ada modal, tapi semenjak dibina oleh Medco kita mulai dari kotak seluruhnya dikasih,” katanya.
Baca Juga: World Bee Day Ingatkan Peran Penting Lebah Jaga Ketahanan Pangan
Setelah mendapat bantuan dan pelatihan, Bustam mengalami perubahan yang cukup signifikan baik dari sisi pengembangbiakan lebah madu maupun pendapatan untuk membiayai hidup keluarga.
Misalnya, kata Bustam, kelompok budidaya lebah madu liar di sini mendapatkan bantuan pembuatan kotak-kotak hingga pagar dari seng untuk mencegah serangan beruang.
“Ada perubahan. Biasanya seperti kotak-kotak ini jika sudah dihancurkan beruang, kami tidak bisa bikin lagi karena modal kotak ini besar. Semenjak dibantu oleh Medco, kami bisa bikin. Karena Medco beri seluruh modal, kami cuma siapkan lebah aja,” ujarnya.
Untuk pendapatan, Bustam mengaku tidak menentu setiap bulan. Kadang ia berhasil mengumpulkan 24 kilogram madu, kadang hanya 17 kilogram. Tahun 2025 dari Januari hingga September, kata dia, tercatat sudah 1 kuintal 70 kilogram.
“Tahun ini baik, kelompok kita sudah (produksi) 1 kuintal 70 kilogram totalnya. Tahun ini sedikit. Beruang itu tantangannya di sini,” ucapnya.
Saat ini, Bustam mulai fokus membuat kotak besar dibandingkan kotak kecil. Menurut dia, kotak besar itu menghasilkan madu bisa 5 kilogram, sedangkan kotak kecil hanya 2 kilogram saja.
"Dari pendapatan, kita hasil kotak yang besar. Sekarang ini kotak kecil saya tinggal dan beralih ke kotak besar. Walaupun kotak kita 10, hasilnya sudah gede," katanya.
Glodok berisi sarang lebah milik Bustam, peternak lebah dari di Muara Enim, Desa Aurduri, Kecamatan Rambang Niru, Sumatra Selatan. ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris
Dukungan Pemasaran
Tak hanya permodalan kotak sarang lebah dan pagar pengaman, Bustam mengatakan penjualan atau pemasaran juga dibantu oleh Medco selaku pembina. Selain itu, pembeli juga datang dari masyarakat lokal maupun wisatawan.
“Pemasarannya kita ada yang pesan, kadang ada yang minta datang ke rumah, ada yang minta paketin. Kebanyakan dari Medco, dia bantu pemasarannya. Jadi dari Medco itu pemasaran dibantu, kotak-kotak seluruh modal dari Medco,” ungkapnya.
Ia mengatakan harga jual madu juga bervariatif, mulai dari Rp65 ribu hingga Rp130 ribu dengan ukuran kemasan botol berbeda-beda. “Untuk 450ml harganya Rp65 ribu/botol, dan perkilo itu Rp130 ribu,” ujarnya.
Dukungan pemasaran menjadi penyelamat usaha madu Bustam ketika pandemi covid-19 merebak. Kala itu, jumlah pembeli menyusut drastis. Bahkan, para pelanggan yang dimiliki Bustam dari Jakarta pun berhenti membeli.
Baca Juga: Kementerian UMKM Target 2,1 Juta Usaha Mikro Naik Kelas Di 2029
Padahal, lebah tak berhenti berproduksi. Panen madu tetap banyak saat itu.
"Kalau sekarang ini ada pergerakan, kalau pas covid kemarin lama mati. Nggak ada yang beli. Panen terus, pembelinya aja kurang," katanya.
Untungnya, Bustam mengatakan penjualan dibantu oleh Medco E&P. Pesanan tetap ada, terutama untuk tamu perusahaan yang berkunjung ke wilayah kerja perusahaan.
"Paling Medco ini yang pesan-pesan untuk tamu PT (perusahaan). Pelanggan aku sebelum covid tukang jamu-jamu gendong di Jakarta itu banyak 7 orang. Pas covid, tutup," imbuhnya.
Karena itu, Bustam menilai pendampingan dalam budidaya lebah madu lematan sangat berarti dan membantu perekonomian masyarakat yang terlibat.
"Bagi saya dan anggota kelompok ini memang sangat membantu. Pendidikan anak-anak yang ikut kelompok ini, anak-anak perlu duit, panen dari madu dapat duit," kata Bustam lagi.
Bustam (64 tahun) menunjukkan sarang lebah. ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris
Stok Madu Dibagikan Untuk Warga Sakit
Bantuan yang diterima dialirkan kembali oleh Bustam. Ia menegaskan tidak menjual seluruh madunya. Sebagian ia disisihkan untuk dibagikan kepada masyarakat setempat apabila ada yang membutuhkan, terutama untuk pengobatan.
Misalnya, dari panen 50 kilogram, ia menyisihkan minimal 15 kilogram sampai 20 kilogram madu untuk stok di rumahnya.
"Kadang-kadang ada kebutuhan warga anaknya sakit, saya udah seperti dokter. Pernah datang jam 1 malam, anaknya panas, tenggorokan gatel, punya duit Rp10 ribu. Saya suruh bawa pulang duit dan madunya," ungkapnya.
Bustam mengharuskan stok madu di rumah karena pernah merasa bersalah, ketika warga sekitar membutuhkan madu tapi stok habis. Padahal, kata dia, madu itu untuk pengobatan keluarga yang sakit.
Baca Juga: BI Beri Insentif Likuiditas Khusus UMKM Hingga Agustus Rp77 T
"Aku pernah merasa batin madu abis, sementara ada orang datang anaknya sakit. Di situ kita kasihan. Jadi kasihan, nggak boleh habis madu di rumah," tuturnya.
Ke depan, Bustam ingin mengembangkan budidaya madu klanceng. Kata dia, budidaya klanceng memiliki kualitas bagus dan harga jual yang tinggi.
"Kalau kita sudah panen madu lebah setelah itu panen klanceng, jadi dua penghasilan. Kalau satu, habis panen madu itu lama menunggu. Jadi sudah panen (lebah madu) kita panen klanceng, jadi perputarannya terus. Masa panen klanceng itu 6 bulan," ujarnya.
Program Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Manager Field Relations Medco E&P Indonesia, Hirmawan Eko Prabowo menegaskan Medco E&P Indonesia mengajak masyarakat yang berada di sekitar area operasi untuk fokus mengembangkan perekonomian. Di sisi lain, kata dia, upaya pengembangan ekonomi itu dilakukan dengan tetap menjaga lingkungan.
“Rata-rata program pemberdayaan ekonomi kami kaitkan dengan upaya-upaya perlindungan terhadap lingkungan seperti ada kelompok mitra binaan budidaya lebah madu,” kata Eko.
Eko menjelaskan tujuannya menjadi bagian mitigasi atau mencegah masyarakat untuk merambah hutan, serta sebagai kewajiban perusahaan untuk menjaga kawasan hutan di wilayah sekitar operasi. Namun, ia menyebut kendalanya budidaya lebah madu ini adalah konflik antara manusia dengan beruang hutan.
“Kita cari solusi bersama kira-kira apa kegiatan ekonomi masyarakat yang tanpa merusak lingkungan sekitar, salah satunya madu ini bagian dari kampanye kepada masyarakat untuk berusaha tetap melakukan hal yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Menurut dia, program pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan merujuk pada Pedoman Tata Kerja (PTK) Nomor: PTK-017/SKKO0000/2018/S0 tentang hubungan masyarakat, yang diterbitkan Satuan Kerja Khusus (SK) Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
“Pada prinsipnya, program pemberdayaan masyarakat (PPM) kami laksanakan tidak hanya sebagai bentuk kepedulian tentang menjawab pertumbuhan masyarakat di sekitar, tetapi juga sebagai bagian dari kelola sosial,” katanya.
Menurut dia, pasti ada ekspektasi dari masyarakat setempat untuk ikut bekerja di perusahaan minyak dan gas bumi yang beroperasi di wilayah mereka. Namun, tidak semua bisa diakomodasi oleh perusahaan.
“Ketika perusahaan migas beroperasi pasti ada ekspektasi dari masyarakat, baik diterima langsung maupun diterima tidak langsung. Oleh sebab itu, PPM kita jadikan sebagai bagian dari kelola sosialnya,” ungkapnya.
Harapannya, kata dia, apa yang telah dikontribusikan secara langsung dapat mendorong atau menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Karena biasanya, lanjut dia, industri migas fokusnya untuk pengembangan ekonomi pada migas saja.
Justru, Eko menyampaikan Medco E&P memperkenalkan program pengembangan masyarakat salah satunya UMKM sebagai penggerak ekonomi di sekitar wilayah operasi.
“Ini kami picu untuk bisa tumbuh berkembang salah satunya UMKM sebagai bagian penggerak ekonomi masyarakat. Adanya interaksi antara perusahaan dan masyarakat melalui PPM ini juga membangun informasi. Apa yang menjadi concern dan permasalahan di wilayah itu, sehingga kita bisa memitigasi secara dini risiko-risiko gangguan sosial, keamanan di sekitar wilayah operasi,” jelas dia.
Dengan demikian, Eko menekankan, kegiatan operasi migas yang dilaksanakan oleh SKK Migas dan K3S tidak hanya membantu negara dalam mengeksplorasi dan memproduksi minyak, tetapi juga menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
“Nah, ini yang menjadi sebuah kerangka mengelola sosial, berkontribusi pada pengembangan ekonomi dan membangun reputasi,” ucapnya.
Di samping itu, Eko menyampaikan harapannya ketika sumber daya yang tidak terbarukan ini sudah habis masanya, pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah operasi masih tetap berlanjut untuk masyarakat.
“Karena pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat ini ada lima bidang utama yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan lingkungan,” imbuhnya.
Sementara VP Operation Onshore Medco E&P Indonesia, Irfan Eka Wardhana menambahkan salah satu tujuan program pengembangan masyarakat ini untuk agar masyarakat sekitar wilayah operasi tidak hanya bergantung pada harga komoditi saja seperti karet dan sawit.
“Dengan program-program PPM ini kita beri kesibukan mereka, kita beri mereka sesuatu yang tidak bergantung kepada harga komoditi sehingga operasi kita lebih sustain. Program-program masyarakat kita sudah mulai kentara dan itu membantu,” pungkasnya.