16 Mei 2025
11:07 WIB
Pelemahan Data Ekonomi AS Picu Penguatan Rupiah
Sentimen pelemahan data ekonomi AS terbaru terpantau memperkuat nilai tukar (kurs) rupiah saat ini. Melemahnya data-data ekonomi AS membuka ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS pada Juni.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menyampaikan, sentimen pelemahan data ekonomi Amerika Serikat (AS) terbaru terpantau memperkuat nilai tukar (kurs) rupiah saat ini.
“Penguatan rupiah terhadap dolar AS ini karena melemahnya data ekonomi AS yang dirilis semalam,” ucapnya melansir Antara, Jakarta, Jumat (16/5).
Baca Juga: Rupiah Masih Akan Melemah Efek Negosiasi AS-China
Data pertama, indeks manufaktur wilayah New York, mengalami kontraksi 9,2% atau jauh lebih rendah dari perkiraan di kisaran 8,2%.
Selanjutnya, melansir Anadolu Agency, data inflasi produsen AS mengalami penurunan pada April 2025 dengan Producer Price Index (PPI) menurun 0,5% (month-to-month/mtm). Secara khusus, penurunan ini berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.
Secara tahunan, harga produsen naik 2,4% pada April 2025, atau turun sedikit di bawah estimasi pasar sebesar 2,5%. PPI inti juga menurun 0,4% MtM pada bulan lalu, berbeda dari perkiraan kenaikan 0,3%.
Untuk data produksi industri AS, tak mengalami perubahan sejak Maret 2025, meskipun diperkirakan akan terjadi kenaikan 0,2%.
Lalu, data penjualan ritel AS menunjukkan kenaikan 0,1% (mtm), namun tetap berada di bawah perkiraan sebesar 0,3%. Angka ini dipengaruhi kenaikan angka penjualan toko-toko layanan makanan dan minum 1,2%, penjualan di dealer bahan bangun dan perlengkapan taman 0,8%, toko furnitur 0,3%, serta toko elektronik dan peralatan 0,3%.
Di sisi lain, penjualan ritel turun 2,5% di toko perlengkapan olahraga, hobi, alat musik dan buku, serta 2,1% di toko swalayan.
“Ini (melemahnya data-data ekonomi AS) membuka ekspektasi pasar untuk pemangkasan suku bunga acuan AS di bulan Juni,” ucapnya.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat pagi (16/5) terpantau menguat sebesar 84 poin atau 0,51%, dari sebelumnya Rp16.529 menjadi Rp16.445 per dolar AS.
Baca Juga: Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi Lesu Tekan Kurs Rupiah
Melansir Bloomberg, Jumat (16/5), dolar AS terpantau melemah untuk sesi kedua, sementara ekuitas merosot. Kondisi ini terjadi setelah pergerakan pasar yang besar di awal pekan ini berupa sentimen 'gencatan senjata' tarif AS-China, yang mulai mereda.
Dolar AS melemah terhadap mata uang utama, dengan yen Jepang dan franc Swiss sebagai salah satu yang diuntungkan.
Sementara itu, imbal hasil Treasury AS 10 tahun sedikit lebih rendah setelah turun 10 basis poin pada Kamis (15/5), karena para traders memperkirakan dua pemangkasan suku bunga Federal Reserve dapat terjadi di tahun ini.
Tindakan yang tidak bersemangat ini mengisyaratkan kehati-hatian setelah minggu yang kuat bagi aset berisiko menyusul pembicaraan perdagangan AS-China.
Pantauan Bloomberg juga, per 16 Mei 2025 pukul 12.08 WIB, rupiah terpantau menguat di hadapan dolar AS sebesar 0,62% atau sekitar Rp103 ketimbang sebelumnya. Saat ini rupiah bernilai kisaran Rp16.426 per dolar AS.
Diperkirakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini akan bergerak pada kisaran antara Rp16.393-16.475 per dolar AS. Adapun pergerakan rupiah terhadap dolar AS rentang setahun terakhir (52 week range) paling kuat berada di kisaran Rp15.060 dan paliang lemah berkisar Rp17.224 per dolar AS.