c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Mei 2025

12:44 WIB

Rupiah Masih Akan Melemah Efek Negosiasi AS-China

Nilai tukar rupiah masih akan berada pada posisi melemah, seiring rangkaian efek positif hasil negosiasi AS-China terkait tarif dagang di akhir pekan lalu.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Rupiah Masih Akan Melemah Efek Negosiasi AS-China</p>
<p>Rupiah Masih Akan Melemah Efek Negosiasi AS-China</p>
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jumat (1/3/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja/rwa.

JAKARTA - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra memproyeksi, nilai tukar (kurs) rupiah masih akan berada pada posisi melemah, seiring rangkaian efek positif hasil negosiasi Amerika Serikat (AS) dengan China terkait tarif di akhir pekan lalu.

“Ini (rupiah melemah) masih efek dari hasil negosiasi AS dan China yang berhasil, sehingga tarif barang dari China bisa ditekan dan harga barang yang dikonsumsi warga AS dari China turun. Perekonomian AS terbantu dengan hal ini, sehingga dolar AS menguat,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Kamis (15/5).

Buat konteks tambahan, kesepakatan tarif dagang antara AS dan China yang bersitegang belakangan dapat memicu penguatan dolar AS. Ada peluang penurunan tarif kedua negara tersebut dapat meningkatkan daya tarik pasar untuk kembali 'mengoleksi' dolar AS.

Jika kondisi tersebut terjadi, dapat memberikan tekanan bagi rupiah sehingga nilainya mengalami pelemahan.

Baca Juga: Usai China-AS Turunkan Tarif Sementara, Trump Bakal Gelar Pembicaraan Dengan Xi

Pada Rabu (14/5), dolar AS sempat tertekan karena persepsi pasar atas kenaikan tarif barang dari China akan menurunkan daya beli atau konsumsi di AS, lantaran banyaknya barang konsumsi impor China.

Namun sekarang, persepsi negatif tersebut malah berbalik karena kebijakan tarif yang sempat melonjak tinggi menajdi diturunkan, sehingga dolar AS kembali menguat.

“Kondisi indeks dolar AS pagi ini masih menunjukkan penguatan. Nilai tukar regional terlihat melemah terhadap dolar AS,” ujarnya pula.

Untuk sentimen rupiah dari domestik, Ariston menyampaikan, pasar kembali menyoroti tingkat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang tinggi di kuartal pertama tahun ini. Situasi tersebut bisa menjadi salah satu indikator pelambatan ekonomi nasional.

Baca Juga: Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi Lesu Tekan Kurs Rupiah

Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I/2025 Indonesia yang masih sulit tembus 5%, disinyalir karena konsumsi domestik yang melemah.

“Potensi tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini ke arah Rp16.680, dengan potensi support di kisaran Rp16.500 hari ini,” kata Aris.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi (15/5), sempat menguat tipis sebesar 1 poin atau 0,01%, dari sebelumnya Rp16.562 menjadi Rp16.561 per dolar AS.

Bloomberg mencatat, per 15 Mei 2025 pukul 12.08 WIB, rupiah terpantau menguat di hadapan dolar AS sebesar 0,16% atau sekitar Rp27 rupiah ketimbang sebelumnya. Saat ini rupiah bernilai kisaran Rp16.534 per dolar AS.

Bloomberg memperkirakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini akan bergerak pada kisaran antara Rp16.531-16.582 per dolar AS.

Negosiasi AS-China Perkuat Apresiasi Rupiah
Sebaliknya, Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai, nilai tukar (kurs) rupiah bakal menguat dipengaruhi kesepakatan AS dengan China dalam menurunkan tarif perdagangan satu sama lain untuk meredakan kekhawatiran resesi global. Kebijakan tersebut diputuskan dalam pertemuan di Jenewa, Swiss.

“AS akan mengurangi tarifnya terhadap Beijing dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok akan menurunkan tarif pembalasannya dari 125% menjadi 10%, keduanya selama 90 hari. AS juga akan menurunkan tarif pada produk bernilai rendah yang diimpor dari Tiongkok,” ujar Ibrahim, Rabu (14/5).

Perkembangan ini dinilai memberikan kelonggaran bagi Federal Reserve (The Fed) untuk bisa menyesuaikan kebijakan suku bunganya, sembari tetap memantau proses negosiasi tarif lebih lanjut.

Dalam pertemuan terakhir, pejabat The Fed tampaknya cenderung menunggu tanda-tanda yang jelas dari pergerakan ekonomi AS sebelum memangkas suku bunga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar