c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

30 April 2025

14:15 WIB

Pasokan Gas Pipa Turun, PGN Optimalkan Regasifikasi LNG Di Kuartal I/2025

Realisasi volume regasifikasi LNG di FSRU Lampung mencapai 109 BBTUD, FSRU Jawa Barat 294 BBTUD, serta Fasilitas LNG Arun 128 BBTUD sepanjang Januari-Maret 2025.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Pasokan Gas Pipa Turun, PGN Optimalkan Regasifikasi LNG Di Kuartal I/2025</p>
<p id="isPasted">Pasokan Gas Pipa Turun, PGN Optimalkan Regasifikasi LNG Di Kuartal I/2025</p>

Petugas menyiapkan Meter Regulator Station (MRS) untuk penyaluran gas di stasiun induk PT Java Energy Semesta di Gresik, Jawa Timur, Selasa (16/10/2018). Antara Foto/Moch Asim

JAKARTA - Terbatasnya pasokan gas pipa akibat penurunan produksi hulu di beberapa lapangan sekitaran Jawa dan Sumatra mendorong PT PGN Tbk, Subholding Gas PT Pertamina, mengoptimalkan pemanfaatan regasifikasi Liquified Natural Gas (LNG).

Sepanjang kuartal pertama tahun ini, emiten pelat merah berkode saham PGAS itu memaksimalkan jasa regasifikasi LNG di Lampung, Arun, hingga Jawa Barat guna menjaga kesinambungan pasokan energi, terutama bagi sektor kelistrikan dan industri komersial lainnya, termasuk pelanggan non-HGBT.

Di lain sisi, Corporate Secretary PGN Fajriyah Usman mengungkapkan pihaknya tetap memprioritaskan gas pipa bagi pemenuhan kebutuhan pelanggan industri yang terdaftar sebagai penerima Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dalam rangka mendukung daya saing industri nasional.

Baca Juga: PGN Kekurangan Gas Akibat Natural Declining

Adapun untuk realisasi volume regasifikasi LNG lewat kontrak Terminal Usage Agreement (TUA) Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung selama Januari-Maret 2025 lalu tercatat di angka 109 billion british thermal unit per day (BBTUD).

"Sementara jasa melalui fasilitas LNG Arun mencapai 128 BBTUD, dan FSRU Jawa Barat 294 BBTUD," ucap Fajriyah lewat siaran pers, Rabu (30/4).

Adapun untuk realisasi penyaluran gas PGN secara keseluruhan pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat sebesar 861 BBTUD, serta jaringan transmisi di angka 1.602 MMSCFD.

Kontribusi PGN di segmen lain, seperti transportasi minyak berada di level 171.943 barel setara minyak per hari (BOEPD), lifting migas 16.461 BOEPD, serta perdagangan LNG internasional sebesar 68 BBTUD sepanjang Kuartal I/2025.

PT PGN Tbk sendiri dikabarkan tengah mengalami shortage atau kekurangan pasokan gas bumi sebagai dampak dari natural declining atau penurunan produksi dari lapangan-lapangan gas yang ada.

Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko sebelumnya telah menerangkan shortage gas itu bakal terjadi sampai 2035 pada seluruh regional, mulai dari Sumatra Bagian Utara, Sumatra Bagian Selatan, Sumatra Bagian Tengah, dan Jawa Bagian Barat, hingga Jawa Bagian Tengah dan Timur.

"Sumatra Bagian Utara dan Tengah ini turun sejak 2028. Jadi kalau kita lihat sejak 2028-2035, shortage sampai 96 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari)," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII di Gedung Parlemen, Senin (28/4).

Sementara untuk Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat, proyeksi shortage gas diperkirakan bakal lebih dalam, yakni mencapai 513 MMSCFD pada tahun 2035 mendatang.

Baca Juga: Laba PGAS Kuartal Pertama 2025 Anjlok 48%

Berdasarkan bahan paparannya, puncak shortage gas di Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat bakal terjadi pada 2034 dengan proyeksi defisit sebesar 534 MMSCFD.

Kemudian untuk Jawa Bagian Tengah dan Timur, puncak shortage gas diperkirakan terjadi tahun 2035 sebesar 194 MMSCFD. Tetapi, tren defisit akan dimulai tahun 2027 mendatang.

"Sumatra Bagian Selatan, termasuk di dalamnya bagian tengah dan Jawa Bagian Barat, termasuk Lampung, akan sedikit lebih mengkhawatirkan. Gas balance kita dari 2025 sampai ke 2035 itu shortage-nya semakin membesar sampai minus 513 MMSCFD," jelas Arief.

PGN menilai pasokan gas bumi hasil regasifikasi LNG dapat menjadi solusi atas natural declining di hulu. Arief Setiawan mengungkapkan regasifikasi LNG dapat menjadi solusi jangka panjang, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan gas pada industri pupuk dan pembangkit listrik.

"Makanya sejak di 2024 pertengahan itu kita sudah minta dari SKK Migas dan Kementerian ESDM untuk mendapat alokasi LNG baik dari Tangguh maupun dari Bontang," ungkapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar