28 April 2025
20:14 WIB
PGN Kekurangan Gas Akibat Natural Declining
Pasokan gas hasil regasifikasi LNG dapat menjadi solusi atas shortage atau kekurangan gas yang dialami PGN akibat natural declining sampai 2035 mendatang.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Petugas PT PGN Tbk menyalurkan gas bumi menggunakan Gaslink Truck untuk menyuplai Jargas rumah tangga di wilayah Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/4/2020). AntaraFoto/Aji Styawan
JAKARTA - PT PGN Tbk mengalami shortage atau kekurangan pasokan gas bumi sebagai dampak dari natural declining atau penurunan produksi dari lapangan-lapangan gas yang ada.
Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengungkapkan shortage gas itu bakal terjadi sampai tahun 2035 pada seluruh regional, mulai dari Sumatra Bagian Utara, Sumatra Bagian Selatan, Sumatra Bagian Tengah, dan Jawa Bagian Barat, hingga Jawa Bagian Tengah dan Timur.
"Sumatra Bagian Utara dan Tengah ini turun sejak 2028. Jadi kalau kita lihat sejak 2028-2035, shortage sampai 96 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari)," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII di Gedung Parlemen, Senin (28/4).
Sementara untuk Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat, proyeksi shortage gas diperkirakan bakal lebih dalam, yakni mencapai 513 MMSCFD pada tahun 2035 mendatang.
Berdasarkan bahan paparannya, puncak shortage gas di Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat bakal terjadi pada tahun 2034 dengan defisit sebesar 534 MMSCFD.
Baca Juga: Kebutuhan Gas Industri Meningkat, PGN Jadikan Tiga Sumber Ini Sebagai Alternatif
Sedangkan untuk Jawa Bagian Tengah dan Timur, puncak shortage gas diperkirakan terjadi tahun 2035 sebesar 194 MMSCFD. Tetapi, tren defisit akan dimulai tahun 2027 mendatang.
"Sumatra Bagian Selatan, termasuk di dalamnya bagian tengah dan Jawa Bagian Barat, termasuk Lampung, akan sedikit lebih mengkhawatirkan. Gas balance kita dari 2025 sampai ke 2035 itu shortage-nya semakin membesar sampai minus 513 MMSCFD," jelas Arief.
Dirinya menjelaskan, kondisi itu tak lepas dari penurunan produksi alamiah atau natural declining yang terjadi pada lapangan gas bumi yang menjadi pemasok bagi emiten pelat merah berkode saham PGAS tersebut.
"Ini disebabkan utamanya karena natural declining dari pemasok yang belum dapat diimbangi temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru," kata dia.
Sebagai solusi atas natural declining di hulu, PGN pun menilai pasokan gas bumi hasil regasifikasi Liquified Natural Gas (LNG).
Dijelaskan Arief, regasifikasi LNG dapat menjadi solusi jangka panjang, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan gas pada industri pupuk dan pembangkit listrik.
"Makanya sejak di 2024 pertengahan itu kita sudah minta dari SKK Migas dan Kementerian ESDM untuk mendapat alokasi LNG baik dari Tangguh maupun dari Bontang," ungkapnya.
Tantangan Regasifikasi LNG
PT PGN Tbk bukan tidak menghadapi kendala dalam menjalankan regasifikasi LNG. Arief mengakui sekalipun regasifikasi menjadi solusi atas shortage gas, perusahaan tetap menghadapi sejumlah tantangan.
Misalnya dari sisi harga, harus ada anggaran yang lebih besar dari para buyer jika ingin menggunakan gas hasil regasifikasi LNG. Karena itu, PGN bakal melakukan penyesuaian supaya tidak begitu memberatkan buyer.
"Kita akan coba mendekatkan willingness atau ability to pay dari para buyer atau pengguna akhir kita dengan harga LNG itu sendiri," jelas Arief.
Baca Juga: Pemerintah Pastikan Pasokan Gas Di Sumatra Aman Jelang Lebaran
Kemudian pada sisi infrastruktur, PT PGN Tbk sejatinya sudah memiliki Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Jawa Barat lewat anak usaha Nusantara Regas, FSRU di Lampung, serta terminal regasifikasi dan hub di Arun.
Tetapi untuk Nusantara Regas, kapasitas send out sebesar 500 MMSCFD hanya dapat beroperasi 4 jam dalam sehari. Karena itu, Nusantara Regas bakal mengusahakan agar operasional FSRU dapat berlangsung 24 jam.
" Nusantara Regas sekarang ini masih dalam kapasitas menyediakan gas untuk PLN. Tetapi ke depan karena kebutuhan gas untuk industri, terutama di Jawa Barat akan lebih banyak lagi, makanya nanti Nusantara Regas akan dikembangkan untuk juga menyediakan gas hasil regasifikasi untuk kebutuhan industri," pungkas Arief Setiawan Handoko.