04 April 2025
19:30 WIB
Respons Tarif Baru Trump, Indonesia Kirim Tim Lobi Ke AS
Indonesia sedang menghitung dampak penerapan tarif yang dilakukan AS. Indonesia juga telah mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS.
Penulis: Al Farizi Ahmad
Editor: Khairul Kahfi
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi saat menghadiri peluncuran Danantara di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/1/2025). Antara/Mentari Dwi Gayati.
JAKARTA - Pemerintah RI tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis guna meminimalisasi dampak dari tarif resiprokal. Indonesia mengidentifikasi, pemberlakuan tarif resiprokal sebesar 32 persen bakal berdampak signifikan terhadap daya saing produk-produk ekspor di pasar Amerika Serikat.
"Pemerintah sedang menghitung dengan cermat dampak dari penerapan tarif yang dilakukan oleh pemerintah AS," ujar Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi lewat keterangan yang diterima, Jakarta, Jumat (4/4).
Paralel dengan itu, pemerintah juga mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS. Selain itu, sambung Hasan, pemerintah juga sedang menerapkan penyederhanaan regulasi agar produk-produk Indonesia dapat lebih kompetitif.
"Di dalam negeri sendiri pemerintah juga sedang menerapkan penyederhanaan regulasi agar produk2 Indoensia bisa lebih kompetitif," imbuhnya.
Baca Juga: DPR: Indonesia Perlu Dorong WTO Sehatkan Perdagangan Internasional
Sebelumnya, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho mengkritik keras kosongnya kursi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat sejak Juli 2023 silam. Artinya, sudah hampir dua tahun tidak ada wakil Indonesia di Washington.
Hal ini diutarakan mengingat kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% yang diterapkan AS untuk Indonesia tak adil dan menjadi ancaman serius yang tak boleh diabaikan.
"Sudah hampir dua tahun kita tidak punya wakil di Washington, padahal AS mitra dagang kedua terbesar kita. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengabaian terhadap kepentingan nasional," tegas Andry, Kamis (3/4).
Karena itu, Andry mendesak Presiden Prabowo Subianto agar sesegera mungkin menunjuk Duta Besar RI yang memiliki rekam jejak kuat di bidang perdagangan dan investasi.
Kekosongan kursi perwakilan Indonesia di Amerika Serikat menurutnya telah melemahkan posisi tawar Nusantara setiap hari sejak dua tahun belakangan.
"Setiap hari tanpa perwakilan di AS adalah hari di mana posisi tawar kita melemah. Kita kehilangan momentum, kehilangan peluang, dan kehilangan kendali," tambah dia.
Baca Juga: Istana Klaim Indonesia Sudah Antisipasi Dampak Tarif Resiprokal Trump
Pada 2 April 2025 waktu setempat, Presiden Trump mengumumkan tarif resiprokal atau bea masuk balasan ke negara-negara mitra dagang. Tarif resiprokal dasar, yakni sebesar 10%, mulai berlaku pada 5 April 2025.
Adapun tarif resiprokal bersifat spesifik, termasuk yang dikenakan pada Indonesia, mulai berlaku pada 9 April 2025. Tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap Indonesia sebesar 32%.
Besaran tarif resiprokal Indonesia itu justru lebih tinggi dibandingkan dengan tarif resiprokal Korea Selatan (25%), Jepang (24%), dan Uni Eropa (20%).
Namun, tarif resiprokal Indonesia tersebut masih lebih rendah dari sejumlah negara anggota ASEAN. Kamboja dikenai tarif resiprokal tertinggi, yakni 49%, disusul Vietnam 46% dan Thailand 36%.
Kemendag mencatat, AS merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional utama pada 2024.
Angka surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar US$16,08 miliar, dari total surplus perdagangan nonmigas 2024 sebesar US$31,04 miliar. Ekspor nonmigas Indonesia ke AS antara lain berupa garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati.