c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Juli 2024

19:18 WIB

OJK: Transaksi Kripto Melambat, Capai Rp49 Miliar Pada Mei 2024

OJK mencatat, transaksi aset kripto mencapai Rp49,8 triliun per Mei 2024.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

<p>OJK: Transaksi Kripto Melambat, Capai Rp49 Miliar Pada Mei 2024</p>
<p>OJK: Transaksi Kripto Melambat, Capai Rp49 Miliar Pada Mei 2024</p>

Pelaku bisnis Kripto memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2023). ValidNewsID/Arief Rachman

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi aset kripto di Indonesia pada Mei 2024 mengalami pelambatan. 

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi merinci, transaksi aset kripto mencapai Rp49,8 triliun per Mei 2024.

Nilai tersebut mengalami perlambatan dibandingkan April 2024 yang tercatat sebanyak Rp52,3 triliun,” kata Hasan dalam konferensi pers, Senin (8/7).

Hingga Mei 2024, jumlah total investor aset kripto juga ikut merosot, menjadi 19,75 juta investor dibandingkan April 2024 yang berjumlah 20,16 juta investor.

Namun demikian, Hasan mengatakan secara akumulatif nilai transaksi aset kripto sepanjang tahun 2024 mengalami peningkatan signifikan dengan mencapai nilai Rp260,9 triliun, melebihi pencapaian akhir 2023 yang sebesar Rp149,2 triliun.

Baca Juga: Inflasi Amerika Membaik, Harga Bitcoin Ikut Terkerek Naik Capai US$63.000

Ia menuturkan, OJK sedang mengembangkan Sistem Pengawasan berbasis teknologi informasi untuk penyelenggaraan ITSK dan Aset Kripto sebagai bentuk persiapan dalam melaksanakan amanat pengawasan penyelenggaraan ITSK dan pengawasan aset kripto di tahun 2025, sebagaimana mandat UU P2SK.

“Pada bulan Juni 2024, OJK telah melakukan serangkaian rapat koordinasi dengan Bappebti terkait dengan persiapan peralihan tugas pengaturan dan pengawasan aset kripto serta persiapan pembentukan Tim Transisi Pengalihan Tugas dimaksud,” imbuhnya.  

Tanggapan Industri
Menggapi hal ini, CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis menilai, penurunan jumlah investor kripto di Indonesia pada Mei 2024 merupakan langkah penyesuaian dikarenakan salah satu Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) berhenti beroperasi.

“Proses penyesuaian ini penting untuk memastikan keakuratan data dan mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya,” kata Yudhono kepada Validnews, Selasa (9/7).

Dia menjelaskan, proses penutupan CPFAK tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap perkembangan industri kripto di Indonesia.

“Kami bersama asosiasi terus berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri dari sisi jumlah investor dan nilai transaksi, karena potensi yang masih terlihat jelas,” tekannya.

Untuk itu pihaknya meminta dukungan dari pemerintah dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat mengenai manfaat dan risiko aset kripto juga akan menjadi kunci dalam memajukan industri ini.

Tantangan Dari Pasar Kripto Global
Selain penutupan CPFAK, dia juga melihat perkembangan industri Kripto tanah air belakangan memang mengalami berbagai tantangan.

“Perkembangan industri kripto di Indonesia memang sedang menghadapi tantangan yang cukup kompleks mengingat situasi pasar kripto global yang juga mengalami turbulensi dalam dua bulan terakhir,” ucap Yudhono.

Secara keseluruhan, dia melihat bulan Mei lalu tidak terlalu optimis, dengan pasar mengalami pertumbuhan yang relatif moderat dan beberapa top kripto diperdagangkan di zona merah.

“Namun, pasar melampaui ekspektasi, mengubah sentimen dari netral menjadi positif dengan katalis utama pertumbuhan adalah persetujuan ETF Ethereum spot di AS,” kata dia.

Baca Juga: Tokocrypto Ungkap Faktor Pendorong Industri Kripto 2024

Di samping itu, melihat situasi makroekonomi yang belum stabil, ditambah dengan sikap The Fed yang belum melunak terhadap kebijakan moneternya, memberikan tekanan pada pasar kripto. Sehingga arus masuk ETF Bitcoin yang melemah dari investor institusi di AS juga mempengaruhi sentimen pasar.

“Hal tersebut memicu penurunan transaksi kripto dalam negeri, karena belum ada sentimen positif yang kuat di pasar,” ucapnya.

Meskipun demikian, pihaknya selaku pelaku industri tetap optimis dengan pertumbuhan industri kripto secara global dan di Indonesia, karena minat dan kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto terus meningkat.

Untuk itu ia berharap sentimen makroekonomi dan adopsi kripto diharapkan akan lebih baik dalam beberapa waktu ke depan.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam adopsi teknologi blockchain dan kripto. Kebijakan yang lebih ramah dan regulasi yang lebih jelas dari pemerintah turut mendukung pertumbuhan ini,” sebutnya.

Dalam jangka panjang, dia berharap dengan semakin banyaknya inovasi di bidang blockchain dan teknologi keuangan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama di pasar kripto global.

“Inisiatif untuk mengembangkan ekosistem fintech yang inklusif dan mendukung pertumbuhan startup teknologi juga akan memberikan dampak positif pada industri kripto di Tanah Air,” tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar