13 Desember 2024
18:34 WIB
OJK: Industri Jasa Keuangan Bisa Raup Cuan Dari Program 3 Juta Rumah dan Makan Gratis
Industri jasa keuangan bakal turut berperan dan bisa meraup keuntungan dari 2 program era Presiden Prabowo Subianto ini.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Ilustrasi. Pengunjung melihat maket perumahan pada pameran Indonesia Properti Expo 2022 di JCC, Jakarta, Minggu (20/11/2022). Antara Foto/Rivan Awal Lingga
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat, ada beberapa keuntungan bagi industri jasa keuangan dalam negeri ketika pemerintah mulai menjalankan program pembangunan 3 juta unit rumah per tahun dan makan bergizi gratis alias MBG.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra mengatakan, dua program utama era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto itu akan menciptakan multiplier effect. Itu karena cakupannya luas hingga ke daerah, dan jumlah pihak yang terlibat pun banyak.
"Dilihat dari sektor jasa keuangan, akan terjadi beberapa perbaikan ataupun keuntungan," ujarnya dalam Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB November 2024, Jumat (13/12).
Mahendra menjelaskan, program pembangunan 3 juta unit rumah per tahun bakal mendongkrak kinerja beberapa sektor usaha. Contohnya, industri bahan bangunan dan material, seperti semen, baja, dan perabotan.
Kemudian, program tersebut juga berpotensi meningkatkan kebutuhan akan jasa konstruksi, infrastruktur. Sederet kegiatan itu nantinya akan menyerap jumlah tenaga kerja yang besar.
Mahendra juga meyakini, program makan bergizi gratis (MBG) dapat memberikan efek berganda. Misalnya, keterlibatan produsen bahan pangan di masing-masing lokasi program MBG dilaksanakan.
"Kita melihat 2 program utama ini, jelas dilihat dari faktor besarannya maupun dilihat dari faktor potensi sebarannya akan sangat luas dan masif jumlahnya. Tentu hal ini akan membawa dampak multiplier yang sangat besar bagi perekonomian," tuturnya.
Baca Juga: Wamenperin: Program 3 Juta Rumah Bakal Dongkrak Bisnis Produsen AC Indonesia
Sejalan dengan itu, Mahendra memetakan, sedikitnya ada 2 keuntungan bagi industri jasa keuangan ketika program Presiden Prabowo tersebut berjalan.
Pertama, keterlibatan perusahaan besar, terutama Perseroan Terbatas (Tbk), dalam program tersebut berdampak positif terhadap kinerja pasar modal RI.
"Pertama jelas dari segi peningkatan produk domestik brutonya, kegiatannya, lalu tambahan kerjanya. Juga, perusahaan-perusahaan, terutama di material bangunan, dan mungkin jasa konstruksi, sebagian adalah perusahaan-perusahaan Tbk yang memang tentu akan memberikan dampak positif juga kepada pengembangan dan pertumbuhan dalam pasar modal kita," terang Mahendra.
Kedua, industri jasa keuangan, terutama lembaga pembiayaan berpotensi meraup cuan. Ini karena kegiatan pembangunan rumah maupun makan bergizi gratis perlu sokongan dana dari lembaga terkait.
"Dampak kedua, yang juga malah lebih besar lagi pada sektor jasa keuangan, adalah potensi untuk keuntungan dengan adanya peluang pembiayaan yang sangat besar," kata Mahendra.
Ketua DK OJK menekankan, uang negara yang bersumber dari APBN tidak mungkin terus-terusan membiayai program pemerintah tersebut. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan atau perbankan turut berperan penting nantinya.
Baca Juga: Ekonom: Program 3 Juta Rumah Punya Prabowo Tampak Mustahil
Dia menuturkan, karena sederet program membutuhkan pembiayaan, maka aktivitas industri pembiayaan, seperti perbankan dan pasar modal, pun makin meningkat. Ia meyakini, hal itu akan mengerek kinerja sektor tersebut.
"Pembiayaan yang tentu dengan besaran yang ingin dicapai dengan target yang begitu tinggi, diperkirakan tidak akan cukup hanya dari APBN," tegas Mahendra.
Ia menambahkan, keuntungan bagi industri jasa keuangan juga datang dari sisi konsumen. Misalnya, calon pembeli rumah Program Pembangunan 3 Juta Unit Rumah, mereka membutuhkan pembiayaan, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Ke depan, Ketua DK OJK menyampaikan, pihaknya masih menunggu formulasi dan kebijakan dari kementerian/lembaga terkait mengenai rencana 2 program tersebut, baru bisa merespons lebih lanjut.
"Jadi dari berbagai sisi banyak sekali potensi yang akan bisa ditopang oleh industri jasa keuangan, dan pada gilirannya menjadikan besaran target yang ingin dicapai menjadi lebih mungkin dicapai, yang lagi-lagi saya perkirakan akan sulit untuk bisa dipenuhi sepenuhnya dari APBN," tutup Mahendra.