c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

30 Juni 2025

16:30 WIB

OJK: Impor 90% Bahan Baku Obat RI Picu Inflasi Medis

Kenaikan biaya layanan kesehatan dan obat-obatan menjadi salah satu faktor yang mendorong inflasi medis lebih tinggi.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>OJK: Impor 90% Bahan Baku Obat RI Picu Inflasi Medis</p>
<p>OJK: Impor 90% Bahan Baku Obat RI Picu Inflasi Medis</p>

Ilustrasi - Stan RSUD AWS pada Pesta Rakyat Kaltim 2025 melayani pemeriksaan kesehatan secara gratis. Antara/HO-RSUD AWS Samarinda

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa sebesar 90% bahan baku obat-obatan di Indonesia masih impor dari negara lain. Hal ini berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Adapun, negara asal impor Bahan Baku Obat (BBO) di Indonesia terbesar adalah China, India, Amerika Serikat (AS), dan Belanda.

"Kami juga dalam rapat KKSK (Komite Kebijakan Sektor Kesehatan) kemarin, ada laporan dari BPOM bahwa untuk obat-obatan di Indonesia itu 90% Bahan Baku Obat (BBO) masih dari impor," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP) OJK Ogi Prastomiyono dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (30/6).

Baca Juga: Kalah dari Singapura, OJK: Penetrasi Asuransi RI Masih Rendah

Imbasnya, Ogi menjelaskan, kondisi global yang bergejolak dapat melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga biaya bahan baku obat akan terkerek naik dan harga obat otomatis ikut naik.

Ogi pun menyebut, inflasi medis di Indonesia hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi medis global, serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi umum.

Tercatat, pada 2023, inflasi medis Indonesia sebesar 9,40%, padahal inflasi medis global hanya sebesar 5,60%. Kemudian, inflasi medis Indonesia pada 2024 sebesar 10,10%, sedangkan inflasi medis global hanya sebesar 6,50%.

"Medical inflation di Indonesia jauh lebih tinggi daripada medical inflation di global. Global itu inflasi (medis) 2024 (sebesar) 6,5% di kita (Indonesia) itu 10,1%," jelas dia.

Selanjutnya, pada 2025, inflasi medis Indonesia bahkan diproyeksikan bisa mencapai sebesar 13,60%. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi medis global hanya sebesar 7,20%. 

Di sisi lain, kondisi inflasi medis tersebut tidak sejalan dengan pergerakan tren inflasi umum nasional yang cenderung melandai sepanjang 2023-2024 dan diproyeksi menurun lagi di 2025. Secara berurutan, inflasi umum RI 2023 sebesar 3,70%; turun menjadi 2,30% pada 2024; dan diperkirakan akan kembali turun menjadi 1,70% di 2025.

Baca Juga: Inflasi Kesehatan Tinggi Potensi Dorong Rumah Tangga Jadi Miskin

Lebih lanjut, Ogi menambahkan, kenaikan biaya layanan kesehatan dan obat-obatan menjadi salah satu faktor yang mendorong inflasi medis lebih tinggi.

"Salah satu penyebab dari naiknya medical inflation (Indonesia) adalah obat yang 90% bahan bakunya itu dari impor," terang Ogi.

Untuk itu, OJK selaku regulator ingin memperbaiki hal tersebut agar kapasitas industri farmasi Indonesia dan juga bahan baku dari Indonesia termasuk kemungkinan penggunaan bahan-bahan obat herbal dari Indonesia sebagai suatu analitik.

Buat contoh saja, Lembaga Riset dan Advokasi Kebijakan The Prakarsa menyampaikan, ada sejumlah hal yang dapat memungkinkan gagal bayar BPJS Kesehatan saat ini, salah satunya soal inflasi medis. 

The Prakarsa mendata, inflasi kesehatan di Indonesia yang naik signifikan dalam 2-3 tahun terakhir bisa membawa dampak negatif bukan saja pada BPJS Kesehatan, tetapi juga pada industri asuransi pada umumnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar