c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 September 2025

10:20 WIB

OJK: IHSG Agustus Sentuh ATH 8.022, Kapitalisasi Pasar Rp14.377 T

Bursa saham domestik mencatatkan rekor IHSG ke level 8.022,76 dan kapitalisasi pasar Rp14.377 triliun, tertinggi sepanjang sejarah BEI.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>OJK: IHSG Agustus Sentuh ATH 8.022, Kapitalisasi Pasar Rp14.377 T</p>
<p>OJK: IHSG Agustus Sentuh ATH 8.022, Kapitalisasi Pasar Rp14.377 T</p>

Pekerja berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/8/2025). Antara Foto/Asprilla Dwi Adha/YU

JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyampaikan, bursa saham domestik mencatatkan rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah (ATH) Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Pada 28 Agustus 2025, IHSG sempat menyentuh titik tertinggi pada level 8.022,76 dan mencatatkan all time high (ATH), dan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp14.377 triliun," kata Inarno dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Kamis (4/9).

Baca Juga: Dunia Kisruh, OJK Pamer IHSG Naik 6,41% Capai Level 7.000-an

Secara umum, Inarno menyampaikan, kinerja pasar modal selama Agustus 2025 mencatatkan kinerja positif. Hal ini ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang solid dan ekspektasi penguatan pasar keuangan global.

IHSG pada akhir Agustus 2025 berada pada level 7.830, menguat 4,63% sepanjang bulan (month-to-date/mtd) atau menguat 10,60% dibandingkan posisi akhir tahun lalu (ytd), dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp14.182 triliun.

Likuiditas dan Keterlibatan Investor Asing Meningkat
Dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham per Agustus 2025 tercatat sebesar Rp14,32 triliun (ytd), meningkat dibandingkan posisi akhir bulan lalu Rp13,42 triliun. Capaian Agustus 2025 juga lebih baik sekitar 11,42% dari rata-rata nilai transaksi 2024 sebesar Rp12,85 triliun (ytd).

Inarno menuturkan, animo investor asing pada pasar saham juga menunjukkan perbaikan pada Agustus 2025, setelah dua bulan sebelumnya mencatatkan net sale. Tercatat, inflow modal selama Agustus sebesar Rp10,96 triliun, meskipun secara tahun berjalan tercatat net sale sebesar Rp50,95 triliun (ytd).

"Hal ini menunjukkan kepercayaan global pada prospek ekonomi Indonesia yang semakin baik," tegas Inarno.

Adapun di pasar obligasi juga menunjukkan penguatan indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,62% (mtd) atau naik sebesar 8,40% (ytd) ke level 425,63.

"Industri pengelolaan investasi pada Agustus 2025 mencatatkan Asset Under Management (AUM) sebesar Rp885,95 triliun, atau naik 3,42% (mtd) dan naik 5,80% (ytd)," ungkapnya.

IPO dan Bursa Karbon
Di sisi lain, Inarno menyampaikan, dari sisi penghimpunan dana di pasar modal juga masih menunjukkan pertumbuhan. Hal ini tecermin dari nilai penawaran umum mencapai Rp167,92 triliun, naik sebesar Rp18 triliun dari posisi bulan lalu.

"Sampai dengan Agustus ini, terdapat 16 emiten baru yang melakukan fundraising dengan nilai Rp8,49 triliun dan untuk penggalangan dana pada security crowdfunding (SCF) selama Agustus terdapat 23 efek baru dan terdapat tujuh penerbit baru, sehingga total penerbit efek SCF saat ini berjumlah 541 penerbit," tambah dia.

Baca Juga: Rekor Baru! Investor Pasar Modal Tembus 17 Juta, Investor Baru Lampaui 2 Juta

Kemudian, terkait perkembangan Bursa Karbon pada Agustus 2025, ada delapan pengguna jasa yang telah terdaftar di Bursa Karbon dan penambahan volume transaksi sebesar 5.465 ton CO2 ekuivalen (tCO2e). 

Jadi saat ini, tercatat volume transaksi sebesar 1.604.822 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp78,4 miliar.

"Terkait situasi terkini dengan fundamental ekonomi yang solid serta komitmen OJK untuk menjaga stabilitas pasar, kami melihat volatilitas yang terjadi pada akhir Agustus dan awal September bersifat terbatas dan ke depan diharapkan dapat terus membaik," kata Inarno.

Kebijakan Buyback Tanpa RUPS-Trading Halt Dipertahankan
Hingga kini, OJK telah memiliki bauran kebijakan pada kondisi pasar berfluktuasi secara signifikan sebagai upaya merespons dinamika kebijakan global.

Kebijakan tersebut dikeluarkan pada Maret-April 2025, berupa buyback saham tanpa RUPS, penundaan implementasi pembiayaan short selling, penyesuaian trading halt, dan penerapan asymmetric atau auto rejection.

Berdasarkan asesmen dan evaluasi OJK dan SRO, lanjutnya, kebijakan tersebut masih relevan untuk kondisi saat ini.

"OJK akan melakukan evaluasi kebijakan tersebut secara berkala dan terus memonitor kondisi pasar keuangan, serta mengambil kebijakan yang diperlukan," tutur dia.

Selain itu, OJK juga terus melakukan pengembangan dan penguatan di Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK), seperti penerbitan POJK 15/2025 tentang penilaian reksadana dan penilaian manajer investasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan masyarakat dalam memahami risiko reksadana.

Selanjutnya, POJK 14/2025 tentang pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), rapat umum pemegang obligasi, dan rapat umum pemegang sukuk secara elektronik, juga POJK 17/2025 tentang penawaran efek melalui layanan urun dana berbasis teknologi informasi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar