30 Oktober 2024
20:32 WIB
Nikelnya Di Morowali Masuk Bursa Dunia, CNGR Angkat Bicara
CNGR Indonesia menerangkan perlu proses yang panjang hingga nikel Indonesia bisa memenuhi persyaratan internasional dan masuk bursa dunia.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Ilustrasi - Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di sebuah smelter. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
JAKARTA - Director of Public Relations CNGR Indonesia Magdalena Veronika menyebut ada beberapa dampak besar setelah nikel katoda milik perusahaan yang diproses di Morowali, Sulawesi Selatan tercatat di London Metal Exchange (LME) per Mei 2024 lalu.
Dalam sesi diskusi yang digelar di Kantor Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dirinya menerangkan masuknya nikel katoda milik CNGR dalam bursa internasional butuh proses yang panjang sejak pengajuan sertifikasi.
"Itu butuh proses yang panjang, harus memenuhi sertifikasi dari lingkungan, dari K3, dan lain-lain yang dipersyaratkan oleh LME," tutur dia, Rabu (30/10).
Baca Juga: RI Boyong Kesepakatan R&D Diversifikasi Teknologi Nikel Terbarukan
Produksi nikel katoda oleh CNGR sendiri sejatinya telah dimulai pada Desember 2023. Rumit dan panjangnya proses sertifikasi membuat nikel CNGR Indonesia baru bisa masuk ke LME pada Mei 2024.
"Kami itu tiga bulan berturut-turut operasionalnya harus memenuhi semua syarat yang ada di LME," jelas Veronica.
Meski melalui proses yang panjang, masuknya nikel katoda yang diproduksi CNGR Indonesia jadi bentuk penegasan nikel Indonesia saat ini sudah memiliki kualitas internasional.
"Dampak tersebut bagi Indonesia sendiri ini jadinya ada satu penegasan kualitas nikel Indonesia," katanya.
Hal itu berkaitan juga dengan protes yang dilayangkan negara-negara maju terhadap WTO atas Indonesia yang menutup keran ekspor bijih nikel.
Veronika memaklumi langkah penutupan ekspor itu diambil supaya nikel dari Indonesia bisa lebih siap untuk memenuhi kebutuhan pasar dan industri global.
"Jadi salah satunya dengan kita tembus LME tersebut menunjukkan kualitas nikel Indonesia itu kualitas internasional," tegas Veronika.
Pascanikel katoda milik CNGR Indonesia masuk LME, keluhan pun kembali disuarakan oleh Australia yang notabene juga menjadi salah satu raksasa produsen nikel dunia.
Baca Juga: Hilirisasi Terus Digaungkan, Ini Manfaatnya Bagi Negara
Protes yang dilayangkan Australia tak lepas dari harga jual nikel katoda Indonesia yang lebih murah daripada harga yang dipatok oleh Negeri Kangguru di kisaran US$20.000 per ton.
"Operation cost kita memang, karena mineral kita di sini bisa proses terus lanjutan sampai kita dapat produk yang paling murni, otomatis harga kita sangat kompetitif di global," tambah dia.
Harga nikel katoda Indonesia pun diungkapkannya sangat kompetitif karena tingkat kemurniannya maupun kualitasnya yang tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan produk serupa yang dibuat Australia.
"Australia memang harganya di US$20.000-an, nah itu mau tidak mau ya tidak ada yang beli dong, pasti beli yang bagus dan juga kompetitif," pungkas Magdalena Veronika.