05 Oktober 2024
08:41 WIB
Naik Tipis, Asing Beli Instrumen Investasi RI Rp0,57 T Pekan Ini
Di pekan ini, asing terpantau optimis dominan membeli instrumen investasi SBN dan cenderung melepas SRBI dan saham.
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Senin (20/11/2023). Antara Foto/Muhammad Adimaja
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau membeli tipis instrumen investasi RI sebesar Rp0,57 triliun di pekan ini. Capaian ini cenderung lebih baik ketimbang pekan lalu yang melepas Rp9,73 triliun.
Di pekan ini, asing terpantau optimis dominan membeli instrumen SBN. Sedangkan asing cenderung melepas kepemilikan instrumen SRBI dan sahamnya di Indonesia.
“Berdasarkan data transaksi 30 September-3 Oktober 2024, nonresiden secara agregat tercatat beli neto Rp0,57 triliun. Terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp6,13 triliun, sedangkan di pasar saham jual neto sebesar Rp4,36 triliun dan di pasar SRBI jual neto sebesar Rp1,20 triliun,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Jumat (4/10).
BI mencatat, sepanjang tahun berjalan mengacu data setelmen hingga 3 Oktober 2024 (year-to-date/ytd), asing tercatat masih dominan mengoleksi SRBI di pasar investasi RI. Di mana nonresiden monerahkan beli neto Rp191,75 triliun di SRBI, Rp49,92 triliun di pasar saham, dan Rp36,42 triliun di pasar SBN.
Baca Juga: Balik Arah, Asing Lepas Instrumen Investasi RI Rp9,73 T Pekan Ini
Kendati, spesifik per semester II/2024 hingga 3 Oktober 2024, pembelian instrumen investasi lokal oleh asing cenderung lebih besar untuk SRBI dan SBN yang berkisar Rp60-70 triliunan. Nonresiden tercatat beli neto SRBI sebesar Rp61,41 triliun, di pasar SBN sebesar Rp70,38 triliun, dan di pasar saham sebesar Rp49,58 triliun.
“(Sementara itu), premi credit default swap atau CDS Indonesia lima tahun per 3 Oktober 2024 sebesar 68,02 basis poin (bps), naik dibandingkan 27 September 2024 yang sebesar 67,50 bps,” sebutnya.
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak naik drastis ke level 6,62% pada Jumat pagi (4/10), setelah sehari sebelumnya juga sudah bergerak naik ke level 6,51%. Adapun kisaran imbal hasil tersebut bergerak lebih tinggi ketimbang pekan lalu yang bergerak lebih rendah di kisaran 6,44-6,47% jelang libur akhir pekan lalu.
Per akhir Kamis (3/10), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY terpantau bergerak menguat menuju level 101,99 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Meski, Ramdan tuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah sebesar Rp65 jelang libur akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.415 per dolar AS pada akhir Kamis (3/10) dan dibuka level bid Rp15.480 per dolar AS pada Jumat pagi (4/10).
Baca Juga: Meloncat, BI Catat Asing Borong Instrumen Investasi Rp25,60 T Pekan Ini
Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau mengalami kenaikan per kamis (3/10). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 3,846%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi eksternal RI yang tengah berlangsung saat kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ungkapnya.