c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

15 Mei 2025

16:23 WIB

Mirae Asset Ramal IHSG Di Kisaran 6.800-7.100 Pada Kuartal II/2025

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, saham sektor perbankan dan komoditas masih akan menopang pergerakan IHSG pada kuartal II/2025.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Mirae Asset Ramal IHSG Di Kisaran 6.800-7.100 Pada Kuartal II/2025</p>
<p id="isPasted">Mirae Asset Ramal IHSG Di Kisaran 6.800-7.100 Pada Kuartal II/2025</p>

Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). AntaraFoto/Sulthony Hasanuddin

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di rentang level 6.800 hingga 7.100 pada kuartal II/2025.

“Kita lihat sih angka target 6.900 itu masih make sense gitu, untuk sampai dengan kuartal II, jadi ya mungkin 6.800 sampai 7.100," kata Head of Investment Mirae Asset Sekuritas Martha Christina dalam Media Day: May 2025 di Jakarta, Kamis (15/5).

Lebih lanjut, ia menjelaskan alasan pergerakan IHSG masih tetap positif ke depan. Salah satunya tensi perang dagang global utamanya kebijakan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) akan cenderung moderat ke depan atau tidak seagresif saat penetapan awal.

Pada akhir pekan lalu, delegasi AS dengan China telah bertemu di Jeneva, Swiss, yang menghasilkan kesepakatan tarif bahwa AS menurunkan tarif impor China dari 145% menjadi 30% dan China menurunkan tarif impor AS dari 125% menjadi 10%.

“Tarif rasanya sudah tidak terlalu banyak hal baru yang mungkin ditunggu oleh market, paling tinggal finalisasinya seperti apa. Mungkin yang akan lebih dinantikan memang yang besar-besar antara AS sama China,” ujar Martha.

Baca Juga: IHSG Pagi Ini Tembus Level 7.000, Diperkirakan Menguat

Selain itu, Martha menyebut, pergerakan positif IHSG diperkirakan masih tetap bertahan hingga kuartal II/2025, meskipun pada Juni nanti terdapat utang jatuh tempo pemerintah yang tertinggi mencapai Rp178,9 triliun.

"Nah itu tergantung nih gimana, mungkin ada concern ke arah sana gitu ya, penyelesaian utang khususnya untuk utang Indonesia di bulan Juni, karena posisinya paling tinggi, tapi overall sih kalau menurut saya masih cukup positif. Ada koreksi mungkin bisa, misalnya ada berita-berita mungkin masih ada potensi untuk koreksi, tapi level 6.500 itu sudah cukup reasonable sih," imbuhnya.

IHSG pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis (15/05), tercatat menguat 79,06 poin atau 1,13% ke posisi 7.058,94, sedangkan indeks LQ45 naik 11,34 poin atau 1,44% ke posisi 798,42.

IHSG ditutup menguat 60,28 poin atau 0,86% ke posisi 7.040,16. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 9,34 poin atau 1,19% ke posisi 796,42.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SSTM, WAPO, STRK, FITT dan HELI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni KBLV, DKHH, NAIK, CSIS dan SKRN.

Martha menambahkan, sektor yang akan menopang pergerakan IHSG di kuartal II tahun ini adalah sektor keuangan dan sektor komoditas. Menurutnya, para investor masih menyukai saham-saham khususnya di sektor perbankan.

"Kemudian komoditas, komoditas dengan tensi yang agak menurun ini kan, ngebantu nih harga komoditas naik gitu ya, jadi menurut saya saham-saham komoditas itu juga akan jadi penopang, jadi menarik juga sih sebenarnya untuk melihat salam-salam komoditas," tutur Martha.

Adapun, saham yang direkomendasikan oleh Mirae Asset Sekuritas Indonesia dari kedua sektor tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), sedangkan dari sektor komoditas, yakni PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).

Baca Juga: Dibuka Menghijau, IHSG Diprediksi Menguat Usai Libur Panjang

Turunkan Suku Bunga
Terkait arah kebijakan The Fed, ia memproyeksikan Bank Sentral Amerika Serikat baru akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya pada kuartal IV/2025 sebanyak 2 sampai 3 kali dengan besaran sekitar 50 sampai 75 basis poin.

Proyeksi sikap The Fed itu seiring telah melandainya tingkat inflasi AS, ditambah mulai meredanya tensi perang dagang antara AS dan negara-negara mitra dagang.

“Paling cepat (cut rate) mungkin sekitar bulan September atau Oktober,” ujar Martha.

Dari dalam negeri, ia menyebut, pertumbuhan ekonomi nasional masih akan melanjutkan perlambatan pada kuartal II/2025, dari sebelumnya yang telah melambat pada kuartal I/2025, meskipun ada momentum Ramadan dan libur Lebaran.

“Kecuali mungkin (ada) hal-hal yang kita tidak ekspektasi, entah itu kebijakan pemerintah yang baru atau apa, itu yang mungkin bisa di luar mengancam posisi market saat ini,” tutup Martha.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar