c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

24 Agustus 2023

17:11 WIB

Menunggu Pidato Ketua The Fed, BTC Berpotensi Terjun Lebih Rendah

Investor BTC masih menunggu pidato Ketua The Fed, untuk mengetahui kebijakan suku bunga AS ke depan.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

Menunggu Pidato Ketua The Fed, BTC Berpotensi Terjun Lebih Rendah
Menunggu Pidato Ketua The Fed, BTC Berpotensi Terjun Lebih Rendah
Illustrasi Bitcoin. Envanto/Dok

JAKARTA - Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, Bitcoin masih memiliki potensi untuk kembali melemah dalam jangka pendek. Saat ini, perhatian utama pelaku pasar tertuju pada Jackson Hole Symposium, acara di mana Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan untuk memberikan pidato.

"Pidato ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai ekonomi AS serta proyeksi kebijakan moneter Bank Sentral AS ke depannya. Karena acara ini akan berlangsung pada tanggal 24-26 Agustus 2023, volume transaksi di pasar kripto diperkirakan masih akan tetap rendah," katanya, dalam pernyataan resmi, Kamis (24/8).

Faktor rendahnya volume transaksi ini disebabkan oleh para investor yang tengah menantikan kondisi pasar. 

Mereka ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari pidato Powell, yang memiliki potensi untuk membentuk pandangan kebijakan suku bunga AS dalam jangka pendek. 

Menurut Fyqieh, pidato Powell sendiri dijadwalkan akan dilaksanakan pada Jumat (25/8) malam, sehingga kemungkinan besar akan diikuti oleh peningkatan volatilitas di pasar kripto.

"Dalam konteks ini, kemungkinan terbesar The Fed akan tetap pada posisi hawkish, dengan terus meningkatkan suku bunga acuan di masa depan. Hal ini sejalan dengan upaya mencapai target inflasi AS sebesar 2%, yang masih memiliki tantangan tersendiri. Oleh karena itu, para investor dan trader harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan pergerakan turun lebih lanjut," ungkapnya.

Ia mengatakan, kondisi yang tidak pasti ini berpotensi membuat harga Bitcoin mengalami konsolidasi di kisaran US$26.000 (sekitar Rp396 juta) hingga US$25.000 (sekitar Rp381 juta). 

Baca Juga: Di Bawah US$26.000, Bitcoin Alami Penurunan Terburuk Sejak Juni 2023

Berdasarkan analisis teknikal dari grafik mingguan Bitcoin, terdapat kemungkinan adanya koreksi drastis lebih lanjut sehingga memberikan peluang terciptanya harga 'diskon' untuk bisa dimanfaatkan oleh investor jangka panjang untuk melakukan akumulasi.

"Target saat ini berada di kisaran US$22.000 (sekitar Rp335 juta) hingga US$20.000 (sekitar Rp305 juta), yang sejalan dengan garis Fibonacci 61,8% yang umumnya menjadi titik harga pulih. Indikator relative strength index (RSI) dan Moving average convergence/divergence (MACD) juga memberikan dukungan pada skenario koreksi ini, terlihat dari dominasi volume penjualan dibandingkan volume pembelian," analisis Fyqieh.

Namun, ia menekankan akan adanya perubahan mendadak dalam pandangan Jerome Powell, misalnya mengindikasikan niat untuk menghentikan peningkatan suku bunga acuan atau bahkan meningkatkan jumlah uang beredar, dapat berpotensi menghasilkan dampak yang signifikan. 

Dalam situasi ini, aset berisiko seperti saham dan kripto berpotensi mengalami kenaikan. Hal ini dapat membawa Bitcoin untuk pulih dan mencapai kembali kisaran US$30.000 (Rp457 juta), membuka peluang untuk pertumbuhan lebih lanjut menjelang peristiwa halving berikutnya.

"Investor Bitcoin bisa menilai volatilitas yang sideways dan cenderung jenuh. Sebaiknya melakukan diversifikasi portofolio dengan menambahkan berbagai aset kripto. Ini dapat membantu mengurangi risiko. Untuk jangka panjang bisa mulai menabung atau DCA (dollar cost averaging) dengan rutin hingga halving Bitcoin. Ini merupakan sentimen yang sangat bagus," kata Fyqieh.

Dinamika Pertumbuhan Investor Kripto Tanah Air
Di Indonesia sendiri, Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko menuturkan dinamika perdagangan fisik aset kripto tengah mengalami pasang surut sejak beberapa tahun terakhir. 

Didid menjelaskan saat ini dunia masih mengalami fase crypto winter. Artinya, terjadi penurunan transaksi perdagangan aset kripto, tapi dari sisi jumlah pelanggan masih terjadi penambahan. 

"Kondisi di Indonesia saat ini semakin banyak orang yang wait and see. Investor sudah mulai sedikit paham untuk transaksi kripto harus lebih hati-hati dan sebagainya," tuturnya.

Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkap data jumlah investor aset kripto di Indonesia telah mencapai 17,67 juta orang hingga Juli 2023. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, jumlah tersebut meningkat 13.000 orang atau naik 0,74% dari Juni 2023 sebanyak 17,54 juta orang.

Walaupun terus mengalami peningkatan, pertumbuhan investor kripto di dalam negeri cenderung melambat. Mulai dari Oktober 2022 sampai dengan Juli 2023, peningkatan jumlah investor kripto tidak pernah melebihi 1%. 

Secara tahunan (YoY), jumlah investor kripto telah bertambah sekitar 2,09 juta orang atau tumbuh 13,4% dibanding pada Juli 2022 sebesar 15,58 juta orang.

Baca Juga: Bursa Kripto Telah Ketok Palu, Ini Tanggapan Asosiasi

Menanggapi hal ini, CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis memaparkan bahwa penurunan pertumbuhan jumlah investor di pasar kripto Indonesia berasal dari penurunan tren perdagangan kripto global. Dampak dari situasi ini menyebabkan menurunnya minat para investor untuk berpartisipasi dalam pasar kripto.

"Perlambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan nilai aset kripto dalam beberapa periode terakhir. Hal ini juga sejalan dengan tekanan yang masih dirasakan oleh pasar kripto global," katanya.

Ia menuturkan, saat ini, kapitalisasi pasar aset kripto global belum mengalami lonjakan yang signifikan sejak awal tahun 2023. Terdapat faktor lain yang turut berperan, seperti ketidakpastian ekonomi global dan tingginya tingkat inflasi di beberapa negara. 

Kondisi ini membuat para investor ragu-ragu dalam menentukan keputusan untuk masuk atau meninggalkan pasar.

Dalam hal nilai transaksi kripto di Indonesia pada bulan Juli 2023, tercatat adanya peningkatan sebesar 4,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jumlahnya mencapai Rp9,37 triliun, melonjak dari angka Rp8,97 triliun pada bulan Juni 2023. Yudho mengungkap trading volume Tokocrypto pada Juli 2023 masih mencapai lebih dari US$300 juta atau sekitar Rp4,59 triliun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar